Mohon tunggu...
Ukhty Iza
Ukhty Iza Mohon Tunggu... Guru - setiap hari embun meneteskan kesetiaanya pada pagi

Darimu ku dengar manisnya surga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Hari Ibu, Ibuku Telah Tiada

22 Desember 2015   16:38 Diperbarui: 24 Desember 2015   07:42 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

“Selamat hari Ibu, ini hadiah untukmu, terimalah Bu!” ucapan selamat dari sang anak sambil memberikan hadiah kepada ibunya. 22 Desember diperingati sebagai hari Ibu. Hari ini di media sosial ramai sekali pemberian ucapan selamat kepada Ibu tercinta. Berbagai foto, juga hadiah dipamerkan. Memang itulah ungkapan sang anak kepada ibu, semua berlomba-lomba saling mengucapkan sayang pada sang ibu sebagai bukti sang anak sangat sanyang pada sosok yang luar biasa dalam hidupnya.

Siapa pun yang mengingat sosok luar biasa tersebut pasti akan meneteskan air mata karena, perjungannya dalam mendidik anak-anak. Kalau diingat-ingat, sang ibu seolah-olah memiliki sepuluh tangan untuk mengurus semua pekerjaan rumah rangganya. Tanpa keluh, tanpa lelah, dia berjuang demi anak-anaknya. Bila kamu sakit, maka sang ibulah orang yang pertama kali berempati padamu. Bila kamu senang, maka sang ibulah yang pertama kali merasakan kesenagan yang kau rasakan. Bila kau menglami kegagalan dalam hidup, sang ibulah yang merasa pertama kali bersalah karena tak bisa mendidikmu dengan baik.

Ya, begitu banyak pengorbanan sosok luar biasa (Ibu) dalam hidup ini yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Bahkan, nabi Muhammad saja memerintahkan kita untuk menghormati ibu kita, sampai tiga kali Rasul mengucapkan kata Ibu, baru setelah itu Ayah. Dahulu, ada sahabat Rasul yang ingin berbakti pada ibunya, ketika melaksanakan ibadah haji sabat rasul tersebut menggendong ibunya.

Namun, apa yang dikatakan nabi, bahwa usahanya tersebut tidak bisa membalas seluruh perjungan dan pengorbnan sang ibu. Ini artinya bahwa, perjuangaan dan pengorbanan sang ibu untuk anaknya memang tidak bisa di balas dengan apapun. Jika perjungan dan pengorbanan dapat di ukur dengan timbangan manusia maka, seluruh manusia akan mengerjakan hal tersebut dan setalah itu selesailah tugasnya untuk berbakti pada Ibu.

Berbakti kepada kedua orang tua, terutama Ibu memang sebuah kewajiban sang anak. Selagi ibu masih ada teruslah untuk berbakti padanya. Jangan sia-siakan kesempatan hidup bersamanya. Bila kamu seorang pelajar, belajarlah dengan giat dan tunjukan kemampuanmu pada ibumu. Bila kamu sudah bekerja, apa yang kau cari? “UANG” untuk siapa? Pasangan, pacar, teman atau untuk dirimu sendiri? Coblah berikan sebagian uangmu untuk ibu, belikan pakaian bagus untuknya, belikan makanan enak atau makanan kesukannya. Sebagimana dulu kamu selalu dibelikan pakaian dan makanan kesukaanmu.

Walau tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari ibu, bukan berarti memberikan hadiah, mengucapkan kata sayang hanya pada moment tersebut. setiap hari adalah hari ibu, jangan malu untuk mengatakan sayang paadanya. Karena, bila dia telah tiada kau tak bisa lagi mengucapkan kata sayang yang mampu di dengar oleh telinganya. Kau juga tak bisa membelikan baju baru untuknya. Apalagi membelikan makanan kesukaan untuknya, karena dia telah tiada. Kau akan merasa iri melihat teman-temanmu mampu memberikan hadiah untuk ibunya. Sedangkan kau hanya menatap batu Nisan bertuliskan nama ibumu dan menyesali apa yang telah kau perbuat kepada ibumu selama ini.

IBU sosok yang tak pernah tergantikan oleh apapun dan siapa pun juga bagi seorang anak. Selalu melekat kebaikan-kebaikan yang telah diberikan.  Selalu terkenang, akan senyum dan tawa bahagianya. Selalu terngiang akan nasihat-nasihatnya. Walau sudah delpan tahun ibuku sudah tiada di sisiku, tapi dia ada sisiNya, ditempat nyaman, tempat orang-orang sholeh, karena dalam sujudku tak pernah luput untuk mendoakannya.

I LOVE YOU, MOM                 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun