PENDAHULUAN
Belakangan ini marak desas-desus beredar nya narkoba jenis baru yang penggunaan nya bukan dihirup , ditelan, atau diinjeksikan ketubuh pemakai, dan bukan berasal dari tumbuhan atau zat kimia hasil pengolahan dari laborotorium, akan tetapi diperdengarkan melalui perangkat elektronik seperti telpon pintar ataupun komputer jinjing, narkoba digital adalah sebutannya bekerja dengan cara memanipulasi frekuensi otak manusia dengan memanfaatkan dua jenis frekuensi suara yang berbeda (Binaural), dimana hal ini menyebabkan efek relaksasi atau meditasi dikarenakan segala sesuatu yang kita lakukan dan kita alami maka otak kita sedang beroperasi pada frekuensi tertentu. Ketika kita senang, sedih, marah, energik, maka otak berada pada frekuensi tertentu. Begitu juga saat kita sedang tidur, bermimpi, dan bahkan saat terjaga, maka otak kita juga berada pada frekuensi tertentu.
SEJARAH BINAURAL
Sepanjang sejarah, mereka yang telah hidup pada jaman kuno sudah mengetahui adanya kekuatan dan manfaat yang timbul dari sebuah suara yang berirama dan selalu konsisten terus menerus mengikuti irama yang ada, tetapi mereka belum bisa menyebutnya dengan binaural beats. Pada awalnya konsep binaural ini telah ditemukan oleh Heinrich Wilhelm Dove pada tahun 1839, dilanjutkan oleh Robert Monroe dengan bantuan Thomas Campbell dan Dennis Mennerich, mulai meneliti efek yang dihasilkan dari binaural beats pada saat seseorang dalam kondisi kesadaran yang berubah. Pada penelitian Robert Monroe berusaha untuk mereproduksi kesan subjektif dari osilasi frekuensi 4Hz yang terkait dengan pengalaman proyeksi astral, konsep ini digunakan untuk relaksasi, meditasi, dan kreativitas. Ada banyak ilmuwan lain yang juga mencatat bahwa frekuensi gelombang otak disertai dengan kondisi relaksasi yang mendalam, dapat meningkatkan kreativitas, euforia, perhatian yang sangat terfokus, kesadaran spiritual, dan masih banyak lagi yang lainnya.
CARA KERJA BINAURAL
Telinga manusia tidak dapat mendengar frekuensi yang berada di bawah 20Hz. Masalahnya adalah bahwa frekuensi gelombang otak yang paling kuat berada di bawah frekuensi 20Hz. Untuk bisa melewati frekuensi ini, seandainya efek euforia (narkoba) dapat diciptakan dengan frekuensi 4Hz maka binaural beats dapat melakukan manipulasi dengan cara memperdengarkan frekuensi 500Hz dtitelinga sebelah kiri dan frekuensi 504Hz pada telinga kanan sehingga dengan memasukkan frekuensi yang berbeda tersebut, maka otak akan berresonasni dan menyebabkan kita untuk mengkompensasi perbedaan dari kedua frekuensi tersebut dan dapat menciptakan frekuensi gelombang otak (binaural) tepat pada frekuensi 4Hz. Otak akan mendapatkan stimulasi frekuensi gelombang otak (binaural) memberikan sensasi relaksasi, perasaan nyaman dan kondisi yang sangat tenang bagi pendengar nya seperti efek yang diberikan oleh narkoba.
NARKOBA ATAU TIDAK
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, definisi Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, tak dapat dipungkiri bahwa suara, nyanyian, atau gelombang suara dalam ritme tertentu mampu memengaruhi manusia secara emosional. Seseorang yang mendengarkan sebuah lagu dapat merasakan ketenangan dalam dirinya atau bahkan menjadi gundah dan gelisah, bergantung pada jenis musik apa yang didengarkan. Hal ini terjadi lantaran gelombang suara merangsang sel-sel saraf dan menghantarkannya ke otak. Â Jika merujuk pada defenisi undang undang tersebut.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa aplikasi binaural tidak masuk sebagai jenis narkoba meskipun gelombang suara yang dihasilkan oleh aplikasi binaural yang diklaim dapat memberikan sensasi seperti memakai Narkotika oleh pendengarnya, akan tetapi semua kembali lagi ke diri kita masing-masing karena apapun sesuatu yang bagus dan baik jika penggunaan nya berlebihan dan tidak tepat guna akan berdampak buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H