Kocak, absurd, dan seru abis.
Mungkin itulah serangkaian kata yang menggambarkan komentar saya tentang novel The Girl Who Saved The King of Sweden yang ditulis oleh Jonas Jonasson ini. Betapa tidak, dari bab awal hingga akhir saya disuguhkan dengan narasi yang membuat saya terus tersenyum dan tertawa lepas serta seringkali dikejutkan dengan alur kisah yang tak bisa ditebak. Sungguh, novel ini membuat saya tak mau beranjak untuk segera menuntaskan lembaran halamannya sampai habis tanpa jeda.
Karena ceritanya yang kocak abis tersebut, saya sampai menduga kalau pengarang buku ini pasti punya darah keturunan sunda. Tahu kan, orang sunda tuh SUka bercaNDA, sense of humor-nya tinggi, dan cerita novel ini bisa merepresentasikan  sisi humoris si penulis, jadi mungkin saja kan dia urang sunda? Berikutnya, saya menganalisis juga dari namanya, Jonas Jonasson,… nama awal dan nama belakangnya sama dan berulang. Orang sundalah yang sering punya nama berulang, seperti Maman Suryaman, Gigin Ginanjar, Asep Surasep atau yang lainnya. Huehehe… (abaikan paragraph ini!!)
Jdai begini, novel ini diawali pada medio tahun 70an dengan cerita gadis kecil berusia 14 tahun yang harus bekerja sebagai pengangkut tong tinja di sebuah departemen sanitasi kota Soweto, Afrika Selatan. Masa itu Afrika menganut paham apartheid yang menjadikan warga pribumi kulit hitam justru harus menjadi kasta terendah di tanah airnya sendiri. Â Ibunya harus mati mengenaskan karena kecanduan narkoba dan tinner cat. Saat itu, tak ada akses pekerjaan yang lebih baik bagi mereka selain menjadi pembersih jamban.
Nasib baik menghampiri karena Nombeko memiliki minat tinggi pada buku dan matematika. Disela pekerjaannya, Ia kemudian belajar membaca pada Thabo, seorang pria hidung belang pembual yang memiliki beberapa butiran berlian yang disembunyikan disela gigi-gigi bolongnya. Thabo yang kemudian harus mati mengenaskan karena kecentilannya pada seorang wanita pencuri, mewariskan secara tak langsung berlian-berliannya pada Nombeko. Berbekal berlian tersebut, Nombeko kemudian pergi dari Soweto menuju Johannesburg, dengan satu tujuan: ingin membaca buku-buku di perpustakaan ibu kota Afrika Selatan tersebut.
Dari sini petualangan kesialan nombeko dengan bom atom dimulai, dimana ia kemudian tertabrak oleh mobil yang dikendarai seorang insinyur penggagas proyek bom atom Afrika Selatan dan Israel, yang karena  Nombeko berkulit hitam, ia dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman harus menjadi pembantu di instalasi bom atom milik sang insinyur. Di tempat ini ia bertemu dengan tiga gadis tiongkok ceroboh, dua agen Mossad culun, dan tentu saja si Insinyur yang sebenarnya tak bisa berhitung atau menguasai teknik nuklir sama sekali. Gelarnya diperoleh hanya karena ia anak seorang kaya yang bisa kuliah dimanapun ia mau. Soal teori nuklir, sebenarnya insinyur itu banyak tertolong oleh Nombeko yang cerdas karena seringkali membaca buku-buku di perpustakaan instalasi bom atom ini.
Kesialan muncul karena si insinyur yang seharusnya membuat 6 bom salah kalkulasi dan malah memproduksi sebanyak 7 bom. Ketika kemudian proyeknya harus dimusnahkan atas perintah IAEA, badan energi atom PBB, kelebihan 1 bom ini tak terhitung. Pada akhirnya, ketika proyek ini berakhir dan si insinyur dibunuh oleh agen Mossad yang muak dengan kelakuan sang insinyur, Nombeko dan agen Mossad bermufakat untuk menyelundupkan bom tersebut ke Israel dengan perjanjian Nombeko akan dilarikan ke Swedia, negara netral yang cinta damai. Malangnya, karena campur tangan 3 gadis tiongkok ceroboh, alih-alih mengirim bom atom ke Tel Aviv, bom atom malah tertukar dan dikirim ke kedutaan Israel di Stockholm, dimana Nombeko akan mengambil barang-barang pesanannya untuk bekal hidupnya di Swedia, 10 kilo daging Antelop.
Petualangan makin kacau ketika Nombeko harus hidup dengan bom atom ditambah perjumpaannya dengan orang-orang aneh di Swedia. Ada si kembar Holger dan Holger yang dibesarkan oleh seorang ayah yang terobsesi untuk menurunkan monarki kerajaan Swedia, kehadiran tiga gadis tiongkok yang menyelundupkan diri mereka dalam peti bom atom, seorang gadis pemarah yang senangnya berdemonstrasi menentang pemerintahan, tukang periuk mantan tentara amerika yang paranoid terhadap CIA,  seorang Countess pemilik ladang kentang, dan tentu saja agen Mossad yang memburunya untuk merebut bom atom. Klimaknya ketika mereka harus berurusan dengan raja dan perdana menteri Swedia dalam menangani bom atom ini. Ahhh, pokoknya  seru…
Imajinasi liar Jonasson kemudian membuat cerita ini disisipi cameo tokoh-tokoh asli dalam cerita ini. Karena ceritanya sendiri terbentang dari medio 1970-an hingga 2014-an, ada banyak tokoh nyata yang terlibat dalam hidup Nombeko. Raja dan Perdana Menteri dalam kisah ini adalah Carl XVI Gustaf dan Fredrick Reinfeldt, ada presiden China Hu Jintao yang berteman dengan Nombeko dan menjadi tokoh kunci diakhir cerita nantinya, ada juga F.W Botha, presiden Afrika Selatan yang memesan bom atom pada insinyur gila atasannya Nombeko.  Saking banyaknya tokoh asli di cerita ini, saya sampai penasaran mencari tahu apakah insinyur bom atom Afrika Selatan dicerita ini, Engelbrecht Van Der Westhuizen, adalah tokoh asli atau hanya fiktif? Dan kemudian mbah google hanya memberi tahu tentang pemain rugby asal Afsel merujuk ke nama itu. Stt, di novel ini juga akan diceritakan bagaimana kisah pabrikan mobil Volvo bisa dibeli oleh perusahaan mobil cina, Geely. Hmm…tentu saja ini fiksi dan bagian dari imajinasi Jonasson!