Musik mengalun.
Lampu sorot perlahan menyala menerangi sesosok pria perkasa dalam kekalutan jiwa, Jagalabilawa.
Penengah Pandawa itu menyanyikan lagu putus asa didepan sebuah patung menyerupai Garuda Pancasila.
Dudu dadi satria buangan sing agawe atiku sedih.
Ora marga tan bebandha donya sukmaku nalangsa.
Dudu adoh sangka gebyar donya sing gawe gowang jiwaningwang…
Nanging raseksa ratu duratmaka kembar tan bisa sirna
sing agawe sebeling urip ingsun.
Kawula lan adeging praja sangsara tan ana watesnya …
Bukan karena menjadi satria yang terbuang hatiku sedih
Bukan karena tak berharta sukmaku nelangsa
Bukan karena jah dari gebyar dunia yang membuat jiwaku galau
Tetapi raksasa kembar raja maling yang tak bisa dikalahkan
yang membuat jengkel hidup ku
Rakyat dan negara jadi sengsara karena ulahnya.
Jagalabilawa:
Wahai para leluhur pejuang pendiri Astina Pura,
ampunilah segala kelemahanku didepan kekuatan mereka.
Aku tak pernah menangis selama hidupku,
selain saat aku yakin penjahat itu mati,
setelah habis tenaga dan tak-tik kami,
menghabisinya.
Mengumpulkan segala bukti keculasannya,
membeberkan di depan sidang dewa,
hingga menghukumnya
agar tak mungkin lagi nafasnya berhembus.
Sampai kekuatan hitam itu berkumpul,
dalam sebuah lompatan,
menghapus segala bukti,
menutup segala tuduhan,
membuatnya bangkit kembali,
dari kehinaan menuju kemuliaan bak raja diraja.
Ooo, Gusti Kang Akarya Jagad.
Persahabatan mereka begitu indah dan bengis,
seperti Otus dan Efiates …
Musik Menghentak.
Cahaya merah mendominasi panggung.
Dari dua sisi muncul 4 raksasa yang menari-nari.
Mereka sangat lihai melompat satu dengan yang lain.
Mati … mati … mati …
kata mereka kepada kami.
Hidup … hidup … hidup ..
kata kami pada jiwa yang mati.
Tak ada yang mati selama kami hidup.
Hu hu … ha ha …
Hu hu … ha ha …
Tarian raksasa itu serta merta berhenti.
Mereka diam bagai tunggak pohon ulin yang hangus terbakar.
Sekelompok penari perempuan muncul dalam gerakan gemulai
seperti angin yang melepasi rambut gimbal para raksasa itu
dan pakaiannya yang mirip werpak … sehingga
mereka alih wujud menjadi manusia bertopeng senyum
dengan baju necis para petinggi, aparat dan business woman.
Tuan Catut, Bu Kutil, Mr Klepto dan Bos Pandung