Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Kacamata" Apa yang Biasa Anda Pakai?

7 Januari 2019   06:39 Diperbarui: 7 Januari 2019   11:58 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh lain, gebrakan-gebrakan yang dilakukan partai PSI kalau dilihat dengan kacamata politik bisa saja dinilai benar-baik karena secara politik dapat mengangkat elektabilitas partai-bisa mengangkat popularitas partai dimata generasi milenial dlsb.tapi bila dinilai dengan kacamata moral dan apalagi agama dapat bernilai sebaliknya.

Atau yang lebih universal misal kebebasan seks di dunia barat bagaimana bila dilihat dengan kacamata HAM dan bagaimana bila dilihat dengan kacamata moral-agama atau wanita yang bermain tinju atau gulat bagaimana bila dilihat dengan kacamata faham emansipasi radikal serta bagaimana bila dilihat dengan kacamata moral-agama-kesusilaan.

Itulah kacamata yang dipakai oleh seseorang atau satu golongan menentukan bagaimana cara pandangnya terhadap segala suatu fenomena yang ada dan terjadi dan selanjutnya bukan hanya itu tetapi dapat berlanjut atau dapat diaplikasikan menjadi tindakan-perbuatan.

Bila mengacu pada media maka media sebenarnya bukan hanya institusi yang bertugas memberi informasi informasi formal yang 'kering' belaka tetapi dibelakang media itu ada orang orang dengan kacamata tertentu. Mereka terbiasa mengemas berita berdasar sudut pandang kacamata yang ia pakai dimana kacamata sudut pandang itu secara transparan dapat kita lihat kalau media tersebut tengah menyatakan opini opini mereka.sehingga rakyat awam terkadang sulit memisahkan antara mana yang murni berita dan mana yang sudah dibingkai oleh kacamata tertentu.

Orang yang memiliki prinsip-keyakinan pribadi dalam fikirannya pasti melekat kacamata yang dibentuk oleh prinsip-keyakinannya tetapi orang yang tidak memiliki prinsip-keyakinan maka ia mudah menjadi obyek yang dipengaruhi kacamata tertentu.Orang yang memiliki prinsip-keyakinan ia menjadi subyek yang menilai artinya secara mandiri dapat menilai termasuk dapat menilai mana kacamata yang salah,tetapi orang yang tidak memiliki prinsip-keyakinan ia sering menjadi obyek yang mengikuti kacamata tertentu yang misal tengah tren atau tengah 'berkuasa'.

Hanya bayi dan balita yang belum berkacamata,kita kita orang yang sudah dewasa rata rata memang sudah berkacamata hanya kualitas nya yang berbeda beda.tetapi adakah diantara kita kita yang mencoba introspeksi diri kacamata apa yang sebenarnya paling dominan dalam fikiran kita (?) atau pernahkah ada yang mencoba introspeksi dirii; apakah kacamata yang selama ini sering digunakannya sudah baik dan benar (?)

Atau pernahkah anda mencoba melihat sesuatu dari atau dengan menggunakan kacamata yang berbeda beda sehingga kita dapat memahami sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda beda atau memahami mengapa seseorang berpandangan begini dan begitu (?) Atau pernahkah ada yang terpikirkan untuk mengganti kacamata misal (?)

Sebab jangan pernah main main dengan kacamata karena ia dapat menentukan arah nasib manusia baik di dunia maupun di akhirat, di dunia orang bisa hina atau mulia, bisa berjaya atau terpuruk karena kacamata yang dipakainya, pun di akhirat orang harus mempertanggungjawabkan dihadapan majelis Ilahi atas kacamata yang dipakainya karena kacamata yang ia pakai itu melandasi amal perbuatannya.

Dan pernahkah orang orang yang terbiasa menggunakan kacamata kacamata hasil produk alam fikiran manusia itu berfikir mencoba melihat segala suatu dengan menggunakan kacamata Tuhan misal (?) Atau,apa serta bagaimana sebenarnya perbedaan mendasar antara kacamata manusia dengan kacamata Tuhan (?)

Tetapi intinya belajarlah untuk jangan pernah menyepelekan persoalan kacamata karena kacamata itu tidak kosong, ia berisi fikiran fikiran kita yang akan mengendalikan jalan hidup kita (!)
.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun