Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apakah Mutlak Harus Selalu Merasa Bersalah Bila Kita Dibenci Banyak Orang?

9 Agustus 2019   06:58 Diperbarui: 9 Agustus 2019   12:59 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada suatu ajaran, prinsip,filosofi, pandangan hidup yang acuannya adalah 'kebaikan atau berbuat baik pada sesama' dimana salah satu tujuan dasarnya adalah hidup bahagia dengan dicintai oleh banyak orang serta dengan tidak dibenci oleh siapapun.dan melarang manusia menyakiti perasaan sesamanya karena memandang hal demikian sebagai suatu bentuk kejahatan.

Maka perilaku serta perkataan pun di desain tidak boleh menyinggung perasaan sesama.dan memandang kebencian dari sesama sebagai sebuah keburukan. Bisa disebut ini adalah ajaran humanistik yang acuan nya adalah kemanusiaan tepatnya rasa perasaan kemanusiaan.

Ajaran ini memandang bahwa dibenci oleh sesama adalah suatu ketidakbahagiaan alias suatu penderitaan dan merupakan suatu yang harus dijauhi.

Ajaran demikian banyak dibawakan serta diajarkan oleh para motivator kehidupan dan perdamaian

Lamaaa saya merenungi ajaran-filosofi serta prinsip seperti itu, mendalaminya untuk menghayati kebenarannya dan mencoba bertanya dalam hati: apakah prinsip demikian kebenarannya bersifat mutlak ataukah relatif ?

Lalu, bagaimana kalau dalam kehidupan kita selama ini kita dibenci oleh banyak orang tapi kita merasa tidak melakukan hal yang salah,bahkan kita merasa telah melakukan hal yang baik dan benar ?

Lalu bagaimana kalau yang membenci kita itu adalah para koruptor, golongan penipu,  penjahat, orang yang benci dengan agama dan orang orang dengan perilaku serta karakter negatif lain maka,apakah itu ciri bahwa kita bukan orang baik serta berada dijalan yang salah serta tidak berhak untuk merasakan kebahagiaan ?

Atau misal andai kita pimpinan baru di suatu perusahaan dan untuk meningkatkan kinerja serta penghasilannya kita melakukan perbaikan perbaikan diantaranya yang menyangkut soal kedisiplinan karyawan.Tapi akibat dari tindakan itu ternyata kita menjadi dibenci oleh banyak karyawan tapi karyawan yang membenci kita itu ternyata orang orang yang memiliki reputasi buruk dalam soal pekerjaan dan kedisiplinan

Saya juga pernah menegur PKL agar tidak membiarkan parkir pembelinya menghalangi jalan ke arah toko di belakangnya,eh malah dia jadi seperti membenci saya, tiap bersua seperti memalingkan muka.memang bikin menderita karena kami tetanggaan tapi apakah saya lantas harus merasa bersalah karena telah menyebabkan orang lain membenci saya ?

Saya juga pernah memarahi tukang becak yang hampir menabrak saya karena mengendarai becak dengan melawan jalur,eh ia malah balik marah-tidak terima dimarahin,mungkin kalau kembali bertemu ia akan memperlihatkan kebencian nya itu kepada saya

Walau saya akui sebagai manusia bukan berarti saya tak pernah melakukan kesalahan terhadap orang lain,tapi berusaha mengingatkan diri agar menghindari diri dari balik marah atau balik membenci orang yang menegur atau memarahi kita bila memang kita yang melakukan kesalahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun