[caption id="attachment_363873" align="aligncenter" width="300" caption="kolom-inspirasi.blogspot.com"][/caption]
..
Bila kita ingin mengenal dunia metafisika menurut persepsi-jalan fikiran manusia maka kita akan menemukan beragam pemikir terkenal yang membahas tentang metafisika dan mereka memiliki system metafisika sendiri-sendiri,bahasan seputar 'system metafisika' atau 'cara manusia dalam upaya memahami dunia metafisik' terbentang mulai dari era filsafat klasik seperti versi Aristoteles,era modern versi Immanuel kant hingga era filsafat kontemporer-pos mo seperti versi Derrida. tetapi bagi sebagian orang mempelajari jalan fikiran mereka mungkin malah akan membuatnya masuk ke suatu pengetahuan yang disamping rumit dan pelik juga terkadang dipenuhi dengan banyak kontradiksi sebab pandangan yang satu terkadang berlawanan-kontradiktif dengan yang lain, dan hal itu terjadi karena pada dasarnya sebenarnya masing masing memiliki landasan persepsi serta titik acuan sendiri sendiri yang bisa berbeda antara satu dengan lainnya sehingga mungkin akan timbul sebuah pertanyaan : mana sesungguhnya yang benar (?)
Adakah parameter yang bisa digunakan oleh siapapun-umum yang bukan hasil persepsi manusiawi untuk mencoba memahami dunia metafisika secara mudah dan runtut (?)
Ada cara yang mudah-realistis sehingga bisa diamati dan dialami oleh semua individu untuk mulai masuk menapak ke dunia metafisika tanpa harus meminjam jalan fikiran atau system berfikir orang lain yang terkadang terlalu rumit bagi kita.jalan itu adalah dengan bercermin pada diri sendiri bahwa diri kita sebagai manusia itu terdiri dari dua unsur : jiwa-raga,fisik-non fisik,tubuh-fikiran.yang bersifat fisik adalah darah-daging-tulang hingga seluruh urat syaraf yang melekat kepadanya,dan yang bersifat non fisik adalah : fikiran-akal-hati-emosi-perasaan-nafsu atau secara keseluruhannya adalah ‘jiwa’
Dan yang non fisik yang ada pada diri kita itu adalah suatu yang nyata-bukan teori-bukan sekedar ide-bukan ‘persepsi’ sehingga kebenarannya bersifat pasti. siapa yang memungkiri adanya dua bagan yang berbeda dari diri kita itu maka ia telah bersikap tidak realistis
Dengan kata lain dari bercermin pada diri kita dan lalu membandingkan serta memparalelkannya dengan yang ada dalam realitas secara keseluruhan itu maka kita akan mengenal adanya prinsip dualisme dalam kehidupan. karena dalam realitas kehidupan prinsip dualisme itu ada-melekat pada berbagai fenomena : ada terang-ada gelap,ada musim hujan ada musim kemarau,ada benar-ada salah,ada yang baik ada yang buruk,hina-mulia-buruk-cantik,sempurna-tak sempurna dlsb.prinsip dualisme adalah sebuah aksioma-keniscayaan-kepastian-suatu yang obyektif-elemen mendasar dari hukum kehidupan pasti
Persis sebagaimana diungkapkan dalam kitab suci Al qur’an bahwa segala suatu Tuhan ciptakan secara berpasangan.sehingga karena diciptakan berpasangan itulah maka akal fikiran akan dapat merekonstruksikannya termasuk dalam hal ini merekonstruksikan dunia metafisika sebagai pasangan dari dunia yang bersifat fisik-material.bagaimana memahami dunia metafisika kita bisa bercermin pada dunia fisik-alam lahiriah dan demikian pula sebaliknya itulah makna dari ‘pasangan’ dimana yang satu menjadi cermin untuk memahami yang lain : salah menjadi cermin untuk memahami benar,wanita menjadi cermin untuk memahami lelaki,gelap menjadi cermin untuk memahami terang,derita menjadi cermin untuk memahami bahagia dlsb.dlsb
Jadi adanya prinsip dualisme dalam realitas adalah suatu yang dinyatakan Tuhan sendiri sehingga artinya ia bukanlah hasil eksploitasi alam fikiran manusia semata,manusia hanya menemukannya dan bukan menciptakannya sebagai ‘ide’ atau ‘system metafisika’,sebab itu kebenarannya bersifat mutlak
Setiap hari sebenarnya kita bermetafisika sebab berfikir adalah sebuah kegiatan bermetafisika sebab hal itu dilakukan bukan dengan organ tubuh kita-bukan kegiatan fisik tetapi dengan jiwa-dengan alam fikiran-dengan ruhani-dengan akal-dengan hati.walau kaum materialist cenderung beranggapan bahwa tak ada pemisahan antara fisik dan yang non fisik karena semua kegiatan manusia itu dianggapnya ‘kegiatan fisik’,berfikir misal,dianggapnya sebagai kegiatan biologis-aktifitas neuron-aktifitas kimiawi bukan aktifitasn spiritual yang non fisik.tetapi ciri nyata bahwa badan dengan fikiran adalah suatu yang berbeda-terpisah adalah bahwasanya apapun yang diingini oleh tubuh kita maka fikiran kita dapat menolak atau melawannya, kalau kita hanya terdiri dari fisik dan seluruh perikehidupan kita hanya bersifat fisik maka tak akan ada kuasa untuk melawan hal apapun yang diingini oleh tubuh
Mengapa prinsip dualisme itu harus kita ungkap terlebih dahulu ke permukaan sebelum kita mempelajari secara lebih jauh perihal dunia metafisika (?) .. ada berbagai alasan yang bersifat mendasar
1.karena prinsip dualisme itu bukan ide-bukan hasil persepsi individu manusiawi sehingga kebenarannya tidak bersifat spekulatif-tidak bersifat subyektif-bersifat mutlak-pasti sebab itu bisa digunakan sebagai metodologi ilmiah yang bersifat umum-untuk keseluruhan
2.karena prinsip dualisme itu bisa menjadi semacam pisau bedah kala kita berhadapan dengan beragam problem metafisika bahkan yang dianggap sulit atau yang akal fikiran sudah buntu dalam memikirkannya
3.karena alam fisik dan alam metafisik itu disatukan oleh konstruksi yang dibangun oleh prinsip dualisme, analoginya ibarat konstruksi besi beton menyatukan beragam material bangunan yang melekat kepadanya demikian pula konstruksi yang dibangun oleh prinsip dualisme melekatkan dunia fisik dan dunia metafisik dalam satu konstruksi yang menyatu.sehingga akan lebih mudah membedah dunia metafisika apabila disertai pemahaman terhadap adanya prinsip dualism
4.atau dengan kata lain dengan menggunakan prinsip dualisme sebagai patokan maka kita akan bisa melacak struktur konstruksi dunia metafisik sehingga kita bisa memahami dunia metafisik dengan secara terstruktur-terpola-tidak acak-tidak spekulatif
5.dengan mengenal adanya prinsip dualisme maka kita tidak akan melihat dan memahami dunia metafisika sebagai sebuah dunia yang absurd-penuh spekulasi-serba tak pasti tapi akan memahaminya sebagai suatu yang memiliki konstruksi sehingga ilmu tentang metafisika bisa difahami secara konstruktif-tidak spekulatif
6.dengan berpegang pada adanya prinsip dualisme dalam kehidupan ini kita tidak akan tersesat oleh beragam pemikiran filsuf-pemikir tertentu yang mengungkap teori-pemikiran yang bersifat spekulatif-meraba raba-yang terkadang nampak ‘ganjil’ diantaranya karena menafikan adanya yang abstrak-metafisik
7.dunia metafisik itu ibarat gua yang semakin kita masuk ke kedalamannya maka keadaan akan semakin gelap. dan prinsip dualisme itu ibarat pemandu tersendiri yang dapat memandu manusia menuju memahami dunia metafisika secara konstruktif-terfahami akal fikiran mulai dari pintu gerbangnya terluar hingga ke kedalaman yang terjauh-terdalam.dan pemahaman terhadap adanya jiwa-raga,tubuh-fikiran merupakan salah satu pintu gerbang menuju memahami adanya prinsip dualisme pada lorong dunia metafisika yang lebih jauh-lebih dalam
8.dunia fisik adalah cermin untuk memahami dunia metafisik sehingga bila ada ‘hitam’ di dunia fisik maka ada ‘hitam’ pula di dunia metafisik,bila ada ‘suci’ di dunia fisik maka ada ‘suci’ pula di dunia metafisik,begitu pula bila ada prinsip dualism atau bila ada hal yang serba berpasangan di dunia fisik maka hal serupa ada di dunia metafisik.pemahaman seperti ini akan memudahkan kita dalam merekonstruksi dunia metafisik
Sebab itu bila ada filsuf yang menyebut metafisika sebagai sebuah ‘ilusi’ dan ber metafisika dianggapnya hanya ‘ber ilusi’ maka hakikatnya ialah yang tengah berilusi sebab pandangannya itu sama dengan upaya melarikan dari kenyataan karena sampai kapanpun kenyataan itu akan selalu terdiri dari dua dimensi : yang lahiriah-yang batiniah,yang materi-non materi,yang nampak mata dan yang abstrak-gaib, yang fisik-non fisik.dan dirinya sendiri yang terdiri dari tubuh dan fikiran adalah salah satu cermin utamanya
Dan terkadang kita mengikuti teori-pemikiran seorang saintis yang rumit dan pelik tetapi tetapi ujungnya ia beranggapan bahwa ‘alam semesta berdiri diatas prinsip chaos’ misal,maka itu adalah sebuah pemikiran yang ganjil sebab adanya keteraturan disamping ketakteraturan atau yang teratur disamping yang teratur adalah bagan dari prinsip dualisme universal dan itu bisa kita amati sendiri dalam kenyataan,bahwasanya betapapun ada saintis yang beranggapan alam semesta berdiri diatas prinsip ‘chaos’ tetapi pada sisi lain kita bisa melihat adanya mekanisme yang teratur secara permanen di alam semesta sehingga kita bisa membuat system kalender sehingga para fisikawan bisa menetapkan hukum hukum fisika dlsb.
Atau berapa banyak pemikir di dunia filsafat yang mana ujung dari pemikirannya pada akhirnya menafikan dunia metafisika-hal yang abstrak dan lalu menganggapnya hanya sebagai ‘ilusi’ dan lebih condong pada anggapan bahwa realitas=yang tertangkap pengalaman inderawi, maka dengan demikian ia telah terjatuh pada pandangan yang ganjil karena telah menafikan adanya prinsip dualisme dimana dunia non fisik adalah pasangan dari dunia fisik.dengan kata lain resiko ilmiah dari menolak prinsip dualisme adalah keniscayaan akan terjatuh pada pandangan pandangan yang ganjil-tak masuk di akal
Begitu pula ketika bahasan metafisika itu menyentuh persoalan yang berkaitan dengan agama maka dengan berbekal konstruksi prinsip dualisme maka kita akan mudah untuk memahaminya.misal,mudah bagi akal fikiran kita untuk memahami keharusan adanya konsep balasan,pengadilan Ilahi,sorga-neraka karena semua itu merupakan akibat dari sebab adanya benar-salah,baik-buruk-kebaikan dan kejahatan yang ada di di alam dunia sedang sebagaimana kita tahu sebab-akibat adalah bagan dari konstruksi dualisme yang bersifat menyeluruh,demikian pula akhirat adalah pasangan dari dunia
Sebagaimana analoginya kita akan mudah merekonstruksi sebuah benda elektronik kalau konstruksinya sudah kita fahami demikian pula dengan dunia metafisika,konstruksinya tidaklah dibuat oleh alam fikiran manusia tetapi oleh sang penciptanya dan itu ada tercermin dalam realitas sebagaimana contohnya ada jiwa-raga,tubuh-fikiran dalam diri kita.
Apakah seluruh ilmu pengetahuan termasuk dunia metafisika yang dibahas disini harus dimulai dari ‘aku berfikir’ atau kesadaran diri (mengikuti prinsip Descartes) dan menyimpan semua hal yang belum masuk kedalam kesadaran sebagai ‘keraguan’ ? .. kalau semua harus dimulai dari kesadaran maka kelemahan dari konsep kesadaran Descartes adalah tidak semua hal bisa langsung tersadari sebagai ‘obyek’-‘realitas’.karena kesadaran manusia itu terbatas sehingga terlalu banyak hal-obyek ilmu pengetahuan yang akan berada diluar kesadaran sedang akal fikiran kita menuntut pemahaman yang menyeluruh
Nah dengan memahami adanya prinsip dualisme kita menempuh jalan pintas-jalan tol dalam upaya memahami dunia metafisika bahkan terhadap hal hal yang belum sepenuhnya masuk kedalam alam kesadaran kita,atau dengan kata lain mungkin kesadaran kita bisa di simpan untuk ‘mengikuti di belakang’ dan pemahaman akali kita dahulukan
Apapun pandangan manusia tentang prinsip dualisme bila kita mencoba menjadikannya sebagai pemandu untuk memahami persoalan persoalan metafisika yang terkadang nampak rumit maka setidaknya kita telah memiliki peralatan untuk lebih memudahkan kita dalam menyelesaikannya..
Sebagai contoh : bagaimana kita memahami konsep ‘takdir’ dengan menggunakan pisau bedah prinsip dualisme (?)
…………..
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI