Menulis sejarah sastra merupakan persoalan yang sangat kompleks. Sebab, batasan atau pemahaman sastra Indonesia sangat kabur.  Oleh karena itu, penulisan sejarah sastra mempunyai banyak segi, jika ditulis hanya dari satu sudut pandang saja, maka betapa sedikit gambaran yang bisa kita peroleh dari tulisan tersebut. Berbagai ahli telah mengemukakan banyak gagasan dan argumentasinya untuk menjelaskan asal usul sastra Indonesia. Hal ini mengakibatkan titik tolak awal yang berbeda bagi perkembangan sastra Indonesia.Â
Perbedaan ini juga tercermin dalam pandangan terhadap setiap peristiwa atau persoalan yang berkaitan dengan kehidupan sastra. Oleh karena itu, menurut penulis, suatu peristiwa dianggap penting dan harus dimasukkan dalam sejarah sastra Indonesia. Namun penulis lain mungkin mempunyai pemikiran berbeda sehingga peristiwa ini tidak perlu dicatat dalam Perkembangan Sastra Indonesia.
Beberapa peristiwa yang berkaitan dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) dan beberapa pengarangnya belum pernah dibicarakan, atau kalaupun dibicarakan hanya kepada segelintir penulis dan pemerhati sejarah sastra Indonesia. Kesulitan lainnya adalah meskipun sastra Indonesia tidak setua sastra negara lain, namun objek karyanya sangat kaya. Penelitian Ersnt Ulrich Kratz mencatat sebanyak 27.078 judul karya sastra yang dimuat dalam majalah berbahasa Indonesia pada tahun 1922 hingga 1982 (Daftar Pustaka Karya Sastra Indonesia yang Terbit di Surat Kabar dan Majalah).Â
Pamusuk Ernest menyebutkan novel, 348 jenis kumpulan cerpen, 315 jenis buku drama, dan 810 jenis buku puisi terdapat dalam buku sastra Indonesia. Sementara itu, A. Teeuw mengemukakan bahwa dalam kurun waktu 50 tahun terakhir (1918-1967), sastra modern Indonesia hanya mempunyai 175 penulis asli dan sekitar 400 karya. Jika dihitung hingga tahun 1979, terdapat 284 pengarang dan 770 karya.
Di atas tidak termasuk karya-karya yang diterbitkan di surat kabar dan majalah, terutama karya-karya yang diterbitkan pada masa lampau. Jakob Sumardjo mencontohkan, sejak Merari Siregar mengarang Azab dan Sengsara (1919) hingga 1986, telah dihasilkan 1.335 karya sastra, antara lain kumpulan cerpen, kumpulan puisi, novel atau novel roman, lakon, terjemahan sastra asing, dan Ulasan Sastra dan Esai. . Nama 237 penulis penting juga tercatat (1970-an). ).Â
Hampir separuh karya sastra kita adalah puisi (49,3%), disusul cerita pendek (47,6%), novel (36%), esai (23,2%), drama (18,9%), dan sisanya terjemahan dan kritik sastra. 6 Kesulitan Lain Objek sastra, selain karya sastra yang berbentuk jenis (genre) sastra: puisi, prosa, dan drama, juga mencakup berbagai macam objek lainnya, antara lain pengarang, penerbit, pembaca, pengajaran, apresiasi, prosa, dan penelitian. Perkembangan genre sastra Indonesia sendiri juga mengalami perkembangan tersendiri.
Awal pertumbuhan maupun perkembangan novel, misalnya, tidak sejalan dengan puisi dan drama. Novel atau roman Indonesia sudah dimulai pada tahun 1920-an sedangkan puisi Indonesia itu dimulai pada tahun 1928- an. Sementara perkembangan cerpen semarak pada tahun 1950-an walaupun pada pertumbuhan sastra Indonesia cerpen sudah mulai muncul di berbagai media massa.
Referensi:
Buku Sejarah Sastra Indonesia, Ahmad Bahtiar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H