Mohon tunggu...
UKI KIFLI
UKI KIFLI Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Membaca, Menulis, dan Berpetualang. Analisis Kebijakan Publik. Owner "MEDIA BICARA". Motto Hidup: "Berkembang Dalam Tantangan." Jika ada waktu monggo dikunjungi : www.mediabicara.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Revolusi dari Desa “Cara Gila Membangun Indonesia”

1 Desember 2014   04:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:24 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, masalah yang dihadapi Indonesia adalah terpusatnya pembangunan di kota-kota besar yang membuat terjadinya urbanisasi. Ketimpangan Desa-Kota mengakibatkan masyarakat pedesaan menjadikan kota sebagai pusat mimpi untuk perbaikan nasib dimana semua kebahagiaan dapat diraih. Kota seolah-olah menjadi magnet yang memberikan harapan hidup lebih baik untuk setiap warga Negara Indonesia.

Rendahnya kualitas kepemimpinan daerah dalam mendorong pembangunan menjadi salah satu penyebab ketimpangan itu terjadi. Konsep pembangunan yang kurang tepat berefek pada kesejahteraan masyarakat. Munculnya berbagai persoalan baru adalah buah dari kebijakan yang dianggap tepat namun sebaliknya. Tidak heran jika ketimpangan itu mengundang sikap skepstis dari sekelompok masyarakat terhadap pemerintah. Disitulah dibutuhkan tindakan yang inovatif, kreatif, dan transformasional untuk mengatasi ketimpangan yang terjadi. Langkah-langkah revolusioner perlu dilakukan agar ketimpangan Desa-Kota tidak lagi menjadi masalah pembanguna Indonesia.

Langkah revolusioner yang dimaksud adalah “Revolusi dari Desa”. Sebuah konsep pembangunan yang menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada masyarakat desa. Pemberian kewenangan urusan kepada birokrasi desa merupakan langkah gila yang dilakukan oleh Bupati Malinau. Dr. Yansen TP.,M.Si dengan sepenuh hati atas dasar kepercayaan memberikan kewenangan kepada desa karena dengan cara itulah, pembangunan akan menjadi lebih fokus pada penanganan permaslahan di desa.

Gagasan “Revolusi dari Desa” dengan program Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) menjadi program andalan untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan pembangunan Desa-Kota. Inilah jawaban atas permaslahan yang dihadapi Indonesia selama ini. GERDEMA menempatkan rakyat sebagai kekuatan kunci pembangunan karena rakyatlah yang lebih mengetahui dan mengerti bagaimana cara mengelola potensi dan nilai yang ada di desa. Tiga hal yang menjadi esensi konsep GARDEMA adalah gerakan yang berasa dari rakyat, dilakukan oleh rakyat, dan manfaatnya langsung dirasakan oleh rakyat.

Jika selama ini, perencanaan pembangunan Indonesia lebih dominan menggunakan model “Top Down” maka GERDEMA hadir untuk memberikan inovasi perencanaan pembangunan dengan konsep kombinasi model “Top Down dan Bottom Up”. Melalui bukunya, Dr. Yansen TP.,M.Si memberikan penekanan bahwa kepemimpinan menjadi syarat mutlak keberhasilan pelaksanaan GERDEMA. Oleh karena itu, GERDEMA hadir untuk memberdayakan pemerintah desa karena banyak pemerintah desa hanya bersifat formalitas. Dengan hadirnmya GERDEMA, pemerintah desa lebih aktif, kreatif dan partisipatif untuk menggunakan kearifan lokal yang dimiliki dalam menghadapi persoalan yang dialami.

Sebagai seorang pemimpin, penulis, sekaligus ilmuan, Dr. Yansen TP.,M.Si memahami bahwa “Revolusi dari Desa” merupakan sebuah gerakan dari bawah. Masyarakat tidak hanya sebagai objek tetapi sekaligus juga sebagi subjek pembangunan. Dalam hal ini, masyarakatlah yang harus melaksanakan pembanguna dan menikmati hasil pembangunan itu. Itulah sebabnya Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) sangat diperlukan untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan pedesaan.

Melalui bukunya, Dr. Yansen TP.,M.Si menawarkan gagasan “Revolusi dari Desa” untuk membangun Indonesia. Sebuah gagasan yang merupakan hasil riset disertasinya yang sudah diuji di Kabupaten Malinau. Ide gila membangun Indonesia dari desa terbukti dapat meningkatkan pelayanan publik seperti pelayanan dalam bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan air bersih, pelayanan ketersediaan listrik pedesaan dan pelayanan pemerintahan.

Dampaknya adalah terjadinya peningkatan produksi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan di Kabupaten Malinau. Dari hasil survei yang dilakukan menunjukkan bahwa 70,25% responden mengakui bahwa program GERDEMA telah mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan 72,93% responden juga mengakui bahwa GERDEMA sukses meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan.

GERDEMA terbukti berdampak besar terhadap terjadinya perubahan prilaku yang positif dan bermanfaat dalam membentuk kemampuan penyelenggaraan pemerintahan desa. Sebagai Bupati Kabupaten Malinau, Dr. Yansen TP., M.Si menekankan bahwa syarat kesuksesan GERDEMA adalah dengan memberi kepercayaan sepenuhnya, melakukan pembinaan, dan pendampingan yang konsisten dan terus menerus kepada pemerintah desa, masyarakat desa, dan pelaku ekonomi di desa. Kemampuan penyelenggaraan pemerintahan desa adalah yang menjadi tujuan utamama suksesnya Gerakan Desa Membangun (GERDEMA). “Revolusi dari Desa” itulah cara gila membangun Indonesia.



Judul Buku : Revolusi dari Desa

Penerbit : PT. Alex Media Komputindo

Penulis : Dr. Yansen TP.,M.Si

Jumlah halaman : 180 halaman

Tahun terbit : 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun