[caption id="attachment_387829" align="aligncenter" width="300" caption="www.dakwatuna.com"][/caption]
...
Semua manusia akan mati,dan jalan menuju kematian tidak pernah selalu dapat kita pastikan bahkan sekedar dibayangkan.itu bukan 'dogma' atau indoktrinasi tetapi fakta empirik-kebenaran absolut yang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.dan pengetahuan tentang hal itu harus terpatri dalam memory yang terdalam sebagai 'persiapan' andai suatu saat kita berhadapan dengan pengalaman yang tidak kita harapkan. masalahnya, ternyata tidak semua orang siap dengan berfikiran realistik dan bersikap logis menghadapi fakta empirik dalam kehidupannya itu.contoh nyata, ketika terjadi musibah yang merenggut nyawa orang orang yang dikasihi maka sebagian orang yang tidak siap menghadapinya mengalami guncangan psikologis yang teramat hebat atau larut dalam kesedihan yang terlalu mendalam.dengan kata lain memerlukan KESIAPAN MENTAL dan sikap realistik menghadapi realitas kematian yang tak dapat kita pastikan kapan datangnya dan dengan cara yang bagaimana ia akan datang itu
Bahkan karena kematian adalah hukum kehidupan yang di satu sisi senantiasa bersifat mysteri maka dalam kehidupannya manusia tak dapat memastikan masa depan duniawinya walau ia merencanakannya dan telah merancangnya sebaik mungkin.ambil contoh,korban musibah kecelakaan yang tidak sedikit diantaranya adalah orang orang yang (dibayangkan-diperkirakan) bermasa depan (duniawi) yang cemerlang seperti mahasiswa atau eksekutif muda atau calon pemimpin publik dlsb.
Termasuk juga kategori orang yang tidak siap menghadapi kematian yang jalannya tidak dapat kita pastikan itu diantaranya adalah orang yang terlalu fokus secara berlebihan kepada kehidupan duniawi,atau yang terlalu berlebihan dalam menyikapi kekayaan-harta benda duniawi, sebagai contoh,kalau ia membuat rumah ia membangunnya secara berlebihan seperti membangun istana kerajaan seolah rumah itu akan ia tinggali untuk selama lamanya,kalau ia membeli mobil maka dibelinya mobil mewah dalam jumlah banyak untuk lalu hanya menjadi koleksi yang dijejerkan digarasi rumahnya,atau mengoleksi perhiasan mewah untuk hanya sekedar memuaskan hasrat kesenangan nafsu semata
Jadi sikap tidak berlebihan terhadap harta benda duniawi termasuk kedalam cara untuk mempersiapkan diri menghadapi realitas kematian yang datangnya tak dapat kita duga dan tak dapat kita pastikan itu,sebab memiliki kecintaan yang terlalu berlebihan terhadap harta benda duniawi atau terhadap hal hal yang bersifat fisik-material lainnya akan membuat seseorang merasa berat untuk meninggalkannya dan cenderung merasa takut dengan kematian sehingga ditengarai tidak akan siap apabila berhadapan dengan musibah atau peristiwa yang merenggut orang yang dikasihinya misal
Pada prinsipnya agama Ilahi sebenarnya mengkonsep manusia agar bersikap realistis terhadap kehidupan, mengajarkan adanya hukum kehidupan pasti yang konstruktif-yang menata perikehidupan umat manusia secara keseluruhan secara adil-yang terbentang dari alam dunia hingga alam akhirat.bahwa kehidupan akan diakhiri dengan kematian dan tiap amal perbuatan manusia akan dimintai pertangungjawabannya,yang baik akan dibalas baik dan yang buruk akan dibalas buruk.mensetting alam fikiran manusia untuk agar tidak memiliki khayalan yang berlebihan-liar terhadap kehidupan dunia sebab dunia hanya akan dilihat sebagai tempat transit sementara menuju alam akhirat yang abadi.mengajarkan bahwa dunia adalah untuk dijalani tetapi bukan untuk dicintai,karena mencintai dunia secara berlebihan adalah sikap yang tidak logis dan juga tidak realistik
Bersikap realistik dengan kematian diantaranya adalah dengan tidak memiliki khayalan yang terlalu berlebihan terhadap dunia ini, misal khayalan seolah tidak akan mati atau seolah apapun yang dikumpulkan dan dimiliki tidak akan ditinggalkan.selalu berfikir tentang hakikat kematian disamping sebagaimana selalu berfikir tentang bagaimana menjalani kehidupan dunia ini akan membuat kita dapat berfikir dan bersikap secara berimbang
Mengapa kita tidak berfikir realistik tentang kematian sebagaimana juga kita terbiasa berfikir realistik kala menghadapi beragam problematika kehidupan dunia ini,dan bila fikiran anda sudah lebih matang,mengapa juga tidak berfikir logis tentang kematian bahwa ia adalah pintu gerbang menuju keabadian,karena manusia itu diciptakan bukan untuk dilenyapkan kembali kepada ketiadaan tetapi diciptakan UNTUK DIABADIKAN - untuk tidak lenyap kembali (!),sehingga kesadaran manusia yang telah mati itu sebenarnya akan selalu ada di alam sana walau andai tubuh tubuhnya tergeletak berserakan berupa jenazah yang tak bernyawa, bedanya kalau ketika didunia maka kesadaran manusia adalah kesadaran fisik,karena ruh nya masih menyatu dengan fisik maka kesadaran setelah ruh meninggalkan jasad adalah berupa KESADARAN RUH, dimana kesadaran ruh itu pula yang membuat seseorang yang telah mati dapat menyadari dan melihat orang orang yang melayat mayatnya dan tentu dapat pula melihat dan menyadari siapa saja yang menangisi mayatnya.masalah 'kesadaran ruh' ini dapat kita dalami dengan mengacu kepada alhadits Rasullullah. contoh dari adanya 'kesadaran ruh' ini adalah ketika kita mengalami mimpi, saat itu fisik kita dalam keadaan diluar kontrol sadar tetapi dalam mimpi ruh kita dapat merasakan bahagia-senang-sakit-cemas dlsb. sehingga bila kita telah sadar bahwa orang orang yang mati secara fisik yang jenazahnya ditangisi itu sebenarnya masih ada-tidak lenyap-tidak hilang kesadarannya sebagai diri, maka oleh karena itu tidak perlulah ditangisi dengan secara berlebihan seolah ia telah hilang lenyap sama sekali menjadi tiada
Kematian seseorang di alam dunia ini memang terkadang ditangisi,seolah kematian itu identik dengan kemalangan tetapi,tahukah anda bahwa seseorang yang ruh nya telah memperoleh kebahagiaan di alam akhirat itu sebenarnya ia tidak akan mau andai ditawari untuk dikembalikan ke alam dunia ini bahkan walau ia dijanjikan akan diberi kekayaan yang melimpah ruah misal,apa sebab ... sebab secara naluriah ia sadar bahwa se senang senangnya dunia tetaplah akan selalu diselingi oleh beragam penderitaan,kenikmatan dunia akan diselingi oleh beragam rasa sakit walau andai ia seorang raja atau seorang yang kaya raya,tetapi kebahagiaan akhirat adalah kebahagiaan hakiki-sejati yang tak akan lagi diselingi oleh derita
Walau (karena kita cenderung selalu melihatnya dari sudut pandang empiris-dimensi lahiriah) kita cenderung selalu memandang orang yang meninggal dalam sebuah kecelakaan sebagai 'orang yang malang' dan yang berhasil hidup sebagai 'orang yang beruntung',(padahal yang berhasil selamat itu suatu saat akan mati juga,bedanya hanya waktu dan caranya),tetapi bayangkan andai yang berhasil selamat itu menjalani kembali kehidupan duniawinya tetapi secara sia sia hanya untuk sekedar menikmati kesenangan dalam dosa dosa misal, sedang yang telah mati mendahuluinya telah berada dalam kesenangan akhirat,maka disini, siapa sebenarnya yang dapat disebut sebagai 'orang yang beruntung' (?)