Ketika saya berjumpa kaum atheis dan lalu mengajak mereka berdiskusi soal agama dengan menggunakan bahasa serta peralatan ilmu pengetahuan baik sainstifik maupun logic maka biasanya mereka 'planga plongo' tanda tidak mengerti,mengapa ?
Karena dalam pandangan atheis bahasa serta peralatan ilmu pengetahuan adalah sarana untuk menerangkan serta menjelaskan dunia fisik semata.untuk merumuskan berbagai bentuk kebenaran empirik-bentuk kebenaran yang dapat dialami dunia inderawi.dengan kata lain orientasi serta pemahaman mereka perihal 'kebenaran' (sebagai hasil ilmu pengetahuan) hanya tertuju pada kebenaran yang bersifat fisik-materi-lahiriah
Mereka akan merasa asing kalau ilmu pengetahuan termasuk kedalamnya prinsip prinsip logika dibawa berkelana ke wilayah metafisik untuk mencoba mencari bentuk kebenaran yang bersifat metafisik dan apalagi digunakan untuk membahas agama sebagai salah satu institusi metafisis utama
Karena dalam filosofi atau dalam pandangan keilmuan mereka agama adalah suatu yang dikategorikan masuk wilayah mitos-sesuatu yang berada diluar wilayah ilmu pengetahuan termasuk sesuatu yang berada diluar wilayah logika
Karena dasar pandangan mereka terhadap semua agama termasuk agama Ilahiah  adalah mitos maka mengajak mereka untuk melihat agama dari sudut ilmu pengetahuan dengan menggunakan sarana sainstifik serta sarana ilmu logika pasti akan merupakan suatu kesulitan besar
Ujung ujungnya,bila agamawan menafsir kitab sucinya dengan berdasar temuan sains atau menggunakan sarana sains untuk menjelaskan konsep konsep yang ada dalam agama  maka yang lalu lahir adalah tuduhan atau stigma cocokologi atau pseudosains
Mereka berpandangan sains tak boleh ditafsir ke wilayah metafisik karena itu bakal dianggap sebagai sebuah delusi,sedang mereka sendiri ketika menafsir sains dengan mengarahkannya ke arah cara pandang materialistik mungkin tak mau di stigma sebagai delusi padahal jelas jelas hasilnya kadang harus dianggap sebagai delusi.contoh,bila mencoba menafsir fikiran sebagai 'materi' maka argumentasi - penjelasan menggunakan rumusan tersebut akan nampak janggal dan irrasional
Demikian pula ketika kaum beragama menggunakan dalil dalil logika untuk menopang eksistensi keberadaan agama termasuk iman sebagaimana terhimpun dalam ilmu ilmu teologi maka sikap kaum atheis biasanya adalah menganggap itu sebagai hanya sejenis 'permainan logika' atau 'rasionalisasi iman-pembenaran iman melalui permainan logika' yang tanpa berdasar fakta-kenyataan.
Karena se konstruktif serta se sistematis apapun argument logika yang dibangun oleh theis untuk mendukung iman nya oleh atheis ternyata selalu ditolak mentah mentah karena yang diminta oleh mereka selalu : bukti empirik langsung ! (bukan 'permainan logika' menurut mereka)
Padahal bila diamati argument logika theis tentang iman nya itu berangkat dari fakta-kenyataan yang ada di dunia alam lahiriah.contoh : iman pada sang maha pendesain itu berangkat dari fakta adanya wujud wujud terdesain di alam semesta yang secara prinsip logika mustahil bisa terjadi dengan sendirinya secara kebetulan tanpa peran sang maha pendesain
Lalu argument logic keimanan terhadap konsep balasan akhirat berangkat dari fakta real bahwa di alam dunia ada benar ada salah,ada baik ada buruk, ada kebaikan dan ada kejahatan yang mustahil semua dapat terbalaskan secara sempurna di alam dunia.faktanya di dunia ini kebaikan sering malah berbalas kejahatan dan banyak orang orang jahat yang dapat meloloskan diri dari pengadilan dunia,sehingga secara logika maka logis bila Tuhan membuat system pengadilan universal kelak untuk menghakimi seluruh amal perbuatan manusia dengan secara se adil adil nya