Diawali oleh binatang sawah bermain di taman hijau sekitaran beranda nyaris Arc de Triomphe
Berbalut gulungan tikar pandan yang beradu tinjau dengan barisan relief pemanis Metope
Jeritan di balik senyum seorang ibu disayat-sayat keramaian warung soto daging di balik dinding
Iringan taufan bunga-bunga dari arah jam dua belas terpelanting ke warung kopi tiada hening
Jika ketinggian adalah trauma tertinggiku saat ini
Maka gerimis adalah pintu masuk yang harus ku kunci, peduli setan kau Houdini
Aku pikir aku yang paling sendiri
Watu Jagul menamparku sangat nyeri
"Kamu bahkan belum secuil pun dari bebanku", bisiknya di telinga jiwaku
"Kamu masih terbentur, belum terbentuk", potong liang kubur di sebelahnya yang hingga kini masih berjibaku
Sementara langit tumpah di Trenggalek
Semalam suntuk Orion mengencangkan sabuknya tepat di atas ubun-ubunku
Hujan saling kejar bak puingan falsafah memburu analek
Kini selatan dan barat menjadi buku paling rancu sekaligus paling baku
Bukankah untuk mengenali tak perlu saling menganali?
Jalan hidup tak seluwes tubuh penari
Akhirnya pun adalah kembali
Melalui dua kali tenggelamnya mentari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H