[caption id="attachment_349270" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber gambar dari www.prides-online.com"][/caption]
Akhir-akhir ini kota Depok rawan akan kasus perampokan sepeda motor disertai pembegalan. Tadinya saya tidak peryaca dengan info pembegalan yang hampir setip hari saya dapatkan dari teman-teman. Namun, setelah info tersebut masuk berita di televisi saya mulai mempercayainya. Mulai dari peristiwa di jalan Juanda, Sukmajaya, Margonda, hingga di jalan Raya Grogol.
Sebagai pengendara motor, saya merasa khawatir dengan kejadian ini. Ruang gerak saya di batasi karena takut akan kejadian itu menimpa diri saya. Biasanya jika pulang kerja lebih cepat saya suka mapir ke UI, toko buku Gramedia, atau ke daerah Kukusan Beji, Depok. Dan saya semakin khawatir lagi ketika jalan akses yang saya lewati setiap hari termasuk daerah incaran para pembegal. Ditambah lagi kerabat rekan keja saya mengalaminya kemarin siang (3/2/2015).
Ada apa sebenarnya dengan kota Depok? Jika karena kurangnya penerangan jalan di malam hari, buktinya ada juga aksi perampasan sepeda motor terjadi di siang bolong. Sebagian penduduk kota Depok adalah para pekerja di Jakarta, sehingga melakukan aksi di siang haripun tak menjadi persoalan besar bagi perampok profesional. Depok yang disebut sebagai kota belimbing, juga sebagai tempat tinggal strategis bagi kaum urban, kini sudah kurang aman.
Saya berharap aksi permpokan sepeda motor disertai pembegalan yang meresahkan warga segara berakhir. Pihak keamanan dan masyarakat saling membantu untuk mengakhiri aksi ini. Semalam saya menonton acara Hitam Putih bahwa, ada komunitas motor akan ikut membantu mengamankan Depok, dan tak segan-segan mereka akan mengantarkan warga Depok yang ketakutan melintasi daerah rawan sampai ke daerah yang aman. Memang seperti inilah seharusnya, pengamanan dari kepolisian ditambah, dibantu juga oleh komunitas atau LSM “Super hero”. Kota belimbing menjadi aman, warga Depok pun semakin senang.