……
Beragam wacana-teori dibuat para pemikir di dunia filsafat seputar masalah ontologis yang berkaitan dengan masalah hakikat ‘maujud’,juga menyangkut dunia metafisik sebagai bagian dari problem maujud. dan pada prinsipnya semua berkaitan dengan :
·yang-ada (being)
·kenyataan/realitas (reality)
·eksistensi (existence)
·esensi (essence)
·substansi (substance)
Tetapi diatas semua itu yang terpenting sebenarnya bukanlah wacana - teori semata tetapi yang paling penting sebenarnya adalah : bagaimana manusia bisa menangkap dan memahami ADA dengan instrument pengalamannya.bisa disebut pengalaman adalah guru terbaik untuk memahami ADA beserta semua entitas yang menyertainya.dengan kata lain keseluruhannya (tentang ADA) akan memperlihatkan diri dalam pengalaman
Jadi bagaimana melibatkan faktor pengalaman manusia untuk memahami serta merumuskan ADA sebagai obyek biasa yang dibicarakan dalam teori teori.nah disini sangat mungkin bisa lahir benturan pandangan antara teori filsafat tertentu seputar ADA dengan pengalaman seorang manusia. sebab , apakah teori teori filsafat (yang berkaitan dengan masalah ADA-metafisika) bisa membatasi pengalaman tiap individu manusia misal (?) .. tentu saja tidak,pengalaman manusia itu bisa tanpa batas dan bisa terjadi diluar semua teori serta system pemikiran yang dibangun
Sebagai contoh,diwaktu kecil saya mengalami perjumpaan pertama dengan dunia gaib yaitu : melihat kuntilanak (!) .. yang mana sang kuntilanak itu sebelumnya biasa dibicarakan oleh tetangga sebagai makhluk yang menghuni pohon salak dan apa yang di omongkan tetangga itu memang benar saya alami sendiri, saya melihatnya juga pada lokasi itu.dan sejak kecil hingga saat ini ada banyak pengalaman dengan dunia gaib yang saya alami dan itu mempengaruhi pandangan saya terhadap bangunan teori ontology-teori tentang ADA-teori tentang metafisika yang ada dalam dunia filsafat.sehingga betapapun seorang filsuf nampak berupaya membangun teori metafisiknya secara systematik tetapi bila teori nya itu berlawanan dengan apa yang saya alami tentu saja saya akan mempertanyakan kebenarannya sebab saya bisa melawan teori apapun yang lahir dari kepala para filsuf tetapi saya tak akan pernah bisa melawan pengalaman saya sendiri sebab pengalaman adalah ADA yang real bukan teori
Saya bahkan mulai membayangkan pengalaman metafisik yang dialami oleh seorang nabi - rasul lalu bagaimana andai beliau diperhadapkan kepada beragam deskripsi metafisis kaum agnostik - skeptik misal, apakah sang nabi akan mengorbankan pengalamannya hanya untuk mempercayai teori teori yang belum tentu terbukti kebenarannya (sedang pengalaman adalah kebenaran yang sudah terbukti) (?)
Demikian pula bagi saya,bagi saya penyelesaian ilmiah problem ADA - problem metafisika bukan hanya terdapat atau bergantung pada sehimpunan teori teori yang telah dibangun oleh para pemikir didunia filsafat tetapi terutama pada apa yang telah saya lihat-saya tangkap dan saya fahami sendiri dalam pengalaman.analoginya ibarat seorang yang telah menyelam ke dasar laut yang terdalam lalu ia menemukan jenis ikan yang memancarkan cahaya sehingga ketika ia kembali ke darat dan mendengar pembicaraan yang menafikan keberadaan ikan itu maka tentu saja ia akan lebih mengutamakan memegang pengalamannya
Itu sebab fahamilah ADA-dunia metafisik-dunia gaib terutama dari pengalamanmu yang khas-unik yang mungkin tidak dialami oleh orang lain yang mungkin baru hanya sekedar ‘berteori’.bukankah David hume sendiri juga menekankan pentingnya faktor pengalaman dalam memperoleh kebenaran (?) .. lalu mengapa berfikir untuk misal menolak pengalaman seorang nabi bila ia memang telah meyakininya sebagai kebenaran .. bukankah kita tidak tahu apa yang telah dialaminya (?)
Dan jangan salahkan bila orang orang tertentu lebih mempercayai hasil pengalamannya ketimbang mempercayai yang sekedar sintesa-sintesa dan teori teori.bahkan bisa jadi seorang awam saja sangat menaruh perhatian tinggi pada faktor pengalaman sehingga untuk itu ia rela meninggalkan pemikiran metafisis brilliant kaum agnostik misal
Inilah sebuah terobosan tersendiri untuk menyelesaikan problem ADA-problem metafisik agar jangan hanya bergantung dan berputar diseputar sintesa-sintesa,teori teori filsafati belaka sebab ternyata pengalaman individu per individu lah yang kelak akan lebih menentukan.individu lah yang menangkap ADA dengan dunia inderawinya (ADA yang bersifat empirik),yang menangkap ADA dengan akal nya (ADA yang bersifat rasional),yang menangkap ADA dengan hatinya (ADA yang bersifat essensial)
Dan secara prinsipil manusia diberi peralatan yang komplit untuk menangkap ADA diberbagai sisi dan dimensinya,mulai dari lapisan terluar hingga ke essensi terdalamnya.dan itu akan terealisasi dalam pengalaman (!) … jadi mengapa tidak percaya diri dengan pengalaman yang engkau alami sendiri (?)
………………..
Dan salah satu pertanyaan yang akan muncul dari kajian ini mungkin adalah : apakah system system metafisika barat bersesuaian dengan pengalaman anda (?)
‘apakah metafisika mungkin’ (?) .. itulah pertanyaan yang pernah dilontarkan Immanuel Kant .. nah ini sebentuk tantangan untuk anda jawab sendiri,bukan dengan teori-hipotesa tetapi carilah dalam pengalaman (!) ..
Atau mungkin telah ada yang berfikir bahwa dunia metafisika - problem ADA akan ditemukan dan difahami sebenarnya dalam pengalaman bukan dari teori semata
………………..
Penjelasan ADA obyektif (terpisah dari subyek,sebagai 'obyek')Â dan ADA subyektif (yang menyentuh subyek dalam memahami Obyek) :
Secara kejiwaan ADA hadir kedalam diri manusia tidak hanya sebagai hal hal yang obyektif belaka tetapi ia juga menyentuh sisi ‘bagian belakang’ dari manusia,menyentuh sisi ‘subyektifitas’.ADA secara intuitif hadir menggerakkan akal untuk menangkap rasionalitas,memberi intuisi kepada hati untuk memahami makna makna-untuk menangkap hal hal yang bersifat essensial. ADA yang menyentuh unsur subyektifitas memberi cermin pada manusia untuk memahami ADA yang obyektif.sehingga subyektifitas dan obyektifitas menyatu dalam ADA keseluruhan,atau keduanya harus difahami sebagai bagan bagan dari ADA. hanya sisi subyektif memberi gambaran kepada tiap individu secara lebih plural.artinya ADA bukan hanya suatu yang kita fahami sebagai ‘obyek’ semata tetapi ia juga sesuatu yang menyentuh sang subyek dan sesungguhnya metafisika barat yang menempatkan ADA hanya sebagai obyek dan memisahkannya dengan hal hal yang ‘subyektif’ telah membuat pemahaman terhadap ADA menjadi bersifat partikularistik dan terpisah dengan unsur pengalaman yang plural.dalam konsep agama ADA yang menyentuh obyek itu dikenal sebagai 'petunjuk'.dan itulah kita memerlukan untuk mengenal konsep ADA yang menyeluruh yang bisa mengakomodasi tiap pengalaman yang plural
..........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H