Ada orang yang berpandangan bahwa akal itu terbatas tetapi ada pula yang berpandangan bahwa akal itu suatu yang tak terbatas,lalu mana yang benar ?
Untuk dapat menjawabnya tentu kita harus mendalami ilmu pengetahuan tentang akal terlebih dahulu
Akal adalah alat berfikir yang tersimpan otomatis-secara alami dalam tiap diri manusia yang hidup,seseorang bahkan tidak perlu melatih diri untuk memiliki akal.hanya ada orang yang menggunakan potensi atau SDM akalnya secara maksimal dan ada yang tidak, bahkan ada yang melawan karakter akal yang ada dalam fikirannya !
Karakter cara berfikir akal adalah sistematis-tertata-tidak kacau atau tidak spekulatif sehingga dapat melahirkan jalan fikiran yang terstruktur,ujungnya melahirkan konsep atau rumusan konstruktif.dan karakter sistematis itu tidak serta merta ada melainkan karena dibangun atau dikonstruks oleh suatu grand system. dengan kata lain ada system yang mengkonstruks cara berfikir akal sehingga hanya dalam system itulah akal dapat berjalan
Analoginya adalah ibarat rel kereta api,dimana kereta api adalah kendaraan yang hanya dapat berjalan dalam system rel,diluar system rel maka kereta api tak bisa berjalan,itulah keterbatasan kereta api
Dengan kata lain demikian pula dengan batas akal, maka akal tidak akan bisa berjalan bila sudah dihadapkan pada sesuatu yang sudah berada diluar rel atau sistemnya
Apa sistem yang membangun atau mengkonstruk akal sehingga akal dapat berfikir secara sistematis-tertata-sistemik ?
Jawabnya adalah system yang dibuat Tuhan yang disebut 'sunnatullah' atau 'hukum kehidupan pasti' bahasa filsafatnya.dan hukum kehidupan pasti itu dibangun berdasar pada prinsip dualisme atau segala suatu yang diciptakan secara berpasangan.contoh : ada kehidupan-kematian,terang-gelap,siang-malam, lelaki-wanita,bahagia-derita,dlsb.
Nah karena dalam realitas ada mekanisme dualistik itulah maka dalam berfikir akal selalu orientasi pada hal hal dualistik pula utamanya pada konsep nilai benar-salah
Bila dihadapkan pada masalah perdagangan misal maka orientasi akal adalah dualisme untung-rugi,bila dihadapkan pada masalah teknologi : manfaat atau tidak manfaat,bila dihadapkan pada masalah ujian sekolah : lulus atau tidak lulus,pada masalah perjodohan : cinta atau tidak cinta dlsb.
Itulah akal dapat memahami sesuatu karena bercermin pada sesuatu yang lain yang menjadi pasangannya