Analoginya seperti realitas bumi yang terlalu besar bagi semut sehingga semut tak bisa menangkap realitas empirik bentuk planet bumi yang adalah bulat,beda dengan manusia yang dengan bantuan teknologi bisa melihat bumi dari jarak jauh dan dapat memastikan bahwa bentuk nya bulat
Maka semut yang ada di berbagai belahan bumi hanya dapat mendeskripsikan bagan dari realitas bumi menurut pengalamannya masing masing alias berdasar unsur subyektifitas karena mereka tak bisa secara bersama sama menangkap realitas bumi secara keseluruhan.
Atau, dengan kata lain, karena realitas bumi yang terlalu besar maka sulit bagi mereka menghadirkan realitas bumi secara obyektif.(makna obyektif disini adalah 'dapat ditangkap serta difahami secara sama oleh semuanya' sehingga kebenarannya dapat diterima oleh semuanya).artinya karena faktor keterbatasannya itu maka subyektifitas menjadi suatu yang tak bisa dihindarkan dari diri semut
Nah realitas itu pun adalah suatu yang terlalu besar bagi manusia sehingga mustahil menghadirkan keseluruhannya hanya dalam satu dimensi obyektif dan sebab itu tiap individu manusia masuk kedalam bagan dari realitas itu melalui pengalamannya masing masing.dengan kata lain,sebagian realitas akan hadir sebagai wujud obyektif-suatu yang dapat ditangkap dan difahami bersama dan sebagian lagi akan hadir dalam pengalaman subyektif tiap individu
Sebab itu dalam pandangan theis subyektifitas itu suatu yang tak bisa disepelekan dan tak bisa dipisahkan dari realitas keseluruhan.sedang materialist cenderung hanya mau menerima realitas obyektif dan menganak tirikan hal hal yang dipandang subyektif
Sekarang bandingkan realitas yang terlalu besar itu dengan realitas yang kecil yang keseluruhannya dapat dikuasai oleh pengalaman indera manusia.contoh ketika manusia menangkap realitas rumah,mobil, komputer,lemari dlsb.
Maka semua itu dapat dimuarakan pada realitas obyektif-semua dapat menangkap dan memahami secara sama-tak harus ada hal hal yang subyektif.tapi pada realitas yang terlalu besar untuk ditangkap dan dirumuskan keseluruhannya secara obyektif itulah maka hal hal yang subyektif akan hadir
Jadi setelah kita faham apa-bagaimana itu realitas yang menelikung manusia maka bila ada orang yang selalu menuntut agar realitas itu selalu hadir secara obyektif atau selalu empirik atau hanya mau menerima realitas bila itu obyektif dalam arti lain 'empirik' maka bisa kita pastikan bahwa itu suatu pandangan yang tidak realistis sekaligus tidak rasional itu karena realitas itu terlalu besar untuk bisa dihadirkan keseluruhannya secara empirik
Contoh,realitas seperti apa-yang bagaimana yang akan manusia alami setelah mati ? tak ada seorang saintis pun yang dapat memberi jawaban pasti,mereka tak bisa memastikan yang akan terjadi adalah akan begini atau akan begitu kecuali sekedar meraba raba.maka lebih mempercayai deskripsi Tuhan adalah suatu yang lebih rasional ketimbang rabaan manusiawi
Dan dengan pemaparan seperti diatas kita semua berharap agar manusia lebih cerdas dalam memahami realitas dengan tidak melulu selalu orientasi pada prinsip empirisme.dan karena realitas adalah landasan pertama bagi kelak hadirnya pemahaman terhadap konsep 'ilmu pengetahuan' serta 'kebenaran'.bila salah dalam memahami realitas maka pemahaman terhadap konsep ilmu pengetahuan serta kebenaran akan salah pula
Coba renungi dan perhatikan baik baik bahwa konsep ilmu pengetahuan yang saat ini tengah memegang hegemoni atas dunia adalah yang lahir dari benak kaum materialist dan pandangan mereka nampak menjadi kiblat para akademisi sehingga harus ada counter untuk mengimbanginya