Ini adalah beberapa catatan yang terukir selama mengikuti ajang Jejak Para Riser
Tepat hari Jum’at, 23 Januari 2015, 9 kompasianer yang terpilih mengikuti rangkaian perjalanan Jejak Para Riser berhasil menyelesaikan tugasnya melintasi hampir setengah pulau Jawa. Ada banyak pengalaman yang tentu saja sangat berkesan selama mengikuti ajang kompasiana blogtrip ini.
Team 2 Sesaat setelah menyentuh garis finish
Ini adalah kali pertama saya terlibat dalam acara yang diselenggarakan oleh kompasiana, dimana sebelumnya saya hanya menyimak segala keseruan acara-acara yang diselenggaran kompasiana melalui layar komputer saja.
Banyak hal yang bisa menjadi catatan selama saya mengikuti kegiatan ini, baik itu mengenai mobil yang kami kendarai, tempat wisata yang kami kunjungi maupun hal-hal seru lainnya selama berpetualang 5 hari ini. dan inilah beberapa catatan tersebut:
1.Datsun Go+ Panca memang tangguh
Ini bukanlah basa basi. Setelah mencoba sendiri mengendarai mobil Datsun Go+ panca selama 5 hari, saya berani mengatakan bahwa kendaraan ini sangat tangguh untuk dibawa dalam perjalanan jauh. Meskipun pada dasarnya diplot sebagai kendaraan LCGC (Low Cost Green Car), kenyataannya kendaraan ini cukup tangguh diajak jalan jauh.
Kami telah melalui berbagai macam medan jalan selama 5 hari ini. Rute Jakarta-Tegal boleh dibilang karakteristiknya sama dengan jalur Jakarta, mulus dan nyaris tak ada tanjakan sama sekali. Saya mencoba test drive mobil ini di jalur Indramayu-Tegal. Perpindahan transmisi terasa lancar, kelincahan mobil Datsun Go+ panca ini akan terasa ketika tuas persneling dipindahkan pada posisi transmisi 5 percepatan. Sangat nyaman untuk meliuk meliuk-liuk menyalip truck dan kendaraan lain di jalur pantura ini.
Tapi dijalur ini juga kami sempat menemui medan offroad, tepatnya saat menuju lokasi penangkaran buaya Blanakan, Subang. Medan berlumpur, berlobang dan hancur berat menjadi arena test drive kehandalan mobil ini. Hasilnya? Mobil ini bisa melewatinya nyaris tanpa masalah.
Sementara itu, jalan menanjak banyak kami temui di jalur Weleri, saat kami menuju kota Yogyakarta di hari kedua. karakteristik yang sama banyak ditemui dihari ketiga, sepanjang jalur selatan Yogyakarta-Tasikmalaya. Jalanan ini termasuk tipikal jalan pegunungan yang banyak mengandalkan perpindahan gigi. kebetulan saya menjajal sendiri jalur ini mulai dari Purworedjo hingga kota Tasik.
Apa yang saya rasakan ketika membawa mobil ini melintasi jalan menanjak sungguh diluar perkiraan. Dengan kapasitas mesin yang hanya 1200 cc, saya menyangka mobil ini akan ngos-ngosan melahap tanjakan tajam. Faktanya sebaliknya, ternyata mobil ini tetap dapat melaju ringan meskipun harus banyak menggunakan posisi transmisi rendah. Yang mengagetkan, ketika perpindahan transmisi ke posisi rendah, tidak ada raungan mesin yang berat. Demikian pula soal tenaga, mobil ini tak menjadi berat untuk mengambil ancang-ancang ketika akan melewati tanjakan.
Mungkin kekurangannya adalah ketika melintasi jalanan berlubang. Goncangan yang kasar sangat terasa bahkan untuk melintasi lobang jalan yang tak begitu parah. Namun, mobil ini tak melayang ketika goncangan terjadi.
2.Bawalah Roofbox jika Touring Jauh
Keberadaan roofbox Hapro di mobil yang kami tumpangi sangat membantu sekali. Selain harus memuat barang dari empat orang penumpang, di perjalanan kami pun harus menambah beberapa barang untuk oleh-oleh yang memang menjadi salah satu kriteria penilaian juga. Tentu keberadaan roofbox ini bisa mengurangi space di bangku belakang yang sudah penuh oleh barang-barang bawaan sejak dari Jakarta.
Jadi, sepertinya roofbox ini sangat penting sebagai kompartemen yang bisa memuat barang-barang selama melakukan touring yang jauh. Apalagi kalau bawaannya banyak.
3. Banyak Potensi Wisata yang belum tergarap maksimal
Menjelajar beberapa tempat wisata di sepanjang jalur yang kami lewati, membuka mata saya bahwa ternyata banyak potensi wisata yang masih terabaikan. Entah karena setengah hati mengelolanya, atau memang bukan menjadi prioritas utama, setidaknya ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan untuk membenahinya.
Apa yang saya lihat di objek wisata Penangkaran Buaya Blanakan, Subang, mungkin bisa menjadi contoh kasus tempat wisata yang boleh dibilang dikelola setengah hati, kalau tidak menyebut asal-asalan. Akses jalan yang rusak parah, tempat wisata yang kotor dan berlumpur, fasilitas wahana yang rusak dan minim adalah beberapa gambaran mengenai apa yang ada di sana.
Dengan menarik retribusi biaya masuk bagi pengunjung, seharusnya mereka bisa memberikan fasilitas yang lebih layak lagi. Yang saya tahu, untuk bisa menarik banyak pengunjung, aspek kemudahan akses menuju lokasi dan fasilitas yang memadai sangatlah diperlukan. Beda kasus kalau wisatanya adalah wahana trek motor trail atau offroader, yang setelah mencapai finish akan memperoleh hadiah pemandangan atraksi buaya raksasa.
Mungkin apa yang saya lihat di Pantai Ujungnegoro, Batang bisa menjadi contoh betapa objek wisata ini serius menggarap tempat mereka. Jalanan mulus licin, kondisi pantai yang bersih, serta retribusi yang murah sangat menjanjikan untuk pengembangan sebuah kawasan wisata. Yang diperlukan mungkin tinggal promosinya saja.
Akan tetapi, saya juga sedikit mengkhawatirkan keberadaan objek wisata pantai Ujungnegoro ini. Bukan apa-apa, di lokasi ini akan dibangun PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Batang tepat bersebelahan dengan lokasi pantai. Kita tahu, dimanapun sebuah PLTU berada biasanya akan memberikan efek negatif terhadap lingkungan. Entah itu pencemaran udara dari fly ash-nya atau kerusakan akibat bongkar muat batubara di lokasi pantai. Sementara, menurut beberapa referensi yang saya baca, pantai ini termasuk kawasan konservasi alam dimana beberapa biota laut ada disana, yang tentu saja perlu kita jaga.
Sementara itu, di lokasi Benteng Van Der Wijck, Gombong, saya melihat ada satu hal yang perlu diluruskan. Ketika mencampurkan sebuah situs sejarah dengan wahana permainan anak, ada baiknya pihak manajemen memperhatikan beberapa etika historis.
Saya setuju bahwa penggabungan benteng dengan wahana permainan anak akan berdampak positif untuk menarik pengunjung ke lokasi benteng sebagai objek utama wahana. Kita tahu, objek wisata sejarah atau edukasi memang tidak laku dijual. Saya akui, menambahkan wahana mainan anak bisa menarik minat pengunjung untuk datang.
Akan tetapi, ketika objek wisata tersebut sudah merambah lokasi situs, saya kok khawatir hal ini bisa merusak bangunan fisik situs ataupun nilai esterika bangunan itu sendiri. Sungguh ironi ketika melihat diatas benteng terdapat wahana kereta listrik.
Jadi, tolong kepada pihak yang berkepentingan catatan ini diperhatikan yaa,….
4.Warna Warni Jalan di Pulau Jawa
Perjalanan melintasi jalur utara dan selatan setengah pulau jawa ini memperlihatkan kepada saya betapa kondisi jalan raya kita itu warna warni bagaikan pelangi. Ada jalan mulus, dan ada juga jalan rusak. Ada jalan hotmix dan ada jalan berlumpur. itulah gambaran yang saya dapatkan.
Kondisi ini bukan hanya terlihat di jalan umum saja, bahkan di jalan tol berbayar pun kondisi jalan bolong-bolong banyak ditemui. Ini saya rasakan ketika melintasi jalan tol Cirebon pada hari pertama. Dalam kondisi hujan deras, kondisi jalan berlubang ini nyaris tidak terlihat, sehingga kami harus ajrut-ajrutan melintasinya. Lumayan bikin melek penumpang yang ngantuk. Hehe..
5.Menguji Nyali selama 5 hari
Jejak para riser ini adalah ajang uji nyali bagi saya, dan mungkin juga bagi delapan riser lainnya. Mampukah saya mengikuti perjalanan ini dengan mulus? Bagaimaana dengan stamina selama 5 hari menempun 1000 km perjalanan? Bisakah saya mengendarai mobil melewati berbagai kondisi jalan yang kami lewati?
Pertanyaan-pertanyaan itu yang menjadi motivasi saya untuk memberanikan diri mengikuti ajang kompasiana blogtrip ini. selain itu, satu tantangan menarik lainnya adalah mampukah saya menulis 2 artikel setiap harinya? Mengingat ini adalah salah satu syarat mengikuti ajang ini.
Ternyata semua bisa dilewati dengan mulus. Stamina tubuh tetap terjaga, selama mengemudi pun tak ada kejadian berarti, meskipun sempat ditilang polisi dan hampir tabrakan sewaktu di daerah Banjar, Alhamdulillah semua berjalan lancar.
Sementara itu, soal kemampuan menulis pun, saya bisa memposting tulisan sesuai yang diminta. Yang menarik adalah ketika saya menemukan ide tulisan secara tiba-tiba yang akan diposting. Selain menulis reportase perjalanan, saya sempat menemukan ide untuk menulis tentang seorang tukang parkir di sebuah rumah makan. Ada juga tulisan tentang aksi rekan riser dalam memotret mobil Datsun yang kami kendarai. Saya suka saja, karena sedikit berbeda dari yang lain.
6.Kejutan menyenangkan di akhir kegiatan
Terakhir, saya mendapat kejutan istimewa sekali. Tim kami (team 2) dinyatakan sebagai pemenang dalam ajang kompasiana blogtrip ini. saya dan teman-teman tidak menyangka bahwa kami bisa menjadi yang terbaik diantara dua tim lainnya, karena terus terang yang lainnya juga hebat semua. Paket wisata pun diganjar oleh panitia sebagai hadiah yang akan kami dapatkan. Senangnyaaaaa….
Terima kasih kompasiana atas kesempatan yang telah diberikan dengan mengajak saya mengikuti event ini. sungguh, ini adalah pengalaman yang sangat berharga yang tak kan terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H