Tapi sekali lagi se logis apapun argument logika yang dibangun theis untuk menopang iman nya selalu ditolak atheis karena orientasi mereka bukan pada pembuktian rasional tapi selalu pada pembuktian empirik.pembuktian rasional yang menopang iman dianggap atheis sekedar permainan fikiran serta asumsi asumsi belaka.
Anehnya adalah,mereka ternyata menolak kalau disebut sebagai kaum irrasional-kaum yang tidak menggunakan akal tapi ketika beradu pandangan masalah logika utamanya tentang hal metafisis mereka tidak memegang prinsip atau dalil dalil rasionalitas-prinsip akali tapi selalu bersandar pada prinsip serta dalil empirisme
Atheis yang selalu meminta minta bukti empirik langsung atas semua yang di imani theis itu juga menunjukkan mereka tidak faham apa itu makna serta substansi iman
Iman itu ada atau eksist karena tidak semua hal bisa atau mustahil dapat di empirik kan, semisal apa yang akan terjadi sesudah manusia  mati,atau bagaimana awal paling mula terciptanya alam semesta atau dari mana serta siapa pendesain wujud wujud terdesain dlsb.atau dengan kata lain,iman eksist ketika pengalaman dunia indera demikian terbatas nya,sehingga bila realitas keseluruhannya secara 100 persen tanpa tersisa sedikitpun dapat di empirikkan maka otomatis iman itu tidak akan ada !
Kita tak perlu mengimani misal bahwa ada planet planet di sekeliling bumi kita,bahwa bumi itu panas,bagwa matahari itu bola api,bahwa cahaya bulan berasal dari matahari dlsb.karena semua itu sudah merupakan fakta empirik,tapi terhadap hal hal gaib yang pengalaman indera manusia sulit atau mustahil bisa menembusnya ya logis lalu muncul prinsip iman
Sebab itu bila atheis ngotot selalu meminta minta bukti empirik atas semua apa yang di imani maka sejatinya mereka itu tak faham makna serta substansi iman
Posisi ilmu pengetahuan yang netral
Tuduhan cocokologi serta pseudosains terhadap agamawan yang menggunakan sarana sains dalam menafsir kitab suci mereka juga juga berindikasi bahwa mereka-kaum atheis  ingin memegang hegemoni tafsir atas sains. mereka merasa sains itu identik dengan pandangan athestik sehingga penafsiran yang diarahkan pada wilayah iman selalu mereka stigmakan sebagai 'tidak ilmiah'-pseudosains.tapi ketika mereka menafsir sains ke arah tafsir berdasar ideologi materialisme ilmiah mungkin mereka tak merasa kalau  sedang ber delusi.
Sebagian yang radikal bahkan sudah memparalelkan sains dengan nihilisme. padahal nihilisme itu bukan pandangan sains tapi filosofi cara pandang kaum relativis yang tak percaya adanya kebenaran yang bersifat mutlak.sains sama sekali tidak merumuskan nihilisme.tak ada ujicoba laboratorium yang hasilnya adalah prinsip atheisme atau nihilisme.sains hanyalah ilmu dunia fisik yang spesialisasinya adalah merumuskan bentuk kebenaran kebenaran empirik.yang benar adalah yang empirik itu adalah prinsip sains.dan-tetapi tentu prinsip demikian bukan satu satunya bentuk kebenaran karena dibalik dunia fisik yang ditelusuri sains ada dunia metafisik yang sudah diluar jangkauan sains untuk menelusuri nya
Jadi dalam konflik pandangan antara theis-atheis maka posisi ilmu pengetahuan termasuk kedalamnya sains serta ilmu logika itu harus diposisikan ditengah terlebih dahulu,jangan langsung di klaim milik satu golongan tertentu tetapi siapa yang menggunakan dalil dalil sains serta ilmu logika secara tepat,koheren, bersambung secara kausalitis dengan klaim nya maka ia yang lebih berhak atas nya
Contoh,dalam debat soal adanya wujud wujud terdesain di alam semesta dan lahirnya dua rumusan berbeda antara 1.kemestian adanya sang pendesain (rumusan theis) dan 2.terjadi secara kebetukan tanpa peran sang pendesain (rumusan atheus) maka mana yang lebih kuat dari segi argument logika dan pembuktian secara empirik untuk menopang logika nya ?