seorang ibu yang menggendong sebilah pisau
matanya berkilau embun tangis yang menggantung.
pisau tajam itu juga menangis haus,
kemudian marah dan mulai memukul dadamu,
membiakkan segala perih dan iba.
sebilah pisau di gendongan seorang ibu,
menusuk mataku tembus ke jantung jiwaku.
memporak porandakan tulang belulang norma dan logika,
yang tersusun rapuh dari kurikulum buta tuli.
tinggallah aku dalam ladang kunang-kunang di siang bolong.
sebilah pisau,
apakah kau akan tajam memutus tali kesewenangan?
apakah kau tumpul dan mati berkarat di peron KRL bekasi-manggarai?
apakah kau akan menjadi abal-abal penyayat yang bengis?
sayang, ibumu menangis untukmu.
hanya menangis!
chandra baru, 1 mei 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H