Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Masagi sebagai filosofi berfikir

2 April 2014   20:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 1560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13964181381204163674

[caption id="attachment_329691" align="aligncenter" width="300" caption="images:sigup.blogspot.com"][/caption]

……

‘masagi’,adalah filosofi sunda yang singkat - padat tetapi memiliki makna pengertian yang mendalam, kalau menurut rekan saya yang jawa mungkin sama dengan filosofi ‘genape’ dalam khazanah jawa,yang makna nya parallel dengan ‘genap’ dan itu artinya ‘tidak ganjil’.jadi masagi - genape makna nya kurang lebih sikap - cara pandang atau cara berfikir yang mengarah ke upaya untuk mencari kesempurnaan - kesatu paduan yang konstruktif dan menghindari hal hal yang acak acakan serta ‘ganjil’

‘masagi’ dalam analogi gambar ibarat beberapa garis lurus yang karena tiap sisinya memiliki panjang yang sama maka bisa terbentuk bangunan kubus segi empat yang bila dipandang nampak ‘genap’ atau ‘sempurna’, bayangkan apabila beberapa garisnya memiliki panjang yang berbeda beda maka yang akan terbentuk adalah bangunan yang masih nampak ‘ganjil’,sehingga filosofi ‘masagi’ berkaitan dengan upaya untuk mencari keserba terpaduan agar bisa terbangun gambaran yang perfect-sempurna-'genape'

Orang tua kita di masa silam mungkin pernah memberi kita nasihat agar dalam hidup ini atau ketika kita membuat sebuah keputusan harus berdasar hasil cara berfikir yang  'masagi' artinya hasil 'melihat dan mempertimbangkan dari berbagi sisi dan sudut pandang',dan itu artinya secara tak langsung orang tua kita mendidik kita untuk berpandangan menyeluruh dan berfikir konstruktif

................

Lalu bagaimana filosofi ‘masagi’ ini bila dihadapkan pada problem keilmuan-problem kebenaran di akhir zaman yang semakin lama semakin kompleks dan rumit serumit alur pemikiran para saintis serta para filsuf kontemporer (misal) ?

Analoginya mungkin akan seperti bila kita menemukan se abreg material bangunan yang makin beraneka bentuk dan rupa,maka yang ada dalam fikiran kita tentu bagaimana cara menyatu padukan semua material bangunan yang beragam bentuk itu menjadi sebuah kesatu paduan yang menyatu dalam sebuah konstruksi bangunan,sebab bila tidak disatu padukan tentu semua material bangunan itu akan merupakan suatu yang acak acak an,dan hal yang kiranya tak perlu diambil - diterapkan tentu akan menjadi ibarat material bangunan yang harus dibuang sebab bila dipaksakan diterapkan yang akan nampak tentu hanyalah keganjilan

Artinya seorang yang berusaha untuk ‘masagi’ akan berupaya menghindari sikap-cara pandang serta cara berfikir yang acak-ter kotak kotak serta ganjil, dan untuk mengarah kesana memang sebelumnya ia harus memiliki filosofi cara pandang yang menyeluruh

Sebab kini dengan makin beragam nya element keilmuan yang terkonsep dalam berbagai disiplin keilmuan maka yang sangat mudah terjadi adalah cara berfikir dan cara pandang yang parsialistik-terkotak kotak,sulit untuk mengarah ke ‘masagi’

‘masagi’ kalau di gambarkan dalam bentuk fisik mungkin menyerupai bentuk segi empat berbentuk kubus yang sama tiap sisi nya,karena tiap sisinya padu tak ada yang kepanjangan atau kependekan maka bentuknya menjadi ‘masagi’

Dalam filosofi kehidupan yang sebenarnya orang yang berusaha ‘masagi’ adalah seorang yang telah bisa menyatu padukan semua pengalaman serta ilmu pengetahuan yang pasti memiliki sisi yang berbeda beda yang telah dialaminya menjadi sebuah kesatu paduan-tidak lagi berpandangan terpecah-terkotak kotak-parsialistik,dengan kata lain selalu berupaya berfikir konstruktif dan berpandangan menyeluruh

Sebaliknya seorang yang tidak berupaya untuk ‘masagi’ adalah seorang yang cara berfikir serta cara pandangnya masih terkotak kotak-parsialistik,masih belum bisa memadukan ilmu serta pengalaman nya yang berbeda beda menjadi sebuah kesatu paduan.juga seorang yang cara pandangnya ganjil -monolistik misal karena hanya focus serta orientasi kepada dunia yang nampak mata-terbukti secara empirik melalui pengalaman dunia indera, sedangkan fakta menunjukkan adanya hal hal yang tak nampak mata yang tak tertangkap oleh pengalaman dunia inderawi

Dengan kata lain ada sebuah cara pandang yang membuat seseorang sulit untuk ‘masagi’,misal bila seseorang memproklamirkan diri sebagai ‘materialist’ maka sulit baginya untuk bisa ‘masagi’,karena bila kelak ia memperoleh pengalaman dengan dunia abstrak-gaib atau berhadapan dengan problem keilmuan-kebenaran yang sudah berkaitan dengan hal hal yang bersifat abstrak-gaib-metafisik maka ia akan sulit bisa menyatupadukannya dengan ilmu serta pengalaman pengalaman empiriknya

Jadi ‘masagi’ pada prakteknya memerlukan dua kaki untuk berpijak : dunia alam lahiriah dan dunia alam abstrak-gaib sehingga dengan memiliki dua kaki itu fikirannya akan bisa merespon ilmu dan pengalaman yang berbeda beda yang datang dari berbagai dimensi yang berbeda, yang sebagai manusia mustahil manusia hanya bergumul dengan hal hal yang bersifat lahiriah-material belaka siapapun orangnya diatas muka bumi ini termasuk yang memproklamirkan diri sebagai materialist sekalipun

………………………

Mengapa harus masagi (?) ….

Sebab, baik ilmu maupun pengalaman itu tak bisa kita dapatkan secara sekaligus melainkan bertahap, cara kita memahami kebenaran ibarat seorang yang membangun sebuah bangunan besar maka prosesnya terjadi secara bertahap, saat kita menemukan material bangunan yang baru lalu kita merangkainya dengan apa yang sebelumnya telah kita terapkan.saat kita menemukan berbagai bentuk ilmu termasuk yang dari kitab suci itu seperti menemukan potongan potongan mainan puzzle yang harus kita rangkai sebab Tuhan menurunkan ilmu kepada manusia itu tidak dalam keadaan selalu built up-tinggal pakai tetapi memberikannya dalam bentuk potongan potongan yang tercerai berai.ilmu sebagai element pembentuk ‘kebenaran’ itu kita peroleh atau kita temukan dari barat-timur-utara dan selatan. juga dari agama - filsafat maupun sains,nah selanjutnya : bagaimana menyatu padukan ke seluruhan puzzle ilmu pengetahuan yang terserak di sana sini  itu .. tentu memerlukan sikap serta cara pandang yang MASAGI, dan masagi disini paralel dengan cara pandang ‘menyeluruh’ dan cara berfikir yang konstruktif (cara berfikir yang menghindari ke acak kan dan keganjilan),sebab di zaman ini tanpa kita berpandangan menyeluruh dan berfikiran konstruktif maka pikiran kita mudah di kotak kotakkan dan terkotak kotakkan oleh berbagai pandangan manusiawi yang berbeda beda dan beraneka warna sebagaimana contohnya berbagai pemikiran yang datang dari dunia filsafat maupun sains

………………….

Apakah anda tertarik berusaha untuk ‘masagi’ (?),ataukah anda merasa puas berada dalam sebuah ‘kotak’ tersendiri yang dibuatkan oleh manusia dan tak tertarik untuk memahami semuanya secara menyeluruh dan menyatu (?)

Dan sebab jangan salah, dizaman ini banyak rumusan-filosofi-pandangan yang kalau dianalisis dan di dalami sebenarnya jauh dari konsep 'masagi' ...

………………..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun