Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

The story of Ruth

18 Agustus 2014   05:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:17 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_353477" align="aligncenter" width="300" caption="www.iceposter.com"][/caption]

…

Apa sebenarnya perbedaan psikologis antara menyembah berhala dengan menyembah Allah (?) …. mysteri ini bisa kita lihat dan dalami dalam the story of Ruth sebuah kisah ketuhanan dan sekaligus kisah kemanusiaan zaman bani Israel dulu yang sangat dramatis,sangat menyentuh nurani karena memperlihatkan sisi psikologis yang sangat kontras antara menyembah Allah dengan menyembah berhala

Menyembah berhala memang seperti tidak memerlukan akal budi dan hati nurani tetapi untuk menyembah Allah seseorang memerlukan akal budi dan juga nurani demikian kira kira inti pesan psikologis yang ingin disampaikan dalam kisah Ruth itu.

Dalam agama berhala yang menyembah ‘chemos’ akal budi - hati nurani memang tak diperlukan bahkan mungkin harus disingkirkan karena sebagai contoh untuk persembahan terhadap sang chemosh diperlukan korban anak perawan yang harus dibunuh dalam suatu upacara tahunan menghormati sang chemosh.sebuah ritual yang membuat para penyembah berhala malah menjadi makhluk makhluk bengis yang tak bernurani.ini salah satu sisi yang membuat Ruth memberontak terhadap ‘agama’ yang dianut masyarakatnya

Dengan kata lain bila menyembah chemos harus dengan melawan akal budi dan nurani sebaliknya menyembah Allah manusia harus dengan menggunakan akal budi dan nurani,sebuah perbedaan yang sangat kontras

Ruth adalah seorang wanita bangsa Moab yang pada awal mulanya diberikan oleh keluarganya untuk berbakti sebagai pelayan chemosh,menjadi anggota dari system kependetaan agama chemosh.dan ketika Ruth masih menjadi pelayan chemosh ia nampak tak berakal budi dan sekaligus juga nampak tak ber nurani tetapi setelah bertemu dengan seorang Yahudi yang mengajarinya tentang Tuhan yang tak nampak-yang bukan batu, secara perlahan akal budi dan nurani Ruth tumbuh dalam dirinya lalu ia melihat sebuah cahaya kebenaran Ilahiah dan melihat penyembahan terhadap chemos - sang berhala sebagai sebuah kemunkaran yang tak bernurani dan secara refleks ia memberontak terhadap chemosh dan sekaligus dari system kependetaan yang dibuat para tetua penyembah chemosh

………………….

Memang nampak selalu ada hubungan antara menyembah berhala dengan ketidak memiliki nurani an,sebagai contoh Fir’aun dan kaumnya yang menyembah berhala secara tak bernurani mereka menjadikan bani Israel sebagai budak dan ketika Fir’aun mendengar kabar akan lahirnya sang pembebas dari bani Israel maka dengan kejamnya Fir,aun menyembelih anak anak lelaki bani Israel

Lalu bani Israel sendiri ketika sudah keluar dari Mesir dan berada dalam pengasuhan nabi Musa,mereka berubah menjadi makhluk yang tak berakhlak-tak bermoral justru ketika mereka menjadi penyembah anak sapi bukan ketika mereka dengan setia menjadi penyembah Allah

Apakah para penyembah berhala dizaman pra islam juga tidak berdasar akal budi dan nurani sebab mereka juga sama sama menyembah batu seperti para penyembah chemosh dan seperti kaum Fir’aun (?) … nampaknya hal ini merupakan suatu yang baik untuk kita dalami, sebab pada zaman para penyembah berhala pra islam hal hal yang tak ber akal budi dan tak bernurani nampak menyeruak dimasyarakat seperti budaya minum minum,mengubur anak perempuan hidup hidup,berjudi dlsb.dan Arab jahilliyyah baru menjadi masyarakat yang beradab memiliki akal budi dan bernurani setelah Rasullullah datang ketengah tengah mereka mengajarkan penyembahan terhadap Allah yang benar

Dan memang nampaknya selalu ada hubungan psikologis antara menyembah berhala dengan ketidak memiliki nurani an dan ke tidak memiliki akal budi an setidaknya itu yang terlihat dari kisah kisah manusia dimasa silam sebagai cerminnya

………………………………………….

Tetapi kalau melihat masalah masalah agama-ketuhanan dari persfektif sudut pandang ‘para ahli evolusi agama’ semacam E.B. Taylor, J.G. Frazer, W. Robertson Smith bahkan sampai sosiolog Emile durkheim maka penyembahan terhadap Tuhan Allah dan penyembahan terhadap berhala semacam ‘chemos’ termasuk berhala yang disembah Fir’aun atau yang disembah Arab pra islam dalam pandangan mereka mungkin akan dipandang sebagai suatu yang ‘sama’.mereka mungkin tak mendalami hingga kepada pendalaman masalah akal budi - nurani sebagaimana diurai diatas.mereka memandang semua yang bernama 'agama' secara sama rata dan sejajar tidal lebih hanya sebagai 'ekspressi manusiawi' semata. dengan kata lain mereka hanya melihat masalah agama-ketuhanan hanya sekedar sebatas dari permukaan kulit luar sebagai hanya ‘wacana pemikiran’ semata bukan untuk diperbandingkan dan lalu didalami oleh akal dan nurani mana yang baik dan mana yang benarnya.itu adalah karakteristik khas cara pandang dan pemikiran mereka

…………………..

14082885361984104562
14082885361984104562


Anda ingin merasakan sensasi pergumulan batin seorang anak manusia dengan kemunkaran yang berasal dari masyarakat penyembahan berhala (?) … silahkan menonton film nya. dan mungkin banyak persepsi negative terhadap nama ‘Israel’-‘Yahudi’ apalagi bila dikaitkan dengan masalah Palestina saat ini,tetapi juga tidak boleh lupa bahwa kita tak boleh melihat Israel hanya dari satu sisi.bila jeli dan bila anda penggemar kisah ketuhanan maka didalamnya akan banyak kita temukan kisah ketuhanan-keimanan yang menyentuh kalbu

…………………….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun