Mohon tunggu...
Ujank Soemantry aja
Ujank Soemantry aja Mohon Tunggu... -

Bujangan yang haus dan sedang mencari bidadari ilmu.... Pegiat di LAWANG NGAJENG

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nyanyian anak pantai (Masage in The bottle)

12 Maret 2011   10:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:51 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku masih menunggumu di batu karang yang menyatukan daratan dan lautan, dalam cerahnya mentari di temani Elang dan Belibis putih yang bermain di atas kepalaku. Aku setia menanti kepulanganmu di "Tanjung harapan", dalam pekatnya malam dí temani sorot "Mercusuar keyakinan" yang beríbu-ribu Watt menembus kejauhan. Aku tertatih tatih merindumu di "Teluk bayangan", dalam teriknya siang dan dinginya malam demi sebuah penantian yang tidak cuma butuh kesabaran tapi juga ketulusan. Aku tergolek pasrah di hamparan pasir putih beriak ombak kecil nan merdu dalam syahdunya kemesraan menanti "Kematanganmu" eh...Bukan... "Kesiapanmu" ups... Salah... "Ketulusanmu" ah...Bukan juga... Hm... Apa ya...? "Kesatuanmu mencintaiku" wow...Egois banget lo bro... Ah biarin dweh,..Itu juga susah cari kalimatnya..

Sore ini rombongan burung camar menghiasi langit cintaku, melintas layaknya bidadari kayangan yang berarak ke tengah laut tempat dimana kamu akan datang. Tempat berpadunya langit dan laut dalam satu garis horizontal di lukisan mataku. Hendak menemuimu dan menggiringmu menuju "Pantai penghabisan" dari petualangan cintamu.

Aku gak bisa berkata apa jika "Bahtera" yang jadikan haluan dan mercusuarku adalah tujuan ternyata kandas di tengah jalan, menabrak "SEGUMPAL ES" berwarna putih bersih tapi bisa membunuh tanpa bersuara dan mengeluarkan air mata, pun sakit yang tak tertahan menghunjam ulu hati laksana sayatan silet tersiram air garam. Oh...Mengenaskan kawan...

Aku gak menyalahkanmu dalam petualangan ini, "Lautan cinta" dari air matamu di tambah berpuluh-puluh sungai dari mata air cintaku membentuk sebuah "Delta" di kedalaman hati yang kurasa cukup untuk kita huni, tidak ada yang lain lagi. Bukankah pernah ku katakan jika suatu hari nanti dirimu melihat mentari tersenyum di keheningan pagi, burung burung camar datang menghampiri, maka ubahlah bahteramu menuju ke arahku. Dari jauh kau melihat rimbunan pepohonan dan semak belukar dari rawa bakau nan subur. Cobalah berputar ke sisi pulau sedikit. Disitu kau akan melihat dermaga yang khusus ku buatkan untukmu. Hanya untuk satu perahu.

Darisana kau akan melewati dermaga dengan iringan ribuan camar, elang dan belibis. Kau tahu...? Aku menunggumu di pintu gerbang cinta, mengacungkan kedua tangan untuk berjabat mesra. Dan kau tahu...? Aku akan menunjukanmu tulisan di pintu gerbang itu. Ya, inilah tulisannya: "Selamat datang tulang rusuk pilihanku" kenapa? Ya, karena kita gak tahu siapa sejatinya jodoh kita. Semua hanya mencari, memilih dan menentukan. Itu saja. Dan tentunya aku memilih dirimu yg berani menyandarkan bahtera di pulau cintaku.

Kemudian dari sana akan ku buka gerbang cinta menuju istana yang terbuat dari pengorbanan air mataku dan air matamu. Berupa alam impian yang sempat kita wacanakan beberapa waktu lalu. Apakah kau tahu...? Kau akan ku sanding dalam satu kursi bak raja dan permaisuri. Bukan pelayan dan pangeran ataupun pembantu dan ratu. Kita sama, sejajar, beriringan dan aku mengharapkan senyum terindah dari sudut bibirmu penuh kebahagiaan. Kerlingan matamu yang manja membuatku gemas dan tak kuasa lagi aku menahan selain menyeret tangan kirimu dan ku sematkan cincin yang terbuat dari mutiara hatiku dan hatimu. Di syahidkan Guru, Sanak famili dan Handai taulan. Semua menangis ataupun tertawa karena bahagia penuh bangga. Tidak ada yang tersakiti, di khianati ataupun termarjinal karena mimpi dan ilusi.

Jika selama ini kau melihatku seperti "sekarang" itu tak lain "punggung belakangku" berupa pohon-pohon dan rawa bakau yang siap ku jadikan ladang penghasilanku, memancing, menjala ikan dan bertani. Ataupun tempat kita berputar-putar menaiki sampan kecil melihat taman laut, membuat "burung camar, elang dan belibis" yang sombong menjadi iri dengan takdir cinta kita. Bermain-main dengan percikan air yang sejenak mengudara bebas lalu kembali dalam pelukan. Kau pun berteriak sekuatmu dengan kadar suaramu tanda sebubh kebebasan dari jerat mistik cinta penuh ambigu.

Aku sangat bahagia jika sempat melihatmu seperti itu, walaupun keberadaanku sekarang tidaklah berarti apa-apa bagimu, kau masih bisa melalui hari-harimu layaknya camar, elang ataupun belibis. Bebas berekspresi, bereksperimen dan menampilkan eksistensi, sebagai wujud kemoderatanmu ataupun kedemokratisasian "Ala"mu.

Happy birthday ke"egoisan"ku. Sekali lagi, kau telah membuat orang emosi ataupun tertawa tanpa makna. Tapi paling tidak untuk orang-orang pilihan dan memiliki kebeningan hati ( kata mas wahyu) yang menyempatkan menyelami kedalaman rahasia di balik untaian kata yg sederhana, mampu menterjemahkan makna di dalamnya.

"Maafkan aku bila udah membuatmu kesal kepadamu ataupun sekedar membuatmu kesal"

jakarta,231210.[http://www.facebook.com/home.php?sk=2361831622#!/note.php?note_id=483131942551]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun