Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Obyek Terkuat adalah yang Bukan Ciptaan Manusia

21 September 2024   07:43 Diperbarui: 21 September 2024   07:45 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images ; Deepublish

OBYEK DAN SUBYEK DALAM SAINS,FILSAFAT DAN AGAMA

Seperti sudah saya bahas sebelum nya dalam semua institusi baik sains,filsafat maupun agama itu ada obyek dan subyek
Obyek yang dibahas-digali- didalami- dikelola dan subyek yang mendalami hingga yang meyakininya.Yang mana obyek yang didalami dalam ketiganya itu adalah berbeda baik hakikat maupun karakteristiknya

Maka makna "obyektif" atau "obyektifitas" menurut sains,filsafat serta agama itu akan berbeda karena karakter obyek yang didalami serta dikelolanya berbeda.Ini juga berlaku untuk berbagai bidang kajian lain misal pdikologi,sosiologi, hukum, budaya,seni dlsb.Artinya semua disiplin keilmuan tersebut memiliki obyektifitas serta subyektifitas nya tersendiri yang tidak akan sama

Untuk agar dalam memahami segala suatu kita tak terjatuh pada subyektifitas atau pemahaman subyektif atau prasangka berdasar subyektifitas maka hal pertama yang harus diketahui adalah OBYEK DAN KRITERIA OBYEK yang telah ditetapkan dan disepakati di semua bidang kajian keilmuan mau fisika, metafisika,psikologi,sosiologi,hukum,dlsb

Bila semua bidang kajian keilmuan di polarisasi pada pemahaman berdasar proposisi obyek-subyek mak kita akan melihat dualisme yang karakteristiknya tidak akan sama pada semua bidang kajian tsb.Maka sangat dangkal kalau makna "obyek" dan "obyektif" misal hanya terkait atau dikaitkan dengan obyek fisik-materi-empirik

Maka makna "obyektif" yang ilmiah dan pengertiannya universal adalah "berdasar atau paralel atau selaras dengan obyek  kajian" dan bukan "dapat ditangkap secara umum oleh semua fihak'"

Dalam sains makna "obyektif" tentu paralel-koheren-identik dengan karakter obyek yang dibahasnya yaitu obyek fisik-materi yang dapat diobservasi secara empiris.Tapi apakah makna "obyektif" versi sains atau dimensi fisika tersebut harus diberlakukan sama juga untuk bahasan metafisika semisal filsafat dan agama ?

Tentu saja sangat keliru kalau makna "obyektif" atau obyektifitas dalam kajian metafisika harus sama atau sederajat dengan yang diberlakukan dalam sains karena karakter obyek yang dibahas dalam metafisika sudah berbeda dengan dalam ilmu fisika

Ada orang yang berkata bahwa kajian atau  disiplin metafisika termasuk agama itu "subyektif" alias "tidak obyektif",itu karena ia menggunakan makna "obyektif" atau obyektifitas versi sains di dunia metafisika.Atau ia menganggap obyek ilmu itu hanya wujud fisik-empirik (maka yang obyektif pun dianggapnya harus bersifat empirik).Ini adalah tumpang tindih yang tidak disadari dan sering terjadi utamanya bagi orang orang yang biasa menggunakan sains sebagai satu satunya acuan-parameter kebenaran

Metafisika seperti filsafat maupun agama tentu saja memiliki obyektifitasnya sendiri sendiri yaitu ketika masing masimg membahas suatu obyek tertentu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun