Kalau pencetus sesuatu itu berasal dari sesuatu yang bersifat fisik-materi semisal kanker-virus HIV dlsb. maka wajar kalau penanganannya full materi dan melibatkan banyak spesialisasi para ahli ilmu material semisal ahli medis, biologi,nutrisi dlsb.Tapi kalau sesuatu itu pencetusnya non materi atau bersifat psikologis-ruhani ya tak wajar lah kalau fokus orientasinya pada penjelasan fisik-material lalu penjelasan dan penanganan psikologis-ruhaniah dianggap "imajinatif" atau tidak ilmiah
Jadi idealnya dalam melihat,menganalisa, menyikapi,mengelola,merumuskan,menarasikan persoalan persoalan yang terkait - menyangkut kejiwaan-psikologis jangan melulu materi sentris atau otak sentris atau neuron sentris seolah semuanya harus pake penjelasan neurosains atau secara umum ; sains,Karena fakta-kenyataan yang kita temui tidak bisa semua diselesaikan secara otak atau neuron sentris.Kita tetep membutuhkan penjelasan penjelasan psikologis-ruhaniah yang substansinya diluar unsur neuron (karena pencetusnya bukan materi)
Penjelasan yang ideal-berimbang sekaligus rasional adalah penjelasan yang melihat dari atau melibatkan unsur fisik dan juga non fisik,materi-non materi,jiwa-raga,ruhani-jasmani biologis-non biologis.Tapi seperti kita tahu penjelasan model dualistik seperti ini di tentang mati matian oleh materialist ilmiah yang masuk merasuk ikut andil dalam menjelaskan jiwa manusia.Mereka cuma ingin penjelasan yang material sentris karena materi adalah unsur yang dapat diamati oleh alat,Tapi masalahnya mereka tidak mau menerima penjelasan adanya hal-unsur non material dibalik material otak
Sebagaimana mereka menolak adanya ruh dibalik jasad terus menolak adanya jiwa otonom dibalik raga maka lambat tapi pasti mereka menolak adanya akal dibalik otak serta pikiran non materi dibalik otak.Mereka ingin bikin teori atau menarasikan bahwa jiwa,akal,pikiran adalah "produk material otak" tanpa keterlibatan non materi seperti akal yang otonom dari materi (bukan produk materi).Lalu akal budi dianggap produk kesepakatan sosial-bukan produk alamiah
...........
Nah sekarang perihal perilaku kriminal ; Secara umum di ruang publik bila orang berbuat kriminal apakah yang akan disalahkan itu otaknya atau sarafnya ?
Bila kita mengacu ke lembaga pengadilanpun maka yang akan ditelusuri adalah motif terkait hati pelaku (tumbuh dari hati).Tak ada hakim yang membuat vonis bahwa yang bersalah adalah saraf otaknya,karena secara intuitif pun mungkin hakim faham bahwa semua berawal dari hati dan otak hanya mengikuti apa yang dimaui oleh hati
Penjelasan agama wahyu soal hati lebih tegas,Agama wahyu mrmandang hati adalah raja dalam jiwa bahkan akal sekalipun akan mengikuti apa maunya hati,maka baik-buruknya manusia ditentukan oleh hatinya-bukan oleh neuron nya-bukan oleh lingkungannya-bukan oleh pengalamannya-bukan oleh indoktrinasi-bukan semata oleh info info yang terhimpun di kepalanya-manusia bukan robot lingkungan atau indoktrinasi atau informasi dari luar karena dalam diri manusia tersimpan unsur unsur jiwa alamiah yang bisa melawan apapun yang diterimanya sebagai informasi
Maka itu dalam melihat amal perbuatan Tuhan itu melihat ke unsur hati-bukan ke unsur perilaku lahiriah yang adalah bisa pura pura atau dibikin bikin atau pencitraan
.................
Artikel kedua