Mohon tunggu...
Mariatul Kiptia
Mariatul Kiptia Mohon Tunggu... Human Resources - Writer, Public Speaker, Education Consultant

Hello👋 I'm Maria, currently active in the field of literacy and youth empowerment. Experienced in education, project management, and laboratory analysis. I'm a person who likes challenges, and always learning to be the best version of myself.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Milenial Masa Kini, Atasi Hoax dengan Literasi

22 April 2019   22:21 Diperbarui: 29 April 2019   15:10 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Generasi milenial adalah mereka para pemuda yang lahir diantara tahun 1980-an dan 2000-an, dimana kehidupan generasi ini tidak dapat dilepaskan dari teknologi informasi, terutama internet (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dewasa ini, kata milenial begitu banyak diperbincangkan dan disebutkan dalam setiap berita atau informasi yang menyangkut pemuda, seolah kata milenial telah menjadi gelar bagi para pemuda dengan segala kemampuan dan kecakapannya dalam bidang teknologi informasi. 

Maka ketika kita mendengar kata milenial, image yang terbangun adalah pemuda dan media sosial. Hal ini tidak dapat dipungkiri, karena realita yang terjadi adalah kehidupan generasi milenial saat ini memang lebih banyak dihabiskan di dunia maya daripada dunia nyata. Bagaimana tidak, setiap waktu para milenial tidak lepas dari kegiatan membuka gadget dan media sosial yang dimilikinya, bahkan walaupun sebenarnya mereka tidak memiliki kepentingan.

Eratnya kaitan antara generasi milenial dengan teknologi yaitu media sosial, menyebabkan mereka dengan mudah dapat mengakses berita-berita terkini bahkan tanpa mereka mencarinya. Isu-isu sosial yang berkembang juga dapat diketahui dengan mudah. Alhasil, generasi milenial menjadi generasi yang serba tahu akan kondisi yang terjadi baik di dalam maupun luar negeri. 

Hal ini terdengar baik, karena dapat menjadikan generasi milenial sebagai pemuda yang memiliki wawasan luas. Namun ternyata, tidak semua dari berita-berita yang tersebar di media sosial itu benar adanya, terdapat banyak berita atau informasi yang kurang akurat bahkan tidak valid sumbernya, atau biasa disebut dengan "Hoax (berita bohong)". 

Kenyataan ini diikuti dengan permasalahan yang terdapat pada generasi milenial, permasalahan yang mengakibatkan begitu banyak dampak negatif. Permasalahan tersebut adalah kurang mampunya generasi milenial dalam memilih dan memilah serta menganalisis setiap berita, informasi dan isu yang mereka temukan di media sosial. 

Masalah ini yang kemudian membuat generasi milenial menjadi korban media sosial karena mudah terfitnah, diadu domba dan menyimpulkan sesuatu tanpa analisis. Selain menjadi korban, disebabkan oleh lemahnya analisis, kerap kali generaasi milenial juga menjadi pelaku. Pada akhirnya para generasi milenial sangat mudah untuk melakukan judge, bully, diskriminasi, dan tindak kriminal lain yang merugikan banyak pihak.

Masalah kurang mampunya generasi milenial dalam memilih, memilah dan menganalisis setiap berita, informasi dan isu dalam media sosial harus segera diatasi. Sebab jika tidak, generasi milenial selamanya akan menjadi pemuda yang mudah terombang-ambing oleh media sosial, selain itu generasi milenial juga tidak memiliki dasar dan prinsip yang tetap dalam menggunakan media sosial. Terdapat sebuah cara yang bisa menjadi jalan keluar dari terjangkitnya generasi milenial oleh penyakit Hoax, yaitu "Literasi". 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), literasi memiliki beberapa pengertian, diantaranya : kemampuan menulis dan membaca; pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu; dan kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Ditinjau dari pengertiannya, literasi jika dapat diterapkan oleh generasi milenial akan sangat efektif untuk menangkal Hoax yang bertebaran di media sosial. 

Maka dari itu para milenial harus membiasakan diri untuk menulis dan membaca agar setiap kali menemukan berita atau mendapatkan informasi, mereka akan menelusuri dan berusaha menemukan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dengan cara banyak membaca refrensi sumber yang ada kemudian mengumpulan data sebanyak mungkin dengan cara menuliskannya. 

Lalu para milenial juga harus membiasakan diri untuk mengolah informasi yang didapatkan dengan cara melakukan analisis mendalam terhadap informasi yang didapatkan mulai dari akar permasalahan sampai kepada dampak yang ditimbulkan.

Generasi milenial mungkin akan sedikit kesulitan dalam menerapkan literasi dalam kehidupannya bahkan mungkin merasa terpaksa. Tapi itu bukanlah sebuah masalah. Keterpaksaan yang dirasakan oleh para milenial akan berubah menjadi kebiasaan, kebiasaan yang para milenial kerjakan berulang-ulang tersebut akan tertanam dan semakin mengakar pada diri milenial, sehingga dari situ kemudian akan terjadi pembentukkan karakter yang berangkat dari keterpaksaan, menjadi sebuah kebiasaan, dan meningkat menjadi sebuah karakter, karakter baik bernama "Budaya Literasi", yang dengan hal ini diharapkan generasi milenial tidak lagi menelan mentah-mentah berita yang dibaca, tidak lagi asal dalam membagikan informasi, dan tepat dalam mengolah informasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun