Dewasa ini konsep 'toleransi' telah menjadi suatu gagasan atau pandangan dunia alias 'worldview' tersendiri.Â
Menjadi suatu wacana yang populer sebagaimana juga prinsip HAM-demokrasi. itu terjadi karena ada peran-eksistensi kaum intelektual dibelakangnya yang menjadi penggagas ide nya
Pada kenyataannya dalam era kekinian konsep toleransi telah menjadi suatu yang banyak diwacanakan, diajarkan, dianjurkan, dipublikasikan, dikomunikasikan kepada publik atau 'dimasyarakatkan'.
Hal itu dilakukan mungkin para penggagas toleransi melihat bahwa di masyarakat dunia ada banyak keragaman agama -kepercayaan dan gagasan toleransi itu dibuat dengan maksud untuk agar tidak terjadi benturan benturan di antara yang berbeda-beda itu karena hal itu dianggap dapat berubah menjadi konflik terbuka.
Jangan pernah mewacanakan gagasan toleransi dengan maksud untuk meniadakan benturan antar keyakinan atau benturan antar kepercayaan, karena itu sama dengan hendak melebur tiap perbedaan agar perbedaan itu menjadi tidak ada!
Karena adanya benturan kepercayaan adalah sebuah keniscayaan pada masyarakat yang berbeda kepercayaan dan itu harus diterima sebagai realitas
Salah satunya adalah dengan berupaya mengobok obok-mengganggu-memprovokasi fikiran publik yang memiliki suatu iman-keyakinan tertentu agar juga terbuka dalam arti menerima.
Maksud 'menerima' di sini adalah mau membenarkan keyakinan yang berbeda atau berlawanan dengan keyakinannya. memprovokasi agar mau terbuka terhadap keyakinan orang lain dan makna 'terbuka' di sini adalah ya, mau membenarkan.
Bentuk provokasi itu di antaranya adalah dengan mengecam fanatisme, mengecam keteguhan pada keyakinan sendiri, atau mengeluarkan kata-kata seperti: "Jangan merasa benar sendiri" (logikanya, lha, apa harus membenarkan apa yang saya yakini salah?).
Padahal makna 'toleransi' yang sesungguhnya adalah cukup dengan bersikap menghormati keyakinan atau kepercayaan yang berbeda dengannya.