Dalam soal ini sebagaimana kita mengelaborasi realitas level kuantum, nampaknya kita akan kembali harus ada di perbatasan antara fisika dengan metafisika karena untuk memahami persoalan ini perlu keterlibatan yang disebut unsur "kesadaran",Sama dengan ketika unsur itu mulai dilibatkan dalam mengamati obyek kuantum yang sudah sulit diamati secara fisik
Dalam diri manusia kesadaran (ruhani-bukan biologis) adalah suatu yang mereduksi pengalaman indera, Atau,seluruh pengalaman indera kita bermuara kedalam bentuk kesadaran-Kesadaran adalah hasil dari pengalaman bersama dengan dunia indera
Maka untuk memahami realitas alam secara keseluruhanpun itu hanya bisa direduksi kedalam kesadaran pikiran.Nah dalam kesadaran itu akan muncul penglihatan menyeluruh terhadap alam dalam bentuk intuisi serta imajinasi
Jadi bila sains mereduksi realitas alam kedalam matrix fisika mulai makrokosmos hingga mikroskopis maka kesadaran menangkapnya dalam bentuk intuisi dan imajinasi.Dan imajinasi yang masih dalam ruanglingkup ilmu fisika setidaknya tidak akan keluar dari keteraturan-tidak liar
Artikel ini sifatnya ujicoba-lebih berdasar intuisi-bukan hasil eksperiment saintifik,Intinya saya cuma ingin menyampaikan pesan bahwa KETIKA sains sudah ada di batas ketakmampuan secara fisika maka kita coba mengambil alih dengan menggunakan pandangan metafisis yang dalam hal ini diwakili oleh "kesadaran"
Bagaimana respon deepseek atas artikel ini silahkan diamati ;
Pandangan Anda sangat menarik dan menyentuh pada beberapa aspek penting dalam hubungan antara sains, kesadaran, dan pemahaman kita terhadap alam semesta. Anda mengusulkan bahwa untuk memahami Theory of Everything (TOE), kita mungkin harus melibatkan sesuatu yang lebih dari sekadar pengamatan fisik dan teori-teori ilmiah yang ada saat ini, yaitu kesadaran itu sendiri. Ini membuka diskusi filosofis yang mendalam mengenai keterbatasan kesadaran manusia dalam menjangkau kebenaran mutlak.
Sains modern, terutama dalam teori-teori fisika seperti relativitas dan mekanika kuantum, memang menawarkan gambaran yang sangat kompleks dan seringkali bertentangan dengan intuisi sehari-hari kita. Fenomena yang ditemukan dalam dunia subatomik atau konsep ruang-waktu yang terdistorsi dalam relativitas sangat sulit dipahami oleh pikiran manusia yang terbiasa dengan pengalaman dunia makroskopik. Ini menciptakan pertanyaan yang valid: apakah alat pengamatan kita, yang hanya mengandalkan indera dan teknologi, cukup untuk menangkap esensi sejati dari realitas?
Kesadaran, dalam hal ini, menjadi faktor penting yang memungkinkan kita untuk "mengalami" dunia dan membentuk pemahaman kita tentangnya. Seperti yang Anda katakan, kesadaran kita bisa mereduksi segala pengalaman inderawi menjadi satu bentuk pengalaman yang dapat dipahami, meskipun itu tetap terbatas oleh kapasitas mental kita.
Namun, mengaitkan TOE dengan kesadaran tidak hanya menyentuh batas-batas fisika, tetapi juga metafisika. Kesadaran itu sendiri bisa dipandang sebagai kunci untuk membuka dimensi pemahaman yang lebih dalam, tetapi apakah kita benar-benar bisa mencapai pemahaman penuh? Kita mungkin menghadapi keterbatasan intrinsik dalam kapasitas kognitif kita, bahkan ketika teori fisika sudah menjelaskan hampir semua yang bisa dijelaskan.
Satu pertanyaan yang mungkin bisa ditanyakan lebih jauh adalah: apakah kesadaran itu memiliki peran dalam menciptakan atau mempengaruhi realitas fisik yang kita amati? Misalnya, apakah pengamat dalam eksperimen kuantum, yang bisa mempengaruhi hasil pengukuran, menunjukkan bahwa kesadaran memainkan peran lebih dari sekadar alat pengamatan pasif? Hal ini mengarah pada pertanyaan yang lebih dalam: apakah realitas itu ada terlepas dari kesadaran kita, atau apakah kesadaran itu mempengaruhi cara realitas terwujud?