Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Kacamata" Apa yang Biasa Anda Pakai?

7 Januari 2019   06:39 Diperbarui: 7 Januari 2019   11:58 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : mystalk.com

'Kacamata' yang dimaksud disini adalah; cara melihat- cara pandang-filosofi, cara menilai, cara menyikapi atau memposisikan diri berada pada fihak atau kutub tertentu dimana dari posisi itu ia melihat dan menilai.semua adalah terkait hal-hal abstrak yang sadar atau tak sadar melekat dalam fikiran, hingga yang tanpa sadar tersimpan dalam dunia bawah sadar dan menjadi karakteristik cara pandang seseorang.

Ada banyak jenis kacamata dalam kehidupan manusia, ada kacamata sains, filsafat, agama, seni, budaya, hukum, politik, ekonomi, moral, dlsb. Sesuai dengan instrument yang ada dalam kehidupan manusia. Termasuk kacamata yang dibentuk oleh isme atau ideologi tertentu semisal kacamata marxisme, nasionalisme, pluralisme dlsb. Atau kacamata yang dibentuk berdasar gagasan-gagasan besar tertentu yang mendunia semisal kacamata HAM-demokrasi dlsb.Kalau dikaitkan dengan agama maka ada kacamata islam,kristen,hindu budha dlsb, masing-masing kacamata dilandasi atau membawa konsep argumentasi serta filosofi tersendiri.

Tiap kacamata itu memiliki 'warna' serta substansi nya tersendiri, ada yang berwarna putih, biru, hijau bahkan mungkin kelabu hingga hitam. Dan sadar atau tak sadar masing masing dapat mengarahkan manusia pada arah-tujuan bahkan hingga nasib atau takdir tertentu. Misal seseorang bernasib buruk dapat diawali karena melihat sesuatu cenderung dengan kacamata tertentu yang sebenarnya bersifat negatif.

Dan kacamata itu bukan hanya untuk menilai tetapi dapat berujung kepada membuat vonis, stigma, rumusan. sehingga perang antar golongan baik yang bersifat fisik maupun pemikiran sering terjadi itu karena orang memakai kacamata yang berbeda beda. Bandingkan, sebaliknya sekumpulan orang dapat hidup rukun biasanya diawali karena mereka memakai kacamata yang sama untuk hal tertentu.

Dan bagaimana kacamata itu bisa melekat kedalam alam fikiran manusia itupun dilatar belakangi oleh aspek yang berbeda beda. Ada yang dilatar belakangi oleh lingkungan, ada yang dilatar belakangi oleh pengalaman pribadi, ada yang dilatar belakangi oleh pendidikan atau ilmu pengetahuannya dlsb. Seorang yang sejak mudanya berkecimpung di dunia politik mungkin sadar tak sadar melekat dalam fikirannya kacamata politik, orang yang banyak berkecimpung dalam sains melekat dalam fikirannya kacamata sains, orang yang banyak berkecimpung dalam filsafat melekat dalam fikirannya kacamata filsafat.Orang yang menempuh pendidikan di akademi tertentu atau lebih spesifik lagi; fakultas tertentu maka sadar tak sadar terbentuk dalam fikirannya kacamata yang relevan dengan pendidikan yang ia ikuti.

Dan tiap kacamata itu memiliki kualitas yang berlainan dimana kualitas masing masing diekspressikan dalam bentuk cara melihat, cara memandang, cara menilai hingga cara menyampaikan pendapat-cara ber opini dlsb. Yang uniknya berbeda antara satu dengan lainnya.sehingga misal sesuatu yang biasa dilihat melulu dari kacamata sains akan lain apabila dilihat melalui kacamata agama. Contoh, banyak bencana alam yang terjadi dimana mana dan media pada umumnya melihat berdasar kacamata sains dan merefleksikan kacamata sainstifik itu sebagai landasan dasar opini-opininya tentang bencana, tetapi ada orang orang yang mengingatkan agar jangan melulu melihat bencana dengan menggunakan kacamata sains tetapi cobalah juga menggunakan kacamata agama sehingga manusia bisa mendalami hakikat serta makna dari bencana-bencana.

Artinya, satu peristiwa bisa diopinikan, ditafsirkan, diterjemahkan, atau dideskripsikan melalui kacamata yang berbeda beda. Contoh reuni alumni 212 betapa ia diopinikan secara berbeda-beda oleh banyak fihak yang berlainan sehingga orang-orang dengan kacamata yang berbeda beda lantas memperdebatkan masalah itu.Kalau melihat ILC-Indonesia lawyer club yang digagas TV One sebagai forum yang mewakili kacamata yang berbeda-beda maka disana ada yang melihat reuni 212 itu dari kacamata politik-agama bahkan hingga filsafat yang ujungnya adalah perdebatan sengit. Coba para peserta berkacamata sama misal maka perdebatan itu mungkin takkan pernah terjadi.

Dan secara garis besar ILC merupakan forum yang mempertemukan serta mengadu pandangan antara kacamata yang berbeda beda,sehingga wajar kalau lalu yang terjadi disana adalah arena perdebatan yang terus menerus tanpa henti.bahkan dua kutub politik yang berbeda yang memiliki serta mewakili dua kacamata berbeda sudah terbiasa berdebat disana.

Dan yang paling berbahaya adalah apabila orang sudah berkacamata kelabu dan apalagi hitam. Orang berkacamata kelabu artinya orang yang pemahamannya terhadap benar, salah, baik, buruk sudah samar tidak bisa melihat dengan jelas mana benar mana salah-mana baik mana buruk.Dan yang berkacamata hitam artinya orang yang sudah tak peduli lagi pada nilai benar-salah baik buruk, identifikasi terhadap dua jenis kacamata demikian tentu akan transparan apabila kita membandingkannya dengan orang yang berkacamata putih artinya orang orang yang selalu berpatokan pada nilai benar-salah, baik-buruk yang terang benderang.

Dan ada latar belakang situasi-kondisi tertentu yang membuat kacamata seseorang bahkan yang semula bening menjadi berangsur kelabu dan bahkan menjadi hitam misal karena perubahan orientasi hidup, misal orientasi hidupnya menjadi berubah kepada mengejar hal yang duniawi-mengejar popularitas atau mengikuti nafsu kekuasaan

Karena jangan salah bahwa nilai benar-salah, baik-buruk atau kebenaran dan kebaikan itu bisa jungkir balik apabila dilihat oleh kacamata tertentu. contoh apa yang dipandang sebagai benar menurut kacamata agama bisa dijungkir balikkan menjadi salah oleh misal kacamata politik. Contoh; reuni 212 bila dijelaskan oleh kacamata agama dapat dilihat sebagai bernilai benar-baik tentu dengan argumentasinya tersendiri yang memakai filosofi agama tapi ketika dilihat dengan kacamata politik maka karena misal lebih dilandasi oleh kecurigaan melihat peristiwa itu sebagai bermotif politik sehingga kacamata politik ujungnya menstigmakan reuni 212 dengan pandangan negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun