Bisa jadi kita semua sudah mafhum, pola asuh orangtua sangat mempengaruhi watak dan jati diri anak. Akan dibentuk seperti apakah seorang anak, tergantung pada penerapan pola asuhnya semenjak dirinya kecil. Artinya, perilaku orangtua memperlskukan anaknya akan berpengaruh pada watak yang kelak terbentuk dan jati diri anak yang tumbuh di kemuadian hari.
Prof. Arief Rachman, M.Pd. menjelaskan empat perilaku orang tua yang berhubungan langsung dengan pembentukan watak dan jati diri anak. Empat perilaku itu adalah:
1.Otoriter.
Perilaku orangtua seperti ini sengaja maupun tidak disengaja menunjukkan kepada anggota keluarga dengan sikap sebagai orang yang paling berkuasa, paling tahu, dan paling merasa benar. Perilaku yang nampak adalah selalu menyalahkan orang lain, emosional, dan menunjukkan ingin selalu “menolong” ananda.
Karena perilaku otoriter itu, anak akan tumbuh dengan watak mengkhawatirkan. Anak selalu merasa tidak berdaya, takut salah dalam menghadapi apa saja, sehingga cenderung menurut dan menerima. Kadang-kadang, dalam ketidakberdayaannya emosinya meledak sebagai ekspresi berlawanan dari ketidakberdayaannya.
Anak yang dididik otoriter biasanya memiliki kepedulian yang rendah. Aspek ini sejajar dengan kesulitannya mengaktualisasikan diri. Akibatnya, anak seperti ini sering mendahulukan emosi dalam menyelesaikan masalahnya. Selain kurang berprestasi, anak yang tumbuh dalam asuhan otoriter tumbuh sebagai anak yang mudah terpengaruh pada hal-hal yang negatif.
2.Protektif
Perilaku orangtua protektif diekpresikan dalam sikap dan perilaku yang cenderung memanjakan anak. Sikap ini bermula dari keinginan senantiasa menjaga, membela, dan memenangkan ananda dari segala permasalahan hidup.
Celakanya, anak ini kemudian tumbuh menjadi anak yang sangat terjamin segala kemudahannya di kala kecil karena begitu bergantung kepada orangtuanya. Di kala dewasa, anak ini tumbuh menjadi anak yang senantiasa tergantung pada orang lain karena dirinya sendiri sulit berperan sebagai orang dewasa yang mandiri. Dirinya memang tumbuh secara fisik, tetapi secara mental ia tumbuh sebagai orang yang rentan.
3.Membebaskan
Perilaku orangtua membebaskan berbanding terbalik dengan perilaku orangtua yang protektif. Jika perilaku orangtua protektif cenderung mengawasi, menjaga, dan membela anaknya, maka orang berperilaku membebaskan cenderung sangat mempercayai anak dengan cara membolehkan semua keinginannya. Selain berdasarkan pada keyakinan bahwa anaknya sudah dewasa, orangtua seperti ini cenderung tidak menyukai sistem nilai.
Hal yang perlu dikhawatirkan dari anak yang diasuh dengan pola membebaskan adalah anak tumbuh menjadi orang yang kemauannya cenderung harus dituruti. Selain itu, anak seperti ini cenderung binal atau tidak mengindahkan norma yang berlaku di masyarakat.
4.Suri Tauladan
Ini adalah perilaku orang tua yang paling ideal yang mengasuh anak. Orangtua dengan perilaku ini dapat diketahui dari tindakannya yang cederung mengarahkan dan menjelaskan permasalahan yang dihadapi anak. Dalam membina komunikasi dengan anggota keluarga, orang tua seperti bersedia berdialog dan bekerjasama sebagai upaya mengatasi segala permasalahan. Ia memberikan pembimbingan, sehingga anak tumbuh dengan panduan prinsip hidup yang jelas.
Tidak mengherankan pada anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh keteladanan, mereka tumbuh menjadi anak yang hormat pada orangtuanya. Aktualisasi dirinya terpenuhi karena ia merasa bagian dari keluarga. Ia terbiasa diskusi dan memiliki tempat untuk menyampaikan segala permasalahan.Ia merasa diperlukan dalam keluarga, sehinga dirinya pun memiliki tujuan hidup yang jelas.
Yang penting dari orang tua yang menerapkan pola asuh keteladanan adalah anak-anak mereka tumbuh menjadi anak yang mudah bersosialisasi, dewasa, dan berprinsip. Ia menjadi orang-orang yang mampu menjaga nama baik keluarga karena memiliki akar yang kuat dalam keluarga.
Begitu mudah dipahami bahwa yang terbaik buat anak kita adalah pola asuh orang tua dengan pendekatan keteladanan. Namun, dalam keseharian kita cenderung tergelincir pada perilaku otoriter, protektif, atau membebaskan. Tiga perlaku ini memang lebih mudah diaplikasikan dibanding perlaku keteladanan.
Perilaku keteladanan menuntut kualitas orangtua yang berupaya menjadi orangtua yang baik terlebih dahulu, sehingga menular pada anak-anaknya menjadi anak yang baik. Orang tua yang baik yang dimaksudkan adalah orangtua yang bersikap dewasa, menunjukkan perilaku yang siap menjadi panutan, berprinsip, bersedia mendengarkan, hangat, dan sayang pada anggota keluarga. Orangtua idaman seperti inilah yang melahirkan dan menumbuhkan anak-anak yang meniru sikap dan perlaku baik keluarganya.
Semoga Allah SWT menyukseskan kita hidup di dunia dan menyelamatkan kita di akhirat kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H