[caption id="attachment_362973" align="aligncenter" width="300" caption="mediapublika.co"][/caption]
..
Para penggagas prinsip demokrasi ter obsesi oleh prinsip bahwa suara rakyat adalah ‘suara Tuhan’ seolah rakyat adalah ‘simbol kebenaran dan kebaikan’ sehingga mereka lalu merumuskan konsep ‘kedaulatan ditangan rakyat’ sebagai prinsip dasar demokrasi karena landasan dasar kepercayaan bahwa suara rakyat=kebenaran
Nah sebab itu bila kita ingin membuat rekonstruksi mendasar atas demokrasi maka sebaiknya itu harus kita mulai aari prinsip atau landasannya yang bersifat mendasar itu.sehingga,pertanyaan pertama yang akan kita ajukan adalah : betulkah suara rakyat adalah symbol ‘kebenaran dan kebaikan’ (?) … maka secara singkat jawabannya yang pasti adalah : relative-tidak mutlak-tidak pasti.bergantung pada kualitas dari rakyatnya itu sendiri
Kalau rakyat suatu negara itu terdiri dari para malaikat maka saya bisa memastikan bahwa suara mereka adalah ‘suara Tuhan’ sebab mereka semua pasti hanya akan menginginkan hal hal yang baik dan benar. sebaliknya bila rakyat suatu negara adalah para saitan maka hal itupun sudah bisa dipastikan bahwa suara mereka pasti bukan suara Tuhan karena kemungkinan mereka akan cenderung kepada hal hal yang tidak baik dan tidak benar.lalu bagaimana dengan manusia (?)
Manusia berada dipertengahan antara malaikat dengan saitan,artinya sebagian dari manusia ada yang lebih cenderung menginginkan hal hal yang baik-benar-selamat dunia akhirat tetapi sebagian ada yang lebih menginginkan hal hal yang tidak baik dan tidak benar, yang membinasakan baik di dunia maupun apalagi di akhirat
Sebab itu bila kepada manusia-rakyat diberikan konsep demokrasi maka itu akan membuat mereka terpecah kepada dua golongan antara yang akan menggunakannya dengan baik-benar dan bijaksana untuk tujuan yang baik dan benar pula,tetapi kemungkinan ada pula yang akan memanfaatkannya justru untuk hal hal yang tidak baik dan tidak benar.artinya tidak bisa disebut mutlak bahwa semua akan menggunakannya untuk hal hal yang baik dan benar (sehingga semua bisa dipukul rata sebagai ‘suara Tuhan’)
Bila perlu contoh real baik yang terjadi di dalam maupun di luar negeri bagaimana demokrasi atau ‘suara rakyat’ dalam hal ini, bisa juga digunakan untuk hal hal yang tidak baik dan tidak benar maka contohnya sebenarnya akan bisa melimpah ruah,misal :
1.suara rakyat yang menginginkan dipertahankannya sebuah lokalisasi pelacuran yang ditutup pemerintah.mereka mengungkapkan isi hatinya dengan cara berdemo dengan mengatas namakan ‘demokrasi’
2.suara rakyat yang mendukung aliran sesat yang jelas jelas telah menodai prinsip prinsip dasar agama
3.suara rakyat yang dalam pemilihan bisa disogok dengan uang-atau bisa dipengaruhi oleh hal hal yang bersifat duniawi
4.suara rakyat yang menyokong seseorang yang jelas jelas memiliki moral yang tidak baik atau yang memiliki reputasi yang buruk misal berperilaku suka memperkaya diri dengan korupsi
5.suara rakyat yang menginginkan kebebasan yang tanpa batasan moral tertentu seperti yang terjadi di negara liberal.misal kebebasan dalam berperilaku seks bebas,kebebasan melakukan hubungan pernikahan sejenis,kebebasan ber nudis ria dlsb.
5.suara rakyat yang cenderung memberi dukungan kepada golongan yang melakukan hal hal yang negatif termasuk misal menyokong atau membiarkan fihak fihak yang melakukan penghinaan kepada nabi-simbol agama dlsb.
6.dan banyak lagi kasus lain yang bisa anda temui dalam kenyataan bahkan di seluruh pelosok dunia yang semua menunjukkan bahwa tidak semua suara rakyat bisa memiliki status sebagai 'suara Tuhan'
Itu semua adalah hal hal yang membuat demokrasi tak bisa dikultuskan sebagai kebenaran atau kebaikan yang bersifat mutlak.atau dengan kata lain tak bisa mengkultuskan seluruh suara rakyat secara keseluruhannya pukul rata sebagai ‘suara Tuhan’.karena demokrasi itu sebenarnya bergantung pada manusianya termasuk individu per individu sebagai pelaku-pelaksana nya,ke arah mana mereka masing masing akan lebih mengarahkannya ke arah yang benar atau yang salah-yang baik atau yang buruk (?)
Atau, setelah menyadari akan fakta fakta diatas,masihkah tetap pada pandangan bahwa suara rakyat=pasti seluruhnya secara mutlak sebagai 'suara Tuhan' (?)
Sebab itu ‘demokrasi’ itu tak lantas secara serta merta bisa langsung dianggap memiliki nilai tertentu,tidak serta merta bisa langsung dianggap memiliki nilai positif atau negative tetapi bergantung kelak manusia akan mengarahkannya kemana; ke arah kebenaran dan kebaikan atau lebih mengarah kepada kebebasan semata yang tanpa batasan moral misal