“Tugas ayah sudah selesai, selanjutnya keputusan masa depan ada dipundakmu sendiri nak,…” kata-kata ini masih saya ingat betul sampai hari ini. Ucapan ini disampaikan ayah saat acara wisuda kelulusan sarjana S1 saya 10 tahun silam.
Sebagai orang tua, saya mengerti bahwa salah satu tugas besar yang menjadi tanggung jawab mereka adalah memberikan pendidikan terbaik bagi anaknya. Ini sepertinya diterjemahkan oleh ayah saya dengan memberi pendidikan dasar bagi anak-anaknya sampai tingkat sarjana. Saya mengamini prinsipnya, pendidikan adalah modal dasar dalam Mewujudkan Cita-cita Anak.
Satu hal yang saya pelajari dari beliau sejak kecil hingga lulus kuliah tersebut adalah betapa urusan pendidikan anaknya menjadi prioritas utama baginya. Saya tak menghitung berapa banyak biaya yang harus dikeluarkannya untuk urusan pendidikan kami, saya dan kakak perempuan saya. Tapi yakinlah ini bukan biaya yang sedikit. Namun, tak sedikit pun saya melihat beliau kelimpungan untuk urusan biaya pendidikan kami.
Yang saya tahu, sejak dahulu ayah saya disiplin ikut asuransi dari Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912. Seingat saya, setiap tiga bulan sekali selalu ada agen asuransi yang datang ke rumah kami untuk mengambil premi asuransi. Saat itu saya tak begitu mengerti, hanya saja ibu bilang kalau mereka menabung untuk keperluan pendidikan kami.
Lambat laun, memori akan kehadiran agen asuransi Bumiputera tersebut sepertinya membekas dalam memori saya. Ini pelajaran penting bagi saya saat berkeluarga kini, bahwa pendidikan itu penting dan setali tiga uang saya juga harus mempersiapkan segala konsekuensi biayanya dengan cermat.
Asuransi Pendidikan, Bekal Penting Mewujudkan Cita-Cita Anak
Ketika berkeluarga dan memiliki anak, saya kemudian mengadopsi apa yang dilakukan ayah buat kami anak-anaknya: segala keperluan anak sedini mungkin, terutama persiapan dana pendidikan.
Iya, langkah pertama yang saya lakukan adalah segera membuka asuransi pendidikan anak. Selain belajar dari pengalaman, saya juga membaca beberapa referensi mengenai perencanaan keuangan. Sebuah buku dari Aidil Akbar, seorang financial planner, berjudul Easy Planning: Hidup Sejahtera Sekarang dan Nanti banyak membuka perspektif saya soal pentingnya berasuransi. Menurutnya, rata-rata biaya pendidikan akan naik 20 persen setiap tahunnya.
Perencanaan pendidikan juga sebaiknya memasukkan unsur biaya untuk kebutuhan ekstrakurikuler anak. Hitung punya hitung, kalau kita tidak punya perencanaan dana pendidikan, beban tiap tahunnya ternyata lumayan berat. Dampaknya? Sedari anak saya masih bayi, saya sudah memutuskan untuk membuka asuransi pendidikan.
Mempersiapkan dana pendidikan sejak dini membuat kita lebih leluasa dalam menyiapkan dana pendidikan anak untuk Mewujudkan Cita-cita Anak kita dimasa depan.