Â
Dunia materi-fisik dan dunia non materi-non fisik adalah dua dunia yang memiliki wujud yang berbeda bahkan keduanya seringkali diposisikan berlawanan dalam konsep oposisi biner,dan masing masing memang memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda antara satu sama lain.salah satu karakteristik khas dari dunia materi adalah : ia bisa diukur dengan pengukuran yang serba pasti dan terukur yang misal melahirkan rumus rumus ilmu fisika yang pasti-baku-bersifat permanen sehingga dapat diaplikasikan menjadi ilmu teknologi.
Sedang karakteristik dunia non materi sebaliknya ia tak bisa diukur oleh manusia dengan pengukuran yang selalu serba pasti dan terukur, walau puluhan failosof telah membuat beragam metodologi-system untuk dapat mendeskripsikannya tetapi dunia ‘metafisika’ tetap selalu menyisakan banyak persoalan yang sulit untuk dipecahkan dan itu karena karakternya yang tidak selalu dapat dikukur dengan pengukuran serba pasti dan terukur.karena itu dalam dunia non materi-dunia metafisik dimana termasuk kedalamnya adalah ‘dunia gaib’ itu terdapat karakteristik sebagai berikut : misterius-tak dapat diraba-tak dapat diukur-tak dapat diselami-tak dapat dipastikan,sehingga wajar apabila manusia banyak yang mendatangi kitab suci untuk mencoba memahaminya secara lebih jauh.
Nah sekarang apabila dunia materi dan dunia non materi itu digambarkan oleh kitab suci sebagai dua dunia yang menyatu maka, apa-dimana-bagaimana wujud garis demarkasi atau garis perbatasan antara keduanya mengingat kedua alam itu memiliki wujud yang  berbeda ? apakah diantara keduanya terdapat garis batas yang jelas-dapat dilihat mata telanjang-‘dapat dipegang tangan’ serta dapat diukur dengan pengukuran yang pasti dan terukur ?
Contoh garis batas antara dua wujud yang dapat dilihat secara jelas-dapat diukur-dipegang tangan-dipastikan (sehingga tidak ada wilayah remang remang atau samar samar) misal lapisan lapisan yang ada pada buah kelapa atau telur dimana kita dapat membedakan secara jelas antara batok kelapa-daging kelapa serta air kelapa,sehingga tak ada yang remang remang ketika kita mendefinisikan lapisan lapisan buah kelapa.
Demikian pula kita dapat membedakan secara jelas antara kuning telur dan putih telur atau antara darah-daging dan tulang pada tubuh manusia.nah ilmu teknologi pun tentunya berbicara tentang obyek yang serba dapat diukur secara pasti dan terukur.artinya ilmu teknologi tidak mengelola wujud yang tidak bisa diukur secara pasti dan terukur.bayangkan apabila pembuatan mesin pesawat terbang bersandar pada prinsip mekanisme yang tidak bisa diukur serta dipastikan secara pasti dan terukur maka tak akan ada seorangpun yang berani naik pesawat terbang.dengan kata lain tak ada prinsip keserba takpastian didunia teknologi karena itu dunia teknologi (tidak sebagaimana ‘partikel Tuhan’) bisa dikontrol dan dikendalikan
Tetapi para fisikawan tidak hanya bergumul dengan teknologi-tidak hanya mengelola ‘materi padat’ atau wujud materi yang masih bisa diukur secara pasti dan terukur, arah perkembangan ilmu fisika ternyata makin lama makin berjalan maju ‘kedalam’- ke dunia sub atom dan menemukan ragam partikel ekstra halus yang memiliki karakter unik yang berbeda dengan materi kasar atau materi padat yaitu tidak dapat diukur dengan pengukuran yang serba pasti dan terukur sehingga para fisikawanpun mulai memainkan atau mempermasalahkan ‘sudut pandang’ sang pengamat, bandingkan dengan pengukuran terhadap materi padat yang tak memerlukan atau mempermasalahkan sudut pandang tertentu.di dunia fisika quantum para fisikawan tak lagi berkutat dengan postulat atau rumusan ilmu fisika yang seperti biasa : serba ketat dan tentunya kering dari hal hal semisal perenungan filosofis.
Di dunia fisika quantum apalagi ketika masuk ke bahasan masalah ‘partikel Tuhan’ - ‘Bosson high’ misal maka manusia-para fisikawan disini mulai bermain main dengan hal hal yang bersifat filosofis sebab di dunia partikel serba teramat halus itu mereka menemukan fenomena unik seperti prinsip keserba tak pastian-keserba tak terukuran-ke serba samaran-absurditas-sifat spekulatif-karakter tak bisa dikendalikan sebagaimana manusia mengendalikan teknologi. perhatikan;dalam fisika quantum istilah ‘ketakpastian’-’kemungkinan’-‘relativitas’-‘probabilitas’-‘ilusi’-‘absurd’  menjadi kategori kategori baru yang banyak digunakan, suatu yang tentunya tidak ada di dunia teknologi yang mekanismenya ‘serba pasti dan terukur’.
Bayangkan, di dunia fisika quantum para ilmuwan seolah dapat menentukan hasil percobaan melalui partisipasi mereka dalam memilih peralatan pengukuran dengan kata lain tergantung pada bagaimana mereka berusaha untuk mengukur.karena ‘kuanta’-nama lain untuk partikel sub atomik adalah gelombang ketika sebuah alat pengukur digunakan dan di sisi lain adalah partikel ketika alat pengukur lain digunakan.dengan kata lain realitas seolah dibentuk sendiri oleh sang pengamat.bandingkan dengan realitas dunia fisik sehari hari yang ‘satu dimensi’.
Mungkin ada banyak orang yang sudah dapat meraba bahwa ketika para fisikawan masuk ke dunia fisika quantum maka sebenarnya mereka telah masuk wilayah perbatasan antara dunia materi dengan dunia non materi. Ibarat orang yang masuk ke waktu subuh menjelang pagi atau waktu sore menjelang malam maka saat itu ia berada di ‘wilayah perbatasan’ atau ibarat warna putih yang digambar hendak masuk ke warna hitam pekat maka ada warna antara yang memisahkan warna hitam dan warna putih yaitu warna abu abu.bandingkan dengan apabila warna putih itu berdiri terpisah dengan warna hitam (bukan kesatuan) maka ada garis batas yang jelas antara keduanya ‘yang dapat diukur dengan pasti’.
Ciri bahwa para fisikawan telah masuk ke wilayah perbatasan antara dunia materi dengan dunia abstrak-gaib adalah para fisikawan menemukan fenomena bahwa apa yang mereka amati itu hanya bisa ‘diraba’ tapi tidak bisa diukur secara pasti dan terukur ,dalam arti hasil pengamatan tak bisa ditetapkan dalam tetapan tetapan yang baku atau dalam rumus fisika ‘serba pasti’ yang bisa dibakukan sebagaimana ketika mereka mengelola dunia materi padat-kasar.dengan kata lain dalam dunia fisika quantum para fisikawan mulai menemukan fenomena ‘keserba tak pastian’-keserba samaran’ sebuah fenomena yang tak mereka temukan di dunia materi kasar-padat.