Peluncuran satelit 3S baru-baru ini menjadi bukti keseriusan Telkom dalam melayani kebutuhan Telekomunikasi Informasi dan Komunikasi (TIK) di negeri nusantara. Ia diharapkan dapat membuka interaksi digital bagi daerah yang belum terjaman internet serta menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi bangsa.
Tepat pada 15 Februari 2017 lalu Satelit Telkom 3S sukses diluncurkan menuju orbit bumi dalam rangka memenuhi kebutuhan komunikasi nusantara. Proyeksinya, ia akan berada pada posisi 118 derajat Bujur Timur di ketinggian 35.755 di atas Selat Makassar. Satelit Telkom 3S sendiri akan melengkapi Satelit Telkom sebelumnya, yaitu Telkom-1 danTelkom-2.Â
Alex Sinaga, direktur Telkom, saat peluncuran satelit tersebut menyatakan bahwa keberadaannya diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap satelit asing, mengurangi kesenjangan akses informasi di seluruh wilayah Indonesia khususnya di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Terpencil), serta meningkatkan peran serta Telkom dalam membangun masyarakat digital Indonesia guna meningkatkan perekonomian bangsa.
Soal ketimpangan akses internet, survey APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2016 bisa memberi gambarannya. Berdasarkan survey penetrasi penggunaan internet Indonesia, ternyata daerah yang lokasinya berada semakin ke timur, pengguna internet di negeri ini semakin kecil. Kecilnya pengguna internet salah satunya disebabkan oleh kesulitan mengakses internet.Â
![Sebaran Pengguna Internet di Indonesia (suber: isparmo.web.id)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/02/27/statistika-pengguna-internet-58b3cda2f27a619404f6f55b.jpg?t=o&v=770)
Pada titik inilah, melalui peluncuran satelit 3S ini Telkom berusaha menjalankan fitrahnya dalam memberi value dan impact positif terhadap bangsa. Lagi pula, sebagai powerhouse dibidang Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK), peran Telkom ini relevan dengan kajian McKinsey yang menyebut bahwa ada korelasi positif antara kesiapan TIK dan daya saing ekonomi. Riset menunjukkan setiap 10% peningkatan penetrasi broadband berdampak positif pada Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1,21 hingga 1,38%.
Pada saat yang sama, perkembangan teknologi internet dan digital telah memacu pertumbuhan beragam industri kreatif. Internet menyumbang fasilitas bagi pemasaran serta promosi industri kreatif. Tidak main-main, Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) menyebut kontribusi industri ini menyumbang Rp. 642 Triliun atau sekitar 7 persen terhadap total PDB Indonesia pada tahun 2015 lalu. Kontribusi terbesar berasal dari usaha kuliner sebanyak 32,4 persen, fashion 27,9 persen, dan kerajinan 14,88 persen. Bekraf sendiri mengindentifikasi ada 16 subsektor yang termasuk pada jenis industri kreatif ini.
![Jenis-Jenis Industri Kreataif (sumber: ekon.go.id)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/02/27/industri-kreatif-58b3cde7fd22bdb205fc730f.jpg?t=o&v=770)
Tanpa mengecilkan potensi industri kreatif pada subsektor lain, rasanya subsektor yang potensial untuk digarap adalah kuliner, fashion dan kerajinan. Ketiganya merupakan usaha yang jamak ditemui disetiap daerah. Dengan keberagaman budaya berbagai daerah, setiap daerah di Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Mendorong ketiga subsektor ini bisa sekaligus memperkenalkan budaya bangsa yang beragam.
Soal prospek pengembangan e-commerce dan digitalisasi industri kreatif, Kominfo menyebut lebih dari 77% pengguna internet di negeri ini menggunakannya untuk mencari informasi produk dan belanja online. Bukankah ini pangsa pasar yang sangat potensial?
![Prospek E-Commerce di Indonesia (sumber: kominfo.go.id)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/02/27/kominfo-58b3d1d80e93734812fa7383.jpg?t=o&v=770)