Mohon tunggu...
Amin Tr
Amin Tr Mohon Tunggu... -

Pengelola www.ujungaspal.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cuaca Politik di Akhir 2013

2 November 2013   08:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:42 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cuaca politik di akhir 2013 sudah mulai memanas kendati hujan bulan Oktober sudah mulai turun dan semakin tinggi intensitasnya. Tekanan yang membuat suhu politik merambat naik ini tidak lain adalah Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Presiden yang dipatok oleh KPU akan terjadi pada pertengahan* tahun depan.

Gumpalan-gumpalan badai hangat yang menyokong akumulasi suhu politik akhir-akhir ini sungguh beragam dan bertransformasi  dengan dinamis, beberapa diantaranya bahkan sulit diprediksi arah pergerakannya. Sebut saja mulai dari infrastruktur Pemilu seperti Daftar Pemilih yang tidak kunjung valid dan terpercaya (Salah satu indikatornya saya belum bisa menemukan DPT Kota Bekasi dan nama sendiri dalam website www.kpu.com, yang seharusnya selesai bulan Agustus), dan payung hukum Pemilu, perbedaan interpretasi  mengenai Caleg Perempuan dan Sanksi bagi partai yang tidak memenuhinya, Caleg bermasalah, dan penyumbang tekanan terbesar adalah bursa pencalonan presiden yang termasuk didalamnya presiden incumbent sekaligus ketua partai berkuasa yang mewarnai pentas politik dan media dengan segala soalnya.

Faktor diluar pelaku politik yang ikut menggodok belanga politik kita adalah Lembaga Survey, Pengamat Politik dan media (baik tercetak, elektronik maupun media sosial) yang saling pilin-memilin membuat jalinan yang tak mudah dianalisa apalagi dipetakan arah dan motifnya. Semakin seseorang baik biasa maupun tokoh menganalisa, maka justru ia sedang menyumbang kenaikan suhu pada keseluruhan cuaca politik itu.

Kalau bicara soal kandidat presiden yang diharapkan memerintah sepanjang tahun 2014 hingga 2019, beberapa nama mulai sering disebut. Yang sudah pasti mencalonkan diri dari kalangan partai sebut saja Aburizal Bakrie (Golkar), Hatta Rajasa (PAN), Prabowo Subianto (Gerindra), Sutiyoso (PKPI), Wiranto (Hanura) . Yang digadang-gadang dari partai namun belum firm seperti  Megawati Soekarnoputri. Yang muncul secara kontroversial lalu sayup tapi nyaris definitif seperti Rhoma Irama. Yang masih terus dipantau dan belum memiliki kapal jelas seperti Dahlan Iskan, Jusuf Kalla, Mahfud MD, Gita Wirjawan, dan Anies Baswedan. Yang dielus-elus oleh partai seperti Pramono Edhy Wibowo. Yang terakhir ini unik, karena tidak defnitif tetapi muncul sebagai pemenang beragam survey: Joko Widodo alias Jokowi. Nah, deretan tokoh inilah yang menjadi agen pemanas udara politik kita apalagi jika ditambah dengan nama-nama lain yang disebut-sebut akan maju sebagai kandidat presiden.

Salah satu angin  hangat paling mutakhir terkait calon presiden adalah pernyataan Guruh Soekarno Putra yang ‘menyarankan’ Jokowi untuk tidak dipilih dan dicalonkan menjadi kandidat presiden di Pemilu 2014. “Lebih baik Jokowi dicalonkan pada 2019,” katanya.

Sesungguhnya ini bukan isu baru. Karena  sejak Gubernur Jakarta ini diandai-andaikan menjadi calon presiden 2014, suara kontra seperti ini sudah muncul dengan beragam argumentasi. Semuanya terdengar masuk akal baik yang mengatakan masih diperlukan oleh Jakarta, Jangan jadi kutu loncat, tidak pantas karena hanya seorang tukang mebel sampai yang mengatakan bahwa mengurus Jakarta saja Jokowi belum terlihat berbuat apa-apa.

Penjelasan Yudi Latief, seorang pengamat politik akhir-akhir ini sepertinya menjadi sebuah pandangan yang sejauh ini paling masuk akal menggambarkan logika arus samudera politik. Pendapat  bahwa Jokowi harus tetap menjadi Gubernur sampai masa jabatan selesai dan biarkan orang lain menjadi presiden, adalah sebuah keinginan ideal. Padahal dalam politik pilihan-pilihan biasanya terjadi situasional dangan sangat dinamis. Apa yang terjadi di ujung arus ini, yaitu pemilu 2014, akan menentukan apakah Jokowi menjadi presiden atau tetap menjadi Gubernur DKI. Dalam pandangan politik (yang arif – pen.), jika tidak ada pilihan lain yang dianggap memenuhi harapan publik akan seorang pemimpin yang bersih dan mampu selain figur Jokowi, maka pilihan satu-satunya adalah menjadikannya presiden.

Pilihan politik memang tidak semudah memilih antara hitam dan putih. Jika pilihan yang ada sebegitu kontras, tentu saja amat mudah melakukannya. Sayangnya sering kali kita dihadapkan pada pilihan yang abu-abu.

Siapakah tokoh yang pantas dipilih dalam Pemilu presiden 2014? Sepertinya kita harus sabar melihat menjelang ujung arus samudera politik ini.***

* Jadwal Rangkaian Pemilu 2014:

1.06-15 April 2013: Pendaftaran Calon Anggota DPR-RI, DPD-RI, dan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota.

2.16 April – 30 Juni 2013: Verifikasi Pencalonan Anggota DPR-RI, DPD-RI, dan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota.

3.27 Juli 2013: Pengumuman Daftar Calon Tetap (DCT) Anggota DPD-RI

4.16 April-14 Mei 2013: Verifikasi Pencalonan Anggota DPR-RI, DPD-RI, DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota.

5.04 Agustus 2013: Pengumuman Daftar Calon Tetap (DCT) Anggota DPR-RI, DPD-RI, DPRD Provinsi, dan Kabupaten/Kota

6.11 Januari – 05 April 2014: Pelaksanaan Kampanye.

7.25 April – 25 Mei 2014: Audit Dana Kampanye.

8.06-08 April 2014: Masa Tenang.

9.09 April 2014: Pemungutan dan Penghitungan Suara (Pemilu Legislatif).

10.26 April – 06 Mei 2014: Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilu Tingkat Nasional.

11.07-09 Mei 2014: Penetepan Hasil Pemilu Secara Nasional.

12.07-09 Mei 2014: Penetapan Partai Politik Memenuhi Ambang Batas (PT 3%).

13.11-18 Mei 2014: Penetapan Perolehan Kursi dan Calon Terpilih Tingkat Nasional s/d Kabupaten/Kota.

14.Juni-September 2014: Peresmian Keanggotaan DPR-RI, DPD-RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.

15.09 Juli 2014: Pemungutan dan Perhitungan Suara Pilpres (Pemilu Presiden)

16.Juli-Oktober 2014: Pengucapan Sumpah dan Janji Anggota Terpilih DPR-RI, DPD-RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. (Sumber: pemilu.com)***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun