[caption id="attachment_335942" align="aligncenter" width="300" caption="images:saavedraeightes.wordpress.com"][/caption]
…….
Siapa yang akan menyangkal ‘Schubert serenade’ sebagai sebuah keindahan (?),….. siapapun mungkin akan bersepakat untuk mengakuinya, apapun ideology - agama atau kepercayaannya, kecuali mungkin orang yang memiliki perasaan yang kurang sensitive,dan tak perlu kajian logika akal fikiran yang rumit misal untuk bisa merasakan keindahannya
Apakah keindahan yang datang dari sebuah alunan musik tertentu itu milik suatu golongan tertentu misal (?) … bukan, sebagaimana keindahan matahari disenja hari atau dirembang tengah hari saat saat ia memberi kita kehangatan,keindahan itu darimanapun ia mengalir ia mutlak milik semua orang yang bisa mencerap dan menikmatinya.keindahan tak mengenal pengkavlingan sebagaimana status sosial misal, orang kaya dan orang miskin menangkap dan merasakan keindahan yang sama.keindahan tak bisa diklaim milik golongan tertentu, golongan elite tertentu misal
Itulah keindahan nampak seperti lebih mudah ditangkap semua orang dari berbagai golongan dengan cara lebih sederhana, hanya dengan syarat asalkan mereka memiliki ‘perasaan’
Tak ada orang yang bertikai dan lalu saling mengangkat senjata gara gara memperebutkan klaim atas ‘keindahan’,…. ’keindahan’ nampaknya diciptakan bukan sebagai instrument peperangan … tetapi untuk menjadi symbol perdamaian … karena sebagai contoh,semua orang mungkin akan merasakan kedamaian yang sama saat melihat indahnya bunga bermekaran dipagi hari yang indah tak berawan,…….
Tetapi mengapa orang mudah berbeda dan lalu mudah bertikai tentang masalah ‘kebenaran’ (?),…. karena problem kebenaran itu lebih kompleks - memiliki banyak sisi dan sudut pandang dan orang orang dari berbagai golongan yang berbeda melihat dan menganalisis nya dengan menggunakan kacamata serta parameter yang berbeda beda dan dari sudut pandang yang berlainan pula
Hasilnya,… di dunia ini lahir ribuan ‘kebenaran’ (tanda kutip : belum tentu benar) yang berbeda bahkan bisa berlawanan satu sama lain.sebagai contoh saja, di dunia filsafat lahir banyak mazhab pemikiran yang sama sama berbicara tentang ‘kebenaran’ tetapi satu sama lain disamping berbeda juga bisa saling berlawanan satu sama lain,artinya manusia mempersepsi ‘kebenaran’ secara berbeda beda,ini yang membuat problem kebenaran menjadi nampak lebih rumit dan kompleks ketimbang memahami ‘keindahan’
Kebenaran menjadi lebih rumit dan kompleks sebab untuk mendalaminya tak cukup berbekal ‘rasa - perasaan’ tetapi harus dengan menggunakan logika akal fikiran,sebab ‘kebenaran’ itu adalah konstruksi yang secara logika pada dasarnya didalamnya dibangun oleh dialektika antara dua kutub : ‘benar’ dan ‘salah’,nah analisis serta lalu memproposisikan benar - salah itulah yang sering menimbulkan perselisihan, sebab tidak mudah membawa manusia kepada kacamata sudut pandang tertentu yang sama persis dengan yang kita pakai untuk memahami kebenaran sebagaimana yang kita fahami
Apakah dengan menggunakan akal - dengan berlogika dijamin manusia akan bermuara kepada bentuk kebenaran tertentu yang persis sama dan seragam (?),… belum tentu,sebab dalam berlogika itu saja manusia ternyata memilih guide yang berbeda beda serta bisa menggunakan metodologi yang berbeda beda, ada yang menggunakan ilmu logika dengan seperangkat peralatannya semata,ada yang memilih agama sebagai guide nya,ada yang menggunakan jalur logika dialektika materialistik (metodologi berlogika yang hanya berpedoman pada obyek yang tertangkap dunia indera-memiliki bukti empirik sebagai landasan dasar argumentasinya).dan ada yang menggunakan jalur ‘logika dialektika totalistik’ (metodologi berlogika yang murni bersandar pada metodologi berfikir systematik),keduanya bisa melahirkan klaim ‘kebenaran logic’ atau ‘rasionalitas’ yang bisa berbeda.sebagai contoh : bagi orang yang berlogika menggunakan jalur logika dialektika materialist adanya sang desainer alam semesta adalah suatu yang ‘tak logic’ sebab berbicara tentang suatu yang ‘tanpa bukti empirik’,sedang bagi orang yang menggunakan jalur logika dialektika totalistik adanya sang desainer dibalik adanya wujud yang tertata-terdesain adalah sebuah keniscayaan logic
Tidak heran bila ujung dari problem kebenaran selalu ‘kerumitan’ bila itu dikembalikan kepada isi kepala yang berbeda beda,karena masing masing berlogika cenderung dengan menggunakan kacamata sudut pandang sendiri sendiri
Bagaimana menyatukan seluruh umat manusia kepada kebenaran yang satu dan menyatu yang difahami dan disadari semua orang (?) .. bukan suatu hal yang mudah tentunya,.. dan hanya Tuhan sang penciptanya yang bisa melakukannya …. mungkin suatu saat kelak ..
Sungguh indah bila suatu saat nanti semua umat manusia bisa memahami kebenaran yang satu - secara menyatu padu, tak ada lagi yang menyangkal dan tak ada lagi yang berlawanan pandangan,apalagi yang sampai berperang.seperti halnya kita semua mendengar keindahan sebuah alunan musik dan kita semua sama sama bersepakat akan keindahannya
Sungguh indah bila saat seperti itu telah tiba,.... dan Tuhan menjanjikan bahwa saat seperti itu akan tiba (!) ….
…………..
[caption id="attachment_335945" align="aligncenter" width="300" caption="images:nature.desktop.nexus.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H