Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Andai Hakikat Tidak Ada

19 Februari 2024   14:41 Diperbarui: 19 Februari 2024   15:22 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita ambil manusia sebagai contoh obyek nampak secara fisik.Nah kita melihat perbuatan fisik-lahiriah manusia yang berbeda beda ragam bentuknya antara satu dengan lainnya,tidak ada yang sama

Lalu,Apa yang membuat perbuatan manusia itu bisa tidak sama,kemana mencari penjelasan finalnya yang paling meyakinkan ? Padahal tubuh manusia itu garis besarnya sama,tapi mengapa perbuatan mereka bisa berbeda beda (?).Apakah perbuatan manusia itu dilakukan semata oleh anggota tubuhnya atau ada penjelasan yang lebih dalam lagi dari itu ?

Nah hakikat bisa bermakna penjelasan paling dalam,essensial,substansial dari beragam fenomena yang ada atau terjadi yang kita alami secara lahiriah-empiris. Maka mencari hakikat sering dimaknai upaya menyingkap sesuatu dibalik permukaan yang bersifat fisik dan ini sering dimaknai aktifitas metafisik karena hakikat sesuatu tak bisa berhenti sebatas hanya penjelasan fisik

Maka penjelasan terdalam,paling final,meyakinkan perihal hakikat terdalam dari beragam perbuatan manusia terletak pada PIKIRANNYA.Tapi kan pikiran itu tidak nampak di permukaan,kita hanya bisa menduga duga,Artinya,pikiran dibalik perbuatan lahiriah itu tidak bisa kita tangkap dengan mata tapi hanya bisa dengan pikiran kembali.Begitupun perasaan seseorang kita menangkapnya dengan perasaan kembali bukan dengan mata

Nah dalam persoalan manusia saja yang namanya mata,indera,prinsip empirisme bahkan sains sudah tak bisa jadi acuan-parameter.Tak bisa misal sains membaca pikiran dibalik perbuatan. Apalagi dalam persoalan ilmu pengetahuan dan kebenaran yang bersifat kompleks termasuk persoalan metafisika,termasuk persoalan ketuhanan mana bisa sains,prinsip empirisme, positivisme jadi satu satunya acuan-parameter

Bahkan dengan pikiran dan perasaan atau "mata batin" kita belum tentu bisa menangkap secara tepat sesuatu dibalik perbuatan lahiriah manusia,karena manusia itu makhluk unik-tidak seperti binatang,manusia itu bisa pura pura,bisa munafik.Maka perbuatan dengan pikiran belum tentu sejalan.

Contoh lain; seseorang menikahi seseorang,Apakah hakikatnya berdasar cinta atau ada motif lain,itu tak bisa dilihat oleh mata publik karena tersembunyi

Jadi bayangkan kalau konsep "hakikat" ini dibuang dari dunia ilmu pengetahuan maka kita akan kehilangan instrument ilmu yang teramat sangat penting yang memiliki fungsi menggali sesuatu dibalik sesuatu hingga ke akarnya terdalam

Konsep "hakikat" sebagai instrument ilmu digunakan di semua institusi baik sains,filsafat hingga agama tentu dengan cara-metode serta visi misi-tujuan yang berbeda beda.Dalam sains digunakan dengan visi misi mengungkap kebenaran empiris karena itu yang menjadi tujuan utama sains dalam mencari kebenaran.Sedang dalam filsafat serta agama lebih kepada mengungkap adanya hakikat yang bersifat metafisis dibalik segala suatu yang nampak-fisik dalam rangka mencari kebenaran hakiki yang bersifat metafisik

.....

Ibarat manusia dengan bayangannya ketika tertimpa sinar,maka diantara wujud asli dan bayangannya mana yang merupakan hakikatnya ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun