Kebenaran bukanlah suatu benda atau suatu yang berwujud fisik-materi,Atau harus serba bersifat fisik atau material atau inderawi. Intisarinya ia adalah suatu yang bersifat non fisik dibalik yang fisik,suatu yang bersifat abstrak karena berupa sesuatu yang ditangkap oleh alam pikiran
Dimana alam benda-hal fisik-inderawi-hal hal yang lahiriah atau nampak adalah salah satu bentuk perwujudan dari apa yang disebut "kebenaran".Kebenaran itu Ada dan salah satu pembuktiannya ada di atau melalui dunia fisik-empirik
Kebenaran adalah suatu konsep-nilai dasar-prinsip fundamental yang berkaitan dengan dunia alam pikiran, dengan berpikir,dengan pemahaman dan pengertian,dan tentu dengan peralatan berpikir yg ada pd manusia. Persoalan kebenaran tak boleh diparalelkan hanya dengan pengalaman dunia indera karena tidak seluruh realitas bersifat inderawi. Dunia indera hanya salah satu alat nya
Kebenaran (essensial-sesungguhnya-hakiki-menyeluruh) itu bukan konsep yang hanya berkaitan dengan fungsi inderawi tapi berkaitan dengan fungsi seluruh peralatan berpikir yg ada pada manusia : indera, akal budi,kalbu (hati nurani)-termasuk kedlmnya unsur emotif
Prinsip demikian adalah konsep dasar kebenaran yg ada dalam agama wahyu, dan itu berbeda dg prinsip kebenaran dlm sains yang orientasi ke pembuktian inderawi atau dalam filsafat yang orientasi pada pembuktian akali. Maka dalam agama wahyu kalau cuma mengandalkan peralatan inderawi walau dibantu peralatan sains se canggih apapun jangan harap faham konsep kebenaran sesungguhnya. Bahkan tak cukup pula andai berbekal akal cerdas walau level filosof, Tetap perlu unsur kalbu-nurani sebagai alat verifikasi level essensi tentu disamping petunjuk kitab suci
Dalam teori teori kebenaran yg dibuat manusia ada prinsip koherensi dan korespondensi,Pada dasarnya itu adalah prinsip ketersesuaian- kecocokan, keterpaduan, sebagai sarat validitas.Tapi dalam metodologi agama ketersesuaian, kecocokan,keterpaduan itu bukan dengan pengalaman indera atau bukti inderawi semata tapi juga dengan prinsip akali dan prinsip suara kalbu. Maka dalam agama kebenaran itu bukan hanya sesuai dengan pengalaman indera tapi juga dengan pemahaman akal dan suara hati nurani
Artinya,essensi kebenaran bukanlah terdapat pada yang nampak tapi pada sesuatu yang dibaliknya-yang metafisik, ruhaniah, yg Ilahiah kalau dalam dimensi agama. Dimana yang nampak-fisik hanya permukaan dan permulaannya
........
Seorang rekan group debat menyela :
"Kebenaran itu harus memenuhi kaidah umum yg berlaku untuk bisa disebut kebenaran mutlak.Harus teruji dan bisa dijadikan fakta yang terukur oleh siapapun.Maka kebenaran tidak dicapai oleh klaim tanpa adanya pembuktian.
Menyatakan suatu kebenaran tidak akan valid tanpa pembuktian dan pengujian dari berbagai sudut , juga harus menghasilkan satu kesimpulan yg sama.
Tidak ada ilmu pengetahuan di tingkat SD sampai perguruan tinggi, yang akan menyebut satu hukum yg berlaku tanpa fakta"
Maka jawaban saya :