Aku kalut, sekarang degup jantungku bahkan lebih cepat dari biasanya-seperti akan lepas dan mematikanku saja. Kupikir, semuanya akan baik-baik saja. Kukira, semua akan sama. Seandainya waktu mengizinkanku kembali ke masa silam, mungkin aku memilih untuk tidak hadir dikehidupan yang sekarang ini; jika aku tahu akhirnya begini adanya.
Ka'...
Aku mencoba memahami, aku mencoba mengerti, aku mencoba untuk menghidupi kehidupan yang begini-yang seperti aku berjalan di atas tapak-yang tak seorangpun ingin mengenalku.
Ka'...
Seandainya engkau rasa rasaku, akankah sama yang engkau lakukan padanya?
Aku hanya tidak ingin, jika nanti dia semakin menjadi-lebih-dari-ini.
Keyakinan...
Itu yang aku percayai ka'...
Entah darimana keyakinan itu menuntunku memilih jalan ini-meski di matamu, di mata mereka, di mata dunia, itu adalah SALAH. Tapi hatiku berkata ini BENAR untukku. Sebab, dia juga seperti meyakinkanku.
Ka'...
Aku membaca, ada segudang kata yang terganjal disana-hatimu-yang terdalam; yang entah dimana itu, aku mencoba meraba-bahwa engkau juga punya rasa-hampir sama dengan rasaku. Entahlah, mungkin, atau tidak, aku hanya mengira. Masih belum mengerti rasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H