Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Karena Nasihat Orangtua Jauh Lebih Berharga daripada Motivator

3 Oktober 2016   16:27 Diperbarui: 4 Oktober 2016   09:09 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: purposeindonesia.org

........

Nasihat kakek-orang tua zaman dahulu sekarang ini bagi sebagian anak-anak muda utamanya mungkin sudah dianggap atau disamakan dengan ‘barang kuno’ makanya mungkin sudah jarang didengar dan apalagi didalami dan dihayati secara sungguh sungguh oleh anak-anak muda zaman sekarang, mungkin sudah dianggap kalah keren dan kalah bersaing dengan nasihat yang keluar dari mulut para motivator.

Bisa kita lihat anak-anak muda zaman sekarang mungkin ada yang lebih suka berkerumun di depan seorang motivator walau mereka harus rela membayar untuk itu,mereka nampak sangat antusias menyimak nasihat demi nasihat ‘super’ nya dan disebut ‘super’ karena di samping racikan kata demi kata nya memang keren-cerdas sehingga berefek mampu menimbulkan energi yang memotivasi. Bukan suatu yang negatif tentunya, tetapi akan negatif misal bila di balik itu nasihat orangtua sendiri atau kakek kakek-nenek nenek dari zaman dahulu kala diabaikan atau malah dianggap ‘kuno’-‘kolot’ dsb.  

Ketika anak-anak muda zaman sekarang dinasihati oleh orang tua zaman dahulu dengan ketus mereka sering malah berbalik melawan misal dengan ucapan, "kakek sudah ketinggalan zaman sih." Mereka menganggap nasihat kakek ‘tidak super’ karena sudah tidak cocok dengan situasi dan zaman mereka hidup, beda dengan nasehat para motivator kelas dunia yang memiliki perbendaharaan kata yang memang jauh lebih menarik dan memang nampak sesuai dengan kondisi situasi zaman dimana anak-anak muda menjalani kehidupannya

Nasihat kakek atau orang-orang tua zaman dahulu yang cara berpikirnya biasanya masih sederhana dan sering distigmakan oleh sebagian anak muda sebagai berpikiran ‘kolot’ memang nampak ‘tidak menjual,’ artinya memang secara ekonomi tidak memiliki nilai bisnis. 

Karena mereka tentu tidak memiliki tujuan ke arah itu, beda dengan perbendaharaan kata yang dimiliki para motivator kelas dunia, mereka bisa memainkan banyak perbendaharaan kata yang memang sangat ‘menjual’ dan itu dapat dibuktikan ketika para audiens terpesona dan lalu termotivasi oleh nasihat super para motivator itu, dan lalu media media di seluruh dunia pun mencium aroma bisnis tersendiri di balik keterpesonaan massa terhadap kata kata yang diracik sang motivator itu.

Hanya ingatlah terhadap perbedaan yang satu ini, kelebihan yang dimiliki oleh kakek-orang tua zaman dahulu kala yang tidak dimiliki oleh para motivator kelas dunia sekalipun yaitu ketika mereka memberi nasihat yang nampak sederhana kepada para anak muda zaman sekarang. 

Mereka mengucapkannya dengan tulus-penuh rasa cinta-kasih sayang yang mendalam, itu sebab kata-kata sederhana yang keluar dari mulut mereka-para orang tua zaman dahulu bagi yang mau mendengar-menyimak-meresapi dan mendalaminya akan tertancap kuat dalam hati sanubari sepanjang hayat dikandung badan.

Itu adalah efek batiniah yang sangat dahsyat karena mereka mengatakannya dengan ketulusan disertai cinta kasih yang sejati walau terkadang sering memperoleh imbalan yang tidak mengenakkan dari para anak muda zaman yang gagal paham yang sering menganggap nasihat mereka sudah ‘ketinggalan zaman.’ Mereka-anak-anak muda banyak yang tidak bisa menangkap spirit cinta sejati dibalik apa yang diucapkan oleh para orang orang tua zaman dahulu.

Dan itulah, yang membuat kata-kata sederhana yang meluncur dari para orangtua zaman dahulu bernilai tinggi-bahkan tak ternilai oleh uang berapapun adalah; di balik nasihat sederhana yang mereka ucapkan itu tersimpan rasa cinta-kasih sayang yang mendalam yang bahkan tak bisa dinilai oleh uang berapapun.

Itu sebab mereka memberi nasihat dengan secara tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun. Bahkan ketika anak-anak muda yang diberi nasihat itu masih menampakkan sikap melawan mereka tetap tabah-tetap berharap dan tetap berdo’a mungkin sambil berurai air mata berharap semoga Tuhan tetap selalu menjaga ana- anak yang dikasihinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun