Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Beda antara 'makna' dengan 'logika'

25 Mei 2014   18:18 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

...

Pernahkah ada seorang yang mencoba berfikir secara mendalam tentang apa 'logika kehidupan' ini misal (?) ...... bila tidak ada maka memang benar bahwa itu adalah sebuah bentuk pendalaman yang secara keilmuan nampak 'ganjil',... sebab yang ideal ketika orang berfikir tentang kehidupan (secara mendalam) adalah mencoba mendalami 'makna' nya, mengapa (?),karena kehidupan adalah sesuatu yang bersifat kompleks yang karenanya tidak cukup bila hanya dipikirkan dengan menggunakan isi kepala semata tetapi harus dengan menggunakan isi hati

Lalu,mengapa manusia berfikir tentang 'makna' hidup atau makna dari apapun yang dialaminya dalam kehidupannya atau apapun hal hal lain yang bersifat mendalam (?),.... jawabnya adalah karena manusia memiliki hati dan hati memerlukan 'asupan' tersendiri berupa instrument keilmuan yang bersifat mendalam yang tentu saja tak bisa dipenuhi hanya oleh ilmu logika serta aktifitas berlogika semata

Sebagai contoh, kala hati kita merasakan kegersangan-kehampaan-ketakutan-kecemasan apakah kecerdasan otak kita bisa mengatasinya misal (?),.... itulah dalam kehidupan selalu ada situasi dan keadaan tersendiri dimana otak dan hati harus saling bergantian untuk dikedepankan, dan dunia 'makna' adalah instrument keilmuan yang pada saat tertentu akan sangat diperlukan dan karena itu didalami oleh hati

Contoh lain,ketika kita mendengar terjadinya peristiwa yang menggetarkan hati seperti peristiwa tenggelamnya kapal Titanic atau yang terkini seperti hilangnya MH 370 dimana media massa beramai ramai berlogika dengan beragam asumsinya sendiri sendiri, maka adakah diantara kita yang sudah sampai kepada tahap berupaya untuk mendalami makna nya (?)

'makna' dan 'logika' adalah dua hal yang berbeda tetapi keduanya adalah instrument serta parameter kebenaran tersendiri,artinya ada sisi dari kebenaran yang bisa ditelusuri serta dijelaskan oleh peralatan ilmu logika dan ada sisi dari kebenaran yang harus didalami dengan menggunakan instrument 'makna'

Dalam dunia ilmu, instrument 'logika' dan 'makna' memiliki kapasitas nya tersendiri tetapi dunia 'makna' memiliki kapasitas yang lebih luas ketimbang dunia 'logika',analoginya bila logika ibarat danau maka dunia makna ibarat samudera yang jauh lebih luas

Atau bila di ibaratkan meteran maka logika diibaratkan meteran tukang kayu yang digunakan untuk mengukur obyek yang lebih terbatas sedang 'makna' mengukur sesuatu yang jauh lebih luas - kompleks dan mendalam sebab itu 'makna' diibaratkan peralatan untuk mengukur lautan nan dalam

Instrument logika lebih banyak digunakan di dalam isi kepala sedang instrument 'makna' lebih banyak bekerja di wilayah hati.ketika seseorang berhadapan dengan problem kebenaran yang harus menggunakan cara berfikir systematis maka manusia menggunakan instrument logika tetapi ketika seseorang berhadapan dengan problem kebenaran yang bersifat kompleks dan mendalam maka manusia menggunakan instrument makna

Logika lebih banyak digunakan di dunia filsafat karena dunia filsafat memang dunia yang banyak mengekploitasi wilayah 'otak' sedang agama lebih banyak mengutamakan cara berfikir hati,itu sebab dalam agama penggunaan 'makna'lebih dikedepankan ketimbang penggunaan 'logika' (walau bukan berarti makna mengesampingkan logika). Pe makna an banyak digunakan dalam mendalami ajaran agama,sebagai contoh dalam agama tentu tak ada perintah untuk me logika kan solat - zakat - puasa atau ibadah hajji misal,tetapi selalu ada perintah untuk mendalami makna nya

Itu artinya dalam hal berfikir ada saatnya manusia harus menggunakan isi kepalanya untuk berlogika tetapi di lain waktu ada saatnya manusia harus menggunakan isi hati nya,sehingga ironis bila sebagian pemikir terlalu bertumpu pada keterampilan otak dan menjadikannya sebagai parameter utama dalam berfikir dan mencari kebenaran dan cenderung meminggirkan hati serta apa yang keluar daripadanya,sebab Tuhan menjadikan hati itu justru untuk menjadi peralatan berfikir yang utama dan unsur pengendali keseluruhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun