Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nilai hidup dalam pandangan sang terpidana mati

2 Mei 2015   11:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:27 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14305405221438174018

[caption id="attachment_414363" align="aligncenter" width="300" caption="images:news.liputan6.com"][/caption]

…

Bila anda ingin mengenal serta meresapi dengan sungguh sungguh nilai dari hidup maka coba bertanyalah pada para terpidana mati atau bercerminlah pada pengalaman hidup mereka.mengapa bahkan hingga saat saat terakhir menjelang eksekusi mereka tetap ngotot meminta agar diberi kesempatan untuk tetap dapat menikmati hidup walau mereka tahu kehidupan yang mereka jalani kelak mungkin akan dipenuhi dengan berbagai macam kesulitan serta penderitaan,… mereka memilih untuk tetap hidup walau kehidupan yang kelak harus mereka jalani hanyalah kehidupan dibalik terali besi yang gelap dan pengap dalam waktu yang sedemikian lamanya…mereka memilih untuk tetap dapat hidup walau mereka tahu bahwa dunia adalah tempat berbagai macam penderitaan dan kesengsaraan dapat terjadi bukan sorga tempat manusia menikmati berbagai macam kesenangan yang tanpa diselingi oleh penderitaan.tetapi mengapa mereka memilih tetap hidup ketimbang mati walau andai mereka kelak harus menjalani hidup ini secara susah payah-memeras keringat banting tulang hanya untuk mencari sesuap nasi.mereka memandang hidup lebih baik ketimbang mati bahkan andai dalam kehidupan itu mereka melihat atau menghadapi hal terburuk sekalipun

Dan andai mereka dapat menebus kesalahan yang mereka perbuat dengan semua harta benda yang mereka miliki agar terbebas dari hukuman mati maka mereka pasti akan menebusnya,mereka akan memilih tetap hidup bahkan andai setelah itu harta yang mereka miliki tinggal baju yang melekat dibadan,dan itu mereka lakukan tentu karena mereka memandang betapa bernilainya hidup bahkan bila hal itu dibandingkan dengan semua harta benda yang ada dimuka bumi yang adalah hanya benda mati ,sebuah ironi bila mengingat di sisi lain banyak orang yang sampai rela mempertaruhkan nyawanya demi hanya untuk memperoleh harta benda yang tak seberapa

Mereka mulai menyadari betapa bernilainya hidup setelah mereka dihadapkan pada keharusan untuk menjalani eksekuti mati,sebuah kesadaran yang terlambat mengingat dulu saat mereka masih hidup bebas mereka menyia nyiakan hidup dengan melakukan hal hal yang negative serta merusak.tetapi itulah sifat manusia yang biasanya baru bisa menghargai sesuatu setelah sesuatu itu lenyap dari kehidupannya,manusia baru menghargai betapa bernilainya sehat setelah merasakan bagaimana rasanya sakit,betapa bernilainya cinta kasih seseorang setelah orang yang mengasihinya itu meninggalkannya

Itu sebab dalam agama Ilahiah ada konsep ‘bersyukur’ sebagai cara agar manusia bisa sadar sesadar sadarnya atas karunia yang mereka miliki saat sesuatu itu masih ada dalam genggamannya-masih menjadi miliknya dan dapat menjaganya dengan sebaik baiknya agar nikmat itu tidak lepas dari genggamannya

Lalu apa yang mereka inginkan dalam kehidupan ini sehingga mereka begitu ngotot untuk tetap dapat memilikinya atau apa yang membuat mereka begitu bersemangat tetap memilih untuk hidup padahal di sisi lain andai mati yang harus menjadi pilihan maka Tuhan menjanjikan kehidupan yang penuh dengan kesenangan dan kebahagiaan bagi orang orang yang pergi kehadapan Tuhan dengan membawa iman

Atau apakah keinginan untuk tetap dapat hidup hanya merupakan sebuah instink manusiawi sebagaimana juga binatang memilikinya (?) …..

Di sisi lain lalu mengapa sebagian manusia yang memiliki kebebasan dalam kehidupannya malah menginginkan untuk mati (?) ..bayangkan, orang orang yang dalam kehidupannya mendapati sedikit kesulitan-kekecewaan-penderitaan lalu mereka kehilangan hasrat untuk tetap hidup dan lalu memilih mengakhiri hidup dengan jalan bunuh diri.mereka yang mengakhiri hidup secara sia sia mungkin tak pernah berfikir tentang betapa sebenarnya bernilainya hidupsebagaimana para terpidana mati pernah merasakannya

……………………………………………………………………………………………………………………………………….

*tulisan sederhana ini tidak berhubungan dengan masalah pro-kontra hukuman mati yang lebih merupakan ranah hukum tetapi sekedar upaya merenungi nilai hidup yang bagi kita yang terbiasa menjalaninya mungkin tidak pernah terpikirkan sama sekali

Pernahkan kita yang menjalani hidup secara ‘normal’ berfikir tentang apa-bagaimana itu nilai hidup .. ataukah hanya mereka para terpidana mati yang ‘beruntung’ pernah dapat merasakannya (?) ..bahkan mungkin kita hanya mengisi dan menjalani hidup ini secara ‘formal’ dengan bekerja dan terus bekerja-mencari uang dan terus mencari uang tetapi tidak pernah mendalami apa itu hidup-menghayati makna nya atau apalagi sampai mensyukurinya …

Banyak dari kita yang menjalani hidup tetapi tidak menyadari nilai dan apalagi makna nya dan karena itu sebagian menyia nyia kan serta merusaknya dengan melakukan hal hal yang negative sementara di sisi lain sang terpidana mati begitu sangat menginginkan untuk tetap dapat memilikinya bahkan hingga saat saat terakhir menjelang eksekusi mati nya …..

…………..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun