Analoginya ibarat buah kelapa itu terlalu besar untuk di telan bulat bulat oleh manusia sehingga harus direcah terlebih dahulu agar ada bagan dari kelapa itu yang dapat dimakan
Realitas itu pun adalah suatu yang terlalu besar bagi manusia sehingga mustahil ditangkap secara keseluruhannya secara langsung dalam satu waktu secara empirik menggunakan hanya peralatan dunia panca indera alias mustahil 'ditelan mentah mentah'
Memang ada orang yang ingin menelan realitas secara 'bulat bulat'?
Ada, yaitu orang yang ingin menarasikan atau mendeskripsikan realitas selalu dengan prinsip empirisme.menurutnya realitas adalah semua yang dapat ditangkap pengalaman inderawi,diluar itu apapun tidak bisa didefinisikan sebagai realitas
Jadi pemuja faham empirisme seolah ingin menelan realitas secara bulat bulat dengan berprinsip hanya ingin mendeskripsikan realitas kedalam narasi empirisme serta hanya menerima realitas sepanjang itu empiris.dan terhadap apapun mereka selalu menuntut bukti empirik langsung untuk dapat dipandang atau di rumuskan sebagai benar atau ilmiah
Karakter materialist yang selalu berpegang secara mutlak pada prinsip empirisme ini juga ada dalam ranah filsafat,ranah dimana sebenarnya seharusnya manusia lebih menekankan serta mengutamakan permainan akal ketimbang mengandalkan kekuatan dunia inderawiÂ
Sedang kaum beriman-beragama (theist) mereka tahu dan faham bahwa manusia itu makhluk yang terbatas,termasuk utamanya dunia panca indera nya sehingga karena itu konsekuensinya realitas akan menjadi terbagi kedalam dua dimensi antara yang empiris dan non empiris antara yang lahiriah dan yang gaib,yang fisik dan non fisik.artinya theis faham bahwa karena dunia panca indera manusia itu terbatas itulah maka mustahil semua realitas bisa hadir keseluruhannya secara empirik
Contoh real : bila kita masuk ke dalam suatu hutan rimba maka hanya sedikit fakta empirik dari hutan itu yang dapat kita tangkap sebagiannya 'gaib'-diluar pengetahuan indera kita.berharap keseluruhan isi rimba itu dapat kita tangkap secara empiris adalah ilusi dan gila !
Dengan kata lain cara pandang kaum beriman-theist terhadap realitas pada dasarnya berlawanan dengan prinsip kaum materialist,prinsip yang pada umumnya juga dianut kaum atheis sehingga kaum atheis sering paralel dengan atau dilabeli sebutan 'atheist materialist'.
Perbedaan cara pandang yang kontras terhadap realitas itu menimbulkan banyak benturan-pertentangan diantara keduanya di berbagai sisi-aspek termasuk aspek keilmuan serta pemahaman terhadap konsep 'kebenaran'.salah satu ciri nya kaum materialist selalu mempertanyakan serta mempermasalahkan hal hal ghaib yang dipercayai keberadaannya oleh kaum theist. dengan kata lain bagi materialist sulit bagi mereka menerima hal gaib-non empiris sebagai bagian dari realitas keseluruhan.sehingga baik konsep ilmu pengetahuan maupun konsep kebenaran selalu mereka sandarkan pada prinsip empirisme
Lalu,mana sebenarnya diantara dua cara pandang terhadap realitas itu yang real dan masuk akal ( rasional) dan karenanya dapat dikategorikan sebagai ilmah ? Salah satunya adalah dengan memakai analogi analogi dimana pemakaian analogi ini bertujuan untuk membuka wawasan pemahaman akal
Analoginya seperti realitas bumi yang terlalu besar bagi semut sehingga semut tak bisa menangkap realitas empirik bentuk planet bumi yang adalah bulat,beda dengan manusia yang dengan bantuan teknologi bisa melihat bumi dari jarak jauh dan dapat memastikan bahwa bentuk nya bulat
Maka semut yang ada di berbagai belahan bumi hanya dapat mendeskripsikan bagan dari realitas bumi menurut pengalamannya masing masing alias berdasar unsur subyektifitas karena mereka tak bisa secara bersama sama menangkap realitas bumi secara keseluruhan.
Atau, dengan kata lain, karena realitas bumi yang terlalu besar maka sulit bagi mereka menghadirkan realitas bumi secara obyektif.(makna obyektif disini adalah 'dapat ditangkap serta difahami secara sama oleh semuanya' sehingga kebenarannya dapat diterima oleh semuanya).artinya karena faktor keterbatasannya itu maka subyektifitas menjadi suatu yang tak bisa dihindarkan dari diri semut
Nah realitas itu pun adalah suatu yang terlalu besar bagi manusia sehingga mustahil menghadirkan keseluruhannya hanya dalam satu dimensi obyektif dan sebab itu tiap individu manusia masuk kedalam bagan dari realitas itu melalui pengalamannya masing masing.dengan kata lain,sebagian realitas akan hadir sebagai wujud obyektif-suatu yang dapat ditangkap dan difahami bersama dan sebagian lagi akan hadir dalam pengalaman subyektif tiap individu
Sebab itu dalam pandangan theis subyektifitas itu suatu yang tak bisa disepelekan dan tak bisa dipisahkan dari realitas keseluruhan.sedang materialist cenderung hanya mau menerima realitas obyektif dan menganak tirikan hal hal yang dipandang subyektif
Sekarang bandingkan realitas yang terlalu besar itu dengan realitas yang kecil yang keseluruhannya dapat dikuasai oleh pengalaman indera manusia.contoh ketika manusia menangkap realitas rumah,mobil, komputer,lemari dlsb.
Maka semua itu dapat dimuarakan pada realitas obyektif-semua dapat menangkap dan memahami secara sama-tak harus ada hal hal yang subyektif.tapi pada realitas yang terlalu besar untuk ditangkap dan dirumuskan keseluruhannya secara obyektif itulah maka hal hal yang subyektif akan hadir
Jadi setelah kita faham apa-bagaimana itu realitas yang menelikung manusia maka bila ada orang yang selalu menuntut agar realitas itu selalu hadir secara obyektif atau selalu empirik atau hanya mau menerima realitas bila itu obyektif dalam arti lain 'empirik' maka bisa kita pastikan bahwa itu suatu pandangan yang tidak realistis sekaligus tidak rasional itu karena realitas itu terlalu besar untuk bisa dihadirkan keseluruhannya secara empirik
Contoh,realitas seperti apa-yang bagaimana yang akan manusia alami setelah mati ? tak ada seorang saintis pun yang dapat memberi jawaban pasti,mereka tak bisa memastikan yang akan terjadi adalah akan begini atau akan begitu kecuali sekedar meraba raba.maka lebih mempercayai deskripsi Tuhan adalah suatu yang lebih rasional ketimbang rabaan manusiawi
Dan dengan pemaparan seperti diatas kita semua berharap agar manusia lebih cerdas dalam memahami realitas dengan tidak melulu selalu orientasi pada prinsip empirisme.dan karena realitas adalah landasan pertama bagi kelak hadirnya pemahaman terhadap konsep 'ilmu pengetahuan' serta 'kebenaran'.bila salah dalam memahami realitas maka pemahaman terhadap konsep ilmu pengetahuan serta kebenaran akan salah pula
Coba renungi dan perhatikan baik baik bahwa konsep ilmu pengetahuan yang saat ini tengah memegang hegemoni atas dunia adalah yang lahir dari benak kaum materialist dan pandangan mereka nampak menjadi kiblat para akademisi sehingga harus ada counter untuk mengimbanginya
Contoh,ketika dalam perdebatan soal 'kebenaran' hadir orang orang yang ngotot hanya mau berpijak pada hal empirik maka kita boleh yakin bahwa sadar tak sadar kacamata kaum materialist tengah mereka pakai.
.........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H