Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Derrida, Pemikiran yang Paradox dengan Kenyataan

25 Januari 2016   18:59 Diperbarui: 25 Januari 2016   19:21 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Derrida menyatakan bahwa pada kenyataannya Being-‘yang Ada’ itu bersifat majemuk tak berstruktur dan tak bersystem hingga tak bisa sekonyong-konyong dibenarkan melalui kata, tanda, dan konsep tunggal.

Mari kita hadapkan pemikirannya itu pada realitas-fakta-kenyataan sebab realitas adalah penguji semua bentuk pemikiran manusia yang dapat dipercaya dan bahkan bisa menjadi penguji atas semua system metafisika yang pernah dibuat

Dalam realitas kita sudah terbiasa melihat hal hal yang teratur-berlaku sama untuk keseluruhan-suatu yang pastinya memiliki struktur-system, mustahil lahir dari suasana chaos yang tanpa kendali.dan yang menangkap adanya hal itu bukan semata pengalaman empirik tetapi akal fikiran.akal fikiran adalah alat fikir yang bisa menelusuri serta menangkap adanya system-struktur, sebab cara berfikir akal itu tidak acak tetapi sistematik. seseorang dapat menebak adanya system-mekanisme-konstruksi-desain dibalik sesuatu tanpa harus selalu melalui pengalaman empirik langsung sebab ia dikaruniai akal fikiran.

Apakah Derrida tak bisa menangkap adanya system tunggal yang mengatur dunia-yang berlaku untuk keseluruhan sehingga kita semua umat manusia dapat mengalami serta merasakan hal yang SAMA walau manusia itu berbeda beda : bangsa-agama-kepercayaan-ideologi-pemikiran.bahkan manusia pun adalah yang Ada yang bersystem tunggal-coba saja analisis system biologis-fisiologis semua manusia dimanapun akan sama apapun bangsanya walau pandangan metafisis terhadap manusia dapat berbeda beda.dan beragam kata atau tanda apapun yang manusia gunakan untuk menafsir atau mengungkapkannya maka hakikat dari realitas yang bersystem itu tetaplah demikian adanya,dalam mengejar kepastian bukankah yang paling penting adalah hakikat- essensinya bukan para penafsirnya (yang bisa memberi kata, tanda atau konsep yang berbeda beda) ?

 Derrida menginginkan kebenaran tidak mesti bermakna tunggal, absolut, dan universal (sebab itu ia sangat memuja pluralitas pandangan individu)

Bila kita berbicara tentang essensi-hakikat kebenaran (bukan sudut pandang manusia yang bisa plural-majemuk) maka kalau kebenaran itu tidak bersifat tunggal-tidak absolute dan tidak universal maka kehidupan akan chaos-tak ada system-mekanisme yang mengatur keseluruhan (kalau kebenaran itu kita kaitkan dengan fakta adanya system tunggal).sebab hanya bentuk kebenaran tunggal lah yang dapat melahirkan struktur-mekanisme tunggal.yang plural-yang berbeda beda essensi atau yang berlawanan tak akan melahirkan sebuah system tunggal melainkan akan melahirkan system system yang berbeda yang satu sama lain dapat saling bertabrakan atau saling menghancurkan

Sebagai contoh,adanya hukum kehidupan pasti seperti adanya perputaran yang permanen antara siang-malam-yang muda selalu menjadi tua apabila dipanjangkan umurnya dan yang lahir selalu akan mati-makhluk hidup selalu lahir berpasangan antara lelaki-perempuan,jantan-betina dst.semua itu tak akan eksist tanpa adanya system-mekanisme tunggal yang mengatur.dan adanya system tunggal itu mau tak mau akan mengarahkan akal fikiran manusia pada adanya konsep kebenaran tunggal yang mengaturnya-bukan suatu yang plural yang bisa melahirkan system yang berbeda beda

Kalau system yang mengatur kehidupan itu tidak tunggal tetapi dua-tiga-empat dst.maka akan terjadi chaos-kekacauan sebab bisa terjadi perang antar system,mungkin system yang satu akan menumbangkan system yang lain.misal di daerah bumi sebelah barat manusia yang dilahirkan selalu berkaki 2 bertangan dua berkepala satu tetapi karena mungkin system yang mengaturnya berbeda maka dibelahan bumi sebelah selatan manusia yang dilahirkan berkaki 4 bertangan 4 berkepala 2, lalu, bisakah perputaran siang-malam lalu garis edar antar planet planet serta mekanisme yang mengatur kehidupan secara keseluruhan diatur oleh dua atau tiga atau empat system ? atau analoginya,dua atau tiga fabrikan yang masing masing saling bersaing secara ketat bisakah memutuskan hanya akan membuat satu produk bersama tanpa masing masing melebur terlebih dahulu menjadi satu ? 

Dan karena system-mekanisme yang mengatur itu bersifat tunggal maka suatu yang ideal-rasional apabila akal fikiran seluruh umat manusia apabila digunakan sesuai alur nya (alur rasionalitas yang tertata-terstruktur) semua akan mengarah pada kesepakatan adanya bentuk kebenaran tunggal dibalik eksistnya system-mekanisme tunggal itu,kecuali pemikiran spekulatif yang menyimpang yang ingin lari dari kesepakatan rasional itu,maka pemikiran yang menyimpang itu ibarat virus komputer yang berada diluar system yang mengendalikan komputer-virus yang eksist hanya untuk merusakkan system

Maka sebab itu bila kita ingin berbicara tentang kebenaran yang tunggal-absolute jangan hanya berdialektika dengan fikiran fikiran para failosof semacam Derrida sebab mereka bisa membawa kita pada pemikiran atau teori yang ‘absurd’-tidak realistik karena berlawanan dengan fakta,tetapi lebih ideal apabila kita memparalelkannya dengan fakta misal adanya system-mekanisme yang berlaku untuk keseluruhan umat manusia semisal adanya hukum kehidupan pasti itu.tanpa ber ‘hermeneutika’ sekalipun orang orang awam dengan mudah bisa faham bahwa system tunggal itu ada dan nyata-bukan ilusi.

Derrida bisa saja mendekonstruksi pemikiran modern tetapi ia tak akan bisa mendekonstruksi fakta-kenyataan alamiah.dan adanya system tunggal atas dunia yang dikenal sebagai hukum kehidupan pasti itulah yang membuat manusia tidak mudah dibawa kesana kemari oleh beragam pemikiran yang paradox dengan kenyataan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun