Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Realitas adalah Suatu yang Terlalu Besar bagi Manusia!

1 Desember 2019   21:30 Diperbarui: 1 Desember 2019   22:26 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indahalambaru.blogspot.com

Analoginya seperti realitas bumi yang terlalu besar bagi semut sehingga semut tak bisa menangkap realitas empirik bentuk planet bumi yang adalah bulat,beda dengan manusia yang dengan bantuan teknologi bisa melihat bumi dari jarak jauh dan dapat memastikan bahwa bentuk nya bulat

Maka semut yang ada di berbagai belahan bumi hanya dapat mendeskripsikan bagan dari realitas bumi menurut pengalamannya masing masing alias berdasar unsur subyektifitas karena mereka tak bisa secara bersama sama menangkap realitas bumi secara keseluruhan.

Atau, dengan kata lain, karena realitas bumi yang terlalu besar maka sulit bagi mereka menghadirkan realitas bumi secara obyektif.(makna obyektif disini adalah 'dapat ditangkap serta difahami secara sama oleh semuanya' sehingga kebenarannya dapat diterima oleh semuanya).artinya karena faktor keterbatasannya itu maka subyektifitas menjadi suatu yang tak bisa dihindarkan dari diri semut

Nah realitas itu pun adalah suatu yang terlalu besar bagi manusia sehingga mustahil menghadirkan keseluruhannya hanya dalam satu dimensi obyektif dan sebab itu tiap individu manusia masuk kedalam bagan dari realitas itu melalui pengalamannya masing masing.dengan kata lain,sebagian realitas akan hadir sebagai wujud obyektif-suatu yang dapat ditangkap dan difahami bersama dan sebagian lagi akan hadir dalam pengalaman subyektif tiap individu

Sebab itu dalam pandangan theis subyektifitas itu suatu yang tak bisa disepelekan dan tak bisa dipisahkan dari realitas keseluruhan.sedang materialist cenderung hanya mau menerima realitas obyektif dan menganak tirikan hal hal yang dipandang subyektif

Sekarang bandingkan realitas yang terlalu besar itu dengan realitas yang kecil yang keseluruhannya dapat dikuasai oleh pengalaman indera manusia.contoh ketika manusia menangkap realitas rumah,mobil, komputer,lemari dlsb.

Maka semua itu dapat dimuarakan pada realitas obyektif-semua dapat menangkap dan memahami secara sama-tak harus ada hal hal yang subyektif.tapi pada realitas yang terlalu besar untuk ditangkap dan dirumuskan keseluruhannya secara obyektif itulah maka hal hal yang subyektif akan hadir

Jadi setelah kita faham apa-bagaimana itu realitas yang menelikung manusia maka bila ada orang yang selalu menuntut agar realitas itu selalu hadir secara obyektif atau selalu empirik atau hanya mau menerima realitas bila itu obyektif dalam arti lain 'empirik' maka bisa kita pastikan bahwa itu suatu pandangan yang tidak realistis sekaligus tidak rasional itu karena realitas itu terlalu besar untuk bisa dihadirkan keseluruhannya secara empirik

Contoh,realitas seperti apa-yang bagaimana yang akan manusia alami setelah mati ? tak ada seorang saintis pun yang dapat memberi jawaban pasti,mereka tak bisa memastikan yang akan terjadi adalah akan begini atau akan begitu kecuali sekedar meraba raba.maka lebih mempercayai deskripsi Tuhan adalah suatu yang lebih rasional ketimbang rabaan manusiawi

Dan dengan pemaparan seperti diatas kita semua berharap agar manusia lebih cerdas dalam memahami realitas dengan tidak melulu selalu orientasi pada prinsip empirisme.dan karena realitas adalah landasan pertama bagi kelak hadirnya pemahaman terhadap konsep 'ilmu pengetahuan' serta 'kebenaran'.bila salah dalam memahami realitas maka pemahaman terhadap konsep ilmu pengetahuan serta kebenaran akan salah pula

Coba renungi dan perhatikan baik baik bahwa konsep ilmu pengetahuan yang saat ini tengah memegang hegemoni atas dunia adalah yang lahir dari benak kaum materialist dan pandangan mereka nampak menjadi kiblat para akademisi sehingga harus ada counter untuk mengimbanginya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun