Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Metafisika Bukan Pseudosains, Apa yang Terindikasi Pseudosains?

26 Februari 2024   07:25 Diperbarui: 26 Februari 2024   07:40 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

METAFISIKA BUKAN PSEUDOSAINS. MENGAPA SESUATU DIPANDANG PSEUDOSAINS ?

Seperti telah saya tulis sebelumnya, pseudosains itu terjadi pada sesuatu yang mengatas namakan sains, klaim mempraktekkan prinsip sains,mengatas namakan memakai metode sains tapi dalam prakteknya menghasilkan suatu yang tidak jelas secara sains-absurd- ambigu-tidak bisa dijelaskan secara hukum fisika

Nah karena metafisika adalah ranah yang tidak memakai prinsip,visi misi dan metode sains maka labelling atau stigma atau tuduhan pseudosains itu tak bisa diterapkan atau dituduhkan pada metafisika atau pada persoalan yang tidak menerapkan metode sains didalamnya

Contoh pseudosains itu sangat nyata ketika sains diseret masuk untuk menjelaskan materi bahasan yang sudah bukan mutlak obyek sains semisal jiwa atau hal ruhaniah.Jiwa atau hal ruhaniah adalah suatu yang bukan wujud fisik-materi sehingga untuk memahaminya  tak bisa menggunakan full metode empiris yang dasarnya mengandalkan pengamatan inderawi

Selama ini kita mengelaborasi, menganalisa serta memahami persoalan kejiwaan atau hal hal ruhaniah seperti pikiran,nurani,akal budi,nafsu, intuisi,mimpi,pengalaman mistis saat koma,sakit jiwa,dlsb bukan dengan mengandalkan metode sains tapi dengan menggunakan pendekatan ruhaniah atau pendekatan psikologis atau dengan menangkap melalui bukti eksistensi karena bukti langsung tak dapat diamati secara empirik

Contoh pendekatan ruhaniah adalah menangkap pikiran dengan pikiran,kita bisa menangkap dan memahami jalan pikiran seseorang itu mustahil dengan menggunakan metode empiris tapi dengan menggunakan pikiran pula

Demikian pula kita menangkap serta memahami perasaan seseorang itu bukan dengan metode empirik tapi dengan menggunaan perasaan pula

Kita menangkap adanya mimpi,intuisi, firasat,keindahan,cinta kasih sayang dlsb bukan dengan metode empirik tapi dengan potensi yang ada dalam ruhaniah kita

Bayangkan kalau semua yang saya paparkan tsb itu full mau dijelaskan hanya memakai prinsip sains dengan mengatas namakan disiplin neurosains-ilmu system saraf maka potensi ke arah pseudosains bisa terjadi

Atau,coba bayangkan kalau ada yang menafikan adanya ruh sebagai tanda sekaligus simbol adanya unsur non materi dalam diri manusia maka itu = membuat klaim bahwa manusia adalah full hanya makhluk yang terdiri dari materi dan lalu beranggapan bahwa manusia bisa dan harus dijelaskan melalui penjelasan material.Dan kalau prinsip materialisme atas manusia tersebut dalam prakteknya mengatasnamakan sains maka akan terjadi praktek pseudosains

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun