…
Tiap orang dikaruniai dengan nurani disamping akal dan rasa perasaan hawa nafsu,ketiganya memiliki karakter yang khas yang berbeda antara satu dengan lainnya dan ketiganya menyatu sebagai ‘jiwa’.dan ’pergumulan jiwa’ sering terjadi karena ada pergumulan diantara ketiganya, seolah ada ‘perebutan kekuasaan’ diantara ketiganya untuk bisa tampil sebagai pengendali jiwa,sehingga ada orang yang lebih didominasi oleh suara nuraninya dan ada orang yang lebih didominasi oleh rasa perasaan nafsunya, sedang akal berdiri ditengah tengah dan akan ikut mana yang lebih kuat yang mendominasi jiwa
Beda dengan rasa perasaan nafsu yang hidup di ‘permukaan’ dan lebih mudah diraba dari luar misal melalui ekspressi wajah maka nurani hidup dikedalaman,ia sering berupa alam bawah sadar walau bisa muncul ke permukaan sebagai kesadaran penuh.bagi seseorang yang memiliki nurani yang kuat dan tajam maka nuraninya itu lebih sering muncul ke permukaan bahkan menyatu dengan akal dan emosionalitas nya (sehingga akal dan nafsunya-emosionalitasnya tunduk-mengikuti nurani nya). sedang pada orang orang tertentu yang kurang ber nurani-yang cenderung bengis-kejam-tak berperi kemanusiaan nurani nya itu lebih banyak hidup di alam bawah sadar bahkan ketika sang nurani ingin muncul ke permukaan menjadi kesadaran penuh buru buru ia menutup nya kembali dan menekannya kembali ke alam bawah sadar
Ciri khas nurani adalah ia cenderung kepada hal hal yang baik dan benar sehingga bila ada hal yang buruk-tidak baik tetapi mengatas namakan ‘nurani’ maka itu merupakan sebuah penipuan psikologis. misal bila ada kelompok yang berdemo meminta lokalisasi pelacuran tetap eksist dengan mengatasnamakan nurani misal, maka itu adalah sebuah kebohongan psikologis besar,dan banyak demo demo yang memperjuangkan hal hal yang salah dan dengan berapi apai mengatas namakan ‘nurani’ padahal sesuangguhnya bukan di dorong oleh suara nurani tetapi oleh rasa perasaan hawa nafsu nya.bahkan kata ‘nurani’ pun masuk ke ranah politik menjadi nama partai padahal belum tentu tindakan politik nya bersesuaian dengan nurani belum tentu juga memperjuangkan hal hal yang bersesuaian dengan nurani,sebab bila yang diperjuangkan adalah sekedar kekuasaan missal maka itu tidak akan bersesuaian dengan nurani
Dalam kehidupan suara nurani memang akan selalu menjadi ujian bagi manusia, untuk menjadi tajam atau menjadi tumpul-untuk menjadi bercahaya atau menjadi gelap.ketika seseorang berhadapan dengan hal hal yang membuat nuraninya lalu bergejolak (hendak muncul ke permukaan) misal melihat suatu hal yang menimbulkan rasa iba dan membutuhkan pertolongan (‘menyentuh nurani’) maka ada counter yang mengatas namakan hawa nafsu,lalu ada suara berbisik dari arah hawa nafsu itu (‘saitan’ menurut agama) : ‘bila engkau menolong orang itu maka kamu akan mengeluarkan biaya yang teramat besar padahal bisa saja ia hanya berpura pura … dst’.sehingga nuraninya terdorong masuk kembali kealam bawah sadar dan menyerahkan kendali jiwa untuk diambil alih oleh rasa perasaan hawa nafsu
Atau bila anda seorang lelaki dan dihadapan anda seorang penggoda golongan hawa yang sangat mengharapkan reaksi anda maka saat itu siapa yang akan muncul sebagai sang pengendali jiwa : nurani ataukah hawa nafsu (?)
Tetapi ketika ada bisikan sang saitan yang mempengaruhi rasa perasaan hawa nafsu biasanya itu akan diimbangi oleh munculnya intuisi intuisi Ilahiah kedalam nurani untuk mengimbanginya,sehingga jadilah jiwa sebagai ajang pergumulan antara suara Ilahiah melawan suara saitan.walau tentu hal ini hanya akan difahami oleh orang yang beriman kepada adanya-tak akan difahami oleh yang tak beriman kepada ada nya.
Dengan kata lain suara Ilahi datang melalui nurani dan sebaliknya suara saitan datang melalui rasa perasaan hawa nafsu
Lalu bagaimana reaksi anda ketika suatu saat suara nurani anda bergejolak ingin muncul ke permukaan dan menyatakan fikirannya - pendapatnya - gagasannya - niat niat nya - kehendaknya (?) .. apakah anda akan membuka pintunya ataukah akan segera menutup pintunya rapat rapat (?) …. sesungguhnya ketika itu terjadi maka itu akan menjadi semacam ujian yang menunjukkan ‘apa’ sebenarnya yang lebih mendominasi jiwa anda
Kepemimpinan nurani atas jiwa terkadang tidak begitu saja hadir sebagai bawaan seperti malaikat yang bawaannya selalu baik sejak awal tetapi terkadang setelah mengalami perjalanan hidup yang penuh dengan lika liku yang panjang,setelah sang jiwa mengalami banyak luka batin,setelah sang nafsu membentur cadas yang keras dan merasakan bagaimana sakit dan pedihnya bila diri berada dibawah kepemimpinan hawa nafsu
.........................
Dan itulah beragam problem kejiwaan yang dialami manusia sebenarnya akan lebih mudah dilihat- difahami dan diselesaikan bila memakai konstruksi ilmu jiwa versi Ilahi yang memang sesuai dengan fitrah manusia sebagaimana adanya - kenyataannya. yang mendeskripsikan jiwa sebagai suatu yang terdiri dari nurani - akal dan rasa hawa nafsu dengan karakteristiknya masing masing sesuai FAKTA kenyataannya(bukan berdasar teori),ketimbang melihatnya dengan menggunakan teori teori ilmu jiwa buatan manusia yang terkadang rumit serta asing bagi jiwa manusia karena menggunakan istilah istilah baru yang belum tentu pas - cocok dengan karakter dari unsur jiwa yang ada pada kita yang selama ini sudah kita fahami
……………........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H