Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dari Debat Theis Vs Atheis, Memasuki Ruang Iman Melalui Pintu Logika

4 Maret 2020   08:50 Diperbarui: 4 Maret 2020   11:06 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi sekali lagi se logis apapun argument logika yang dibangun theis untuk menopang iman nya selalu ditolak atheis karena orientasi mereka bukan pada pembuktian rasional tapi selalu pada pembuktian empirik.pembuktian rasional yang menopang iman dianggap atheis sekedar permainan fikiran serta asumsi asumsi belaka.

Anehnya adalah,mereka ternyata menolak kalau disebut sebagai kaum irrasional-kaum yang tidak menggunakan akal tapi ketika beradu pandangan masalah logika utamanya tentang hal metafisis mereka tidak memegang prinsip atau dalil dalil rasionalitas-prinsip akali tapi selalu bersandar pada prinsip serta dalil empirisme

Atheis yang selalu meminta minta bukti empirik langsung atas semua yang di imani theis itu juga menunjukkan mereka tidak faham apa itu makna serta substansi iman

Iman itu ada atau eksist karena tidak semua hal bisa atau mustahil dapat di empirik kan, semisal apa yang akan terjadi sesudah manusia  mati,atau bagaimana awal paling mula terciptanya alam semesta atau dari mana serta siapa pendesain wujud wujud terdesain dlsb.atau dengan kata lain,iman eksist ketika pengalaman dunia indera demikian terbatas nya,sehingga bila realitas keseluruhannya secara 100 persen tanpa tersisa sedikitpun dapat di empirikkan maka otomatis iman itu tidak akan ada !

Kita tak perlu mengimani misal bahwa ada planet planet di sekeliling bumi kita,bahwa bumi itu panas,bagwa matahari itu bola api,bahwa cahaya bulan berasal dari matahari dlsb.karena semua itu sudah merupakan fakta empirik,tapi terhadap hal hal gaib yang pengalaman indera manusia sulit atau mustahil bisa menembusnya ya logis lalu muncul prinsip iman

Sebab itu bila atheis ngotot selalu meminta minta bukti empirik atas semua apa yang di imani maka sejatinya mereka itu tak faham makna serta substansi iman

Posisi ilmu pengetahuan yang netral

Tuduhan cocokologi serta pseudosains terhadap agamawan yang menggunakan sarana sains dalam menafsir kitab suci mereka juga juga berindikasi bahwa mereka-kaum atheis  ingin memegang hegemoni tafsir atas sains. mereka merasa sains itu identik dengan pandangan athestik sehingga penafsiran yang diarahkan pada wilayah iman selalu mereka stigmakan sebagai 'tidak ilmiah'-pseudosains.tapi ketika mereka menafsir sains ke arah tafsir berdasar ideologi materialisme ilmiah mungkin mereka tak merasa kalau  sedang ber delusi.

Sebagian yang radikal bahkan sudah memparalelkan sains dengan nihilisme. padahal nihilisme itu bukan pandangan sains tapi filosofi cara pandang kaum relativis yang tak percaya adanya kebenaran yang bersifat mutlak.sains sama sekali tidak merumuskan nihilisme.tak ada ujicoba laboratorium yang hasilnya adalah prinsip atheisme atau nihilisme.sains hanyalah ilmu dunia fisik yang spesialisasinya adalah merumuskan bentuk kebenaran kebenaran empirik.yang benar adalah yang empirik itu adalah prinsip sains.dan-tetapi tentu prinsip demikian bukan satu satunya bentuk kebenaran karena dibalik dunia fisik yang ditelusuri sains ada dunia metafisik yang sudah diluar jangkauan sains untuk menelusuri nya

Jadi dalam konflik pandangan antara theis-atheis maka posisi ilmu pengetahuan termasuk kedalamnya sains serta ilmu logika itu harus diposisikan ditengah terlebih dahulu,jangan langsung di klaim milik satu golongan tertentu tetapi siapa yang menggunakan dalil dalil sains serta ilmu logika secara tepat,koheren, bersambung secara kausalitis dengan klaim nya maka ia yang lebih berhak atas nya

Contoh,dalam debat soal adanya wujud wujud terdesain di alam semesta dan lahirnya dua rumusan berbeda antara 1.kemestian adanya sang pendesain (rumusan theis) dan 2.terjadi secara kebetukan tanpa peran sang pendesain (rumusan atheus) maka mana yang lebih kuat dari segi argument logika dan pembuktian secara empirik untuk menopang logika nya ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun