Mohon tunggu...
Ujung Radesa
Ujung Radesa Mohon Tunggu... -

Rahmatan lil 'alamien. Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika. Karena berkah pergulatan hidup manusia di ujung jembatan peradaban tidak akan pernah sirna.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa "Ditunda" Gelar Pahlawan untuk Gus Dur?

9 November 2015   21:52 Diperbarui: 9 November 2015   22:21 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selamat malam. Setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Sejak Gus Dur wafat, setiap bulan November selalu jadi isu 'akan' diberi gelar pahlawan. Bisa dipastikan tak lama kemudian menyusul kabar itu, Soeharto juga 'akan' diberi gelar serupa. Ramai sebentar, lalu redup. Lalu, karena alasan 'masih kontroversi', keduanya (di)batal(kan) dapat gelar pahlawan. Agar tidak kelihatan kentara, tahun ini diselipkan nama Sarwo Edi, tak lain adalah ayah Ani Yudhoyono (istri Susilo Bambang Yudhoyono).

Isu gelar pahlawan untuk Gus Dur dan Soeharto akan selalu aktual hingga generasi yang mengalami jaman keduanya "habis". Gus Dur dan Soeharto adalah tokoh nasional kita. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, wajar dan manusiawi. Mungkin gelar pahlawan akan resmi diberikan Negara kelak ketika sudah redup fataniknya orang-orang pendukung keduanya.  

Sungguh tidak manusiawi orang atau sekelompok orang yang memanfaatkan isu ini untuk tujuan mediatik semata. Gus Dur dan Soeharto diramaikan di media untuk tujuan tertentu, termasuk hari ini. Bisa juga sebagai sarana mengalihkan isu yang sedang moncer agar para pendukung Gus Dur maupun fanatik Soeharto tidak memperhatikan masa depan yang lebih strategis. Agar para pendukung kedua tokoh itu kembali berbahagia dengan mengenang masa silam.

Meski begitu, saya percaya, untuk menggapai masa depan butuh pijakan masa silam yang baik dan tidak melanggar Pancasila. *

-kra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun