Ada beragam masalah ketika masyarakat dihadapkan pada permasalahan global. Pergeseran nilai-nilai budaya, benturan antar suku, ras, agama, juga golongan, melemahnya nasionalisme, dan makin merumitnya permasalahan lingkungan. Sebagian nilai-nilai budaya yang dahulu dijaga dan dianut, kini melemah dan mulai ditinggalkan. Di sisi lain, sebagian masyarakat cenderung begitu mudah tersulut emosinya, maka konflik demi konflik mengisi lembaran hitam negeri ini. Tak heran beberapa pengamat mencurigai telah terjadi erosi patriotisme karena nilai-nilai budaya bangsa yang mulai meluntur.Setiap orang hanya berpikir dirinya dan sebatas kesenangan kini, sehingga permasalahan hari depan seperti kesungguhan menjaga lingkungan demi kemaslahatan bersamadi masa depan menjadi bagian yang tak terpikirkan lagi.
Kondisi dan situasi global dengan segala konsekuensinya tak bisa dipungkiri. Kedatangannya hanya bisa dipahami dan dipersiapkan formula mengatasi segala eksesnya. Prof. Arief Rachman menawarkan layanan pendidikan yang mempersiapkan masyarakat global. Bentuk layanan tersebut berproses dari mulai penyiapan kompetensi personal, interpersonal, interkultural, dan global bagi guru dan peserta didik.
1.Kompetensi Personal
Kompetensi ini telah dimiliki oleh peserta didik apabila diketahui telah meningkatnya kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan sebagai pondasi pola-pola sosiokultural keluarga, masyarakat, dan bangsa. Peningkatan kesadaran itu menjadi dasar asumsi, konvensi, dan yang sepadan dengan itu, sehingga tumbuh kemampuan yang secara lambat tetapi pasti untuk menghormati adanya pergeseran nilai atas beragam perubahan isu yang berkembang. Dengan demikian, beragam perubahan itu mampu dimonitor dan dimodifikasi sesuai perilaku yang manusiawi dalam rangka merespon perubahan sosial dan perubahan kultural yang terjadi.
2.Kompetensi Interpersonal
Kompetensi ini telah dimiliki oleh peserta didik apabila diketahui telah meningkatnya kesadaran terkait kekuatan dan kelemahan dalam interaksi, sehingga mengalami kemajuan terkait hal tersebut dengan cara mengurangi beragam kelemahan diri. Tidak hanya itu, langkah lain yang dilakukan adalah dengan meningkatkan komitmen untuk mencari dan mempertahankan kesuksesan hubungan dengan orang yang secara kultural berbeda. Hal ini dilakukan karena akan menumbuhkan sensitivitas terhadap perilaku verbal maupun nonverbal dari orang-orang yang berbeda, sehingga meningkat pula kemampuan memahami dan beradaptasi terhadap beragam perilaku. Langkah yang juga penting adalah meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal dengan bangsa-bangsa pribumi dalam lingkup nasionalnya. Apabila ini dilakukan, maka akan meningkatkan rasa empati sebagai dasar dari hubungan interpersonal.
3.Kompetensi Intercultural
Kompetensi ini telah dimiliki oleh peserta didik apabila diketahui telah meningkatnya pemahaman dari konsep-konsepcultural relativism, contrast cultural, depp cultural, dan cultural shock. Pemahamankonsep tersebutakan mengakibatkan pemahaman dan kesadaran terkait pengaturan pola-pola organisasi dari budaya asli suatu bangsa dan tumbuh kemampuan untuk menganalisisnya. Seiring itu, tumbuh pula kesadaran untuk memahami pola-pola yang mengatur kultur pribumi sehingga tumbuh kemmapuan untuk menjelaskan pola-pola yang mengatur secara nasional. Kemmapuan dan kesadaran itulah yang menjadi modal untuk mengatasi beragam benturan kultural, akibat adanya perbedaan nilai-nilai, asumsi, harapan, maupun gaya hidup.
4.Kompetensi Global
Kompetensi ini telah dimiliki oleh peserta didik apabila diketahui telah meningkatnya kesadaran terkait isu-isu global yang berpengaruh pada kedua belah pihak, yakni situasi rumah dan masyarakatnya karena adanya hubungan yang erat dari keduanya. Selain itu, terjadi juga peningkatan pemahaman terkait pandangan secara nasional yang mempertimbangkan isu-isu global yang penting bagi mereka. Hal ini dilakukan mengingat telah terjadi pemahaman dan kemampuan menghubungkan adanya saling ketergantungan maupun benturan komunikasi serta perubahan pengalaman secara temporer untuk memahami situasi global. Tetapi yang lebih penting dari itu semua adalah adanya peningkatan pandangan yang menyadari bahwa keterbatasan yang kita miliki juga dirasakan oleh bangsa lain.
Dalam praktiknya, kepemilikan empat kompetensi di atas, yakni kompetensi personal, interpersobal, interkultural, maupun global merupakan bagian suatu kompetensi yang kohesif. Guru dan peserta didik sukses dalam berhubungan sebagai warga masyarakat, negara, bahkan dunia,apabila mampu mengaplikasi kompetensi ini secara simultan.
Tetapi yang patut disadari bahwa kepemilikan kompetensi global pada dasarnya diawali dengan kepemilikan kompetensi personal, kemudian disusul dengan kompetensi interpesonal dan interkultural. Artinya, kiprah kesuksesan diri seseorang sebagai warga dunia pada dasarnya dimulai dari kesuksesannya sebagai anggota keluarga, masyarakat dan sebagai warga negara yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H