Mohon tunggu...
Ujank Soemantry aja
Ujank Soemantry aja Mohon Tunggu... -

Bujangan yang haus dan sedang mencari bidadari ilmu.... Pegiat di LAWANG NGAJENG

Selanjutnya

Tutup

Money

Mahabbah Budaya

13 Oktober 2010   12:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:27 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejuta kata cinta ku ucapkan untuk negri tercinta ini. berbagai budaya picik, apalagi KKN yang notabene sudah menjadi budaya idaman. Kenapa aku memberi judul mahabbah budaya? Jujur, judul ini terinspirasi dari kegiatan lawang ngajeng. Mahabbah berasal dari bahasa arab yang artinya cinta. Jadi kalo judul aslinya berarti "cinta budaya". ya....itung-itung belajar bahasa arab sedikit2 lah.... he....he.... sory kalo ga' lucu.

Kenapa aku menulis ini...? Awal kisah bermula tadi pagi. Seorang teman berkunjung ke rumah 2 hari lalu & sekarang aku mengantarkan dia ke stasiun untuk pulang ke kampungnya di kebumen. Sampai di stasiun ternyata kereta ekonomi jurusan surabaya sudah lewat. Ah....sial padahal biasanya kereta telat datangnya, kenapa sekarang berbalik aku yang telat. Kemudian aku menanyakan ke pegawai stasiun kapan kereta ekonomi lewat lagi, ternyata adanya malam hari. Kemudian pegawai PJKA menyuruhku memakai kereta bisnis "LODAYA". Wah...angarannya ga sampe pak. "Memangnya kamu ada duit berapa"...? Sang petugas bertanya sambil tersenyum penuh arti. "Kalo saya paling berdua 100ribu,pak. Jawabku berharap cemas. "Ya udah tunggu aja disitu nanti saya panggil" sang petugas menyuruhku duduk di ruang tunggu. Setelah kereta datang aku di titipkan ke kondektur oleh petugas. Ketika hendak masuk gerbong satpam mencegatku dan menanyakan karcis, aku ga bisa menjawab dan hanya menunjuk ke petugas karcis. Kemudian sang petugas mengedipkan mata ke arah satpam. "Ya udah kamu naik gerbong paling belakang" Satpam yang berbadan tinggi besar dan hitam, seperti kerbau yang di cucuk hidungnya, seperti macan yang kehilangan taringnya.

Akhirnya aku naik kereta "lodaya" dengan harga 100ribu untuk 2orang. Padahal tarif aslinya kalo ga salah 130ribu/orang.

Aku cinta negri ini. Ku harap budaya ini di lestarikan. Bagaimana menurut anda....?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun