Namanya Baron dan Jack. Keduanya dua jagoan dari Blanakan. Mereka adalah buaya pejantan di Penangkaran Buaya Blanakan, Subang. Usia keduanya sudah mencapai 33 tahun. Ukuran mereka termasuk kategori buaya yang gede. Panjang si Baron mencapai 7 meter sementara beratnya kurang lebih 7,5 kuintal. Si Jack sedikit lebih pendek, sekitar 6,5 meter dengan berat mencapai 1 ton. Bongsor juga.
Rupanya Baron dan Jack ini menjadi andalan bagi Penangkaran Buaya Blanakan, Subang. Entah karena tidak ada lagi buaya pejantan, atau memang keduanya termasuk paling subur untuk membuahi 5 buaya betina yang ada di penangkaran tersebut, saya tidak tahu. Setidaknya seperti yang diceritakan oleh Imron dan Sanip, dua pegawai (pawang?) di penangkaran buaya ini, Baron dan Jack dibawa dari Kalimantan sejak tahun 1983, tahun berdirinya tempat penangkaran buaya ini.
Mau ketemu dengan Baron dan Jack? Bisa dikatakan untuk berkunjung ke Penangkaran Buaya Blanakan ini boleh dibilang gampang-gampang susah. Setidaknya itu yang saya dan kedua teman saya rasakan ketika menuju ke tempat ini.
Gampang karena memang penunjuk arahnya mudah ditemui. Lokasinya berada di daerah Pantura sekitar Pantai Cilamaya, Subang. Anda tinggal berkendara ke daerah Pantura, setelah melalui daerah sekitar Sukamandi, Subang, anda tinggal buka mata saja, di sebelah kiri jalan bisa ditemui papan reklame bertuliskan wisata Penangkaran Buaya.
Petunjuk Arah Menuju Lokasi
Susahnya? Akses jalan menuju tempat ini boleh dibilang ‘offroad”. Setelah berbelok dari jalan raya pantura, siap-siap saja akan menemui jalan yang rusak parah. Sepanjang jalan yang kami lalui sesuai petunjuk arah menuju lokasi, kami banyak menemui jalan berlubang, lumpur, bahkan di beberapa spot boleh dibilang jalanan sudah berubah menjadi kolam air yang dalam. Boleh dibilang jalan ini berbahaya untuk dilalui oleh kendaraan kecil. Beruntung mobil Datsun Go+ panca yang kami gunakan untuk menuju ke lokasi ini cukup responsif bermanuver melalui jalanan ‘offroad’ tersebut.
akses jalan menuju lokasi
Sialnya, dalam perjalanan pulang dari tempat wisata ini, kami diberi tahu oleh petugas disana bahwa ada jalan pintas yang lebih ‘beradab’. Heran, kenapa atuh jalan pintas ini tidak diberi petunjuk untuk menuju ke tempat wisata ini?
Kesan saya, tempat in juga terasa kurang begitu terawat. Selain akses jalan yang rusak parah, fasilitas tempat wisata ini juga terkesan seadanya. Venue tempat atraksi wisata sudah rusak parah, lokasi penangkaran pun kotor, dan warung makan di sekitar lokasi juga terkesan kurang tertata. Selain itu sekedar untuk mencari tempat parkir mobil jdi sekitar lokasi uga sedikit susah.
Nah untuk masuk ke lokasi wisata ini anda perlu merogoh kocek sebesar sebelas ribu rupiah per orang plus lima ribu rupiah untuk biaya masuk mobilnya. Special untuk melihat Baron dan Jack, anda perlu menambah delapan ribu rupiah lagi per orang. Jika malas, maka anda hanya bisa melihat buaya-buaya kecil di kolam terpisah.
Imron rupanya sudah sangat mengenal karakter Baron dan Jack. Untuk memanggil keduanya keluar dari kolam, ada ritual khusus yang perlu dilakukan sang pawang buaya ini. Dari pinggir kolam, dia akan menepuk-nepuk air dan mengayunkan ikan sebagai umpan. Tidak berapa lama, Baron dan Jack akan muncul untuk melahap ikan yang disodorkan Imron.
Baron, Jack dan Pawangnya
Mau megang Baron dan Jack? Silahkan, katanya sih keduanya sudah jinak. Mungkin anda bisa mencobanya untuk sekedar menguji nyali.
Terus, atraksinya apa lagi? Kalau anda berharap mendapatkan atraksi lebih, siap-siap saja kecewa. Karena hanya itu yang bisa kita lihat, buaya gede yang muncul dari kolam untuk makan ikan. Setidaknya, itu yang saya lihat saat berkunjung ke tempat ini. Katanya sih, tempat ini ramai dikunjungi setiap hari sabtu dan minggu. Mungkin di hari itu akan ada atraksi yang lebih menantang. Entahlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H